TB Hasanudin: Gonjang-ganjing ISIS karena intelejen tak kerja
Keberadaan ISIS di Indonesia, dinilai TB merupakan kegagalan deradikalisasi.
Gonjang-ganjing Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) terus berlanjut. Apalagi setelah diketahui ada 16 warga negara Indonesia (WNI) yang tertangkap hendak menyeberang ke Suriah. Anggota Komisi I DPR RI TB Hasanudin menyebut intelejen di Indonesia masih lemah.
"Kalau mau bicara ISIS ini kelemahannya ada dari aparat intelejen, atau aparat intelejennya nggak bekerja. Padahal gonjang-ganjing ISIS ini sudah berjalan satu tahun lebih," katanya di Bandung, Selasa (17/3).
Jika intelejen tidak lemah, peristiwa tersebut seharusnya tidak terjadi. Apalagi, warga Indonesia yang berangkat dan akan menyeberang ke Suriah diketahui tanpa memegang paspor.
"Seharusnya bisa diantisipasi," ungkapnya.
Politisi PDI Perjuangan yang juga merupakan purnawirawan TNI ini mengaku, mengetahui jalur masuk ke Syria dan Irak. Ada lima titik negara yang bisa masuk ke negara tersebut yakni, Mesir, Saudi Arabia, Iran, Kuwait dan Turki.
"Dari lima pintu masuk perbatasan tersebut lokasinya sangat jauh menuju ke Iraq atau Syria.
Dari Saudi Arabia jauh lokasinya. Satu-satunya lewat Turki karena di sana menjadi tujuan pariwisata. Umroh juga bulak balik ke situ," ungkapnya.
Dia pun mengaku menyoroti kinerja Duta besar Turki yang bisa kecolongan. "Ditangkapnya 16 orang ini kan baru ketahuan pada minggu ke sembilan. Mereka ditangkap polisi di perbatasan Turki. Artinya tidak duta besar kita tidak ada kerja sama dengan pemerintah setempat. Dua bulan kok tidak diketahui. Kita pertanyakan," ucapnya.
Keberadaan ISIS di Indonesia, dinilai TB merupakan kegagalan deradikalisasi. Selama ini pemberantasan penyimpangan tersebut hanya sebatas konsep di kalangan atas.
Sementara, penerapan hingga ke masyarakat bawah itu tidak ada. "Setelah ramai Pemerintah pusat baru sedang melaksanakan investigasi ke sana. Makanya kita banyak pertanyaan, Saya kira ini ada kelemahan. Kita khawatir ini upaya kongkalikong membahayakan negara," terangnya.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa yang dilakukan TNI terkait kasus Imam Masykur? Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono memastikan proses hukum terhadap anggotanya yang melakukan pelanggaran tindak pidana.
-
Kenapa anggota TNI menculik dan menyiksa Imam Masykur? Pomdam Jaya/Jayakarta mengungkap motif anggota TNI terlibat dalam kasus dugaan penculikan, penyiksaan hingga tewas pemuda asal Aceh, Imam Masykur (25) hanya karena ekonomi. "(Motif) Uang tebusan. karena tidak saling kenal antara tersangka dan korban," kata Danpomdam Jaya Kolonel Cpm Irsyad Hamdue Bey Anwar saat dikonfirmasi, Senin (28/8).
-
Siapa saja anggota TNI yang terlibat dalam penculikan dan penyiksaan Imam Masykur? Selain itu, Irsyad menyampaikan dalam kasus ini pihaknya telah menetapkan sebanyak tiga anggota TNI sebagai tersangka."Tersangkanya yang sudah diamankan 3 orang. TNI semua ketiganya," kata Irsyad. Dimana dari ketiga tersangka yang ditetapkan hanya ada Praka RM yang merupakan anggota Paspampres. Sementara dua anggota TNI lainnya di luar satuan Paspampres."Satu yang dari paspampres yang lain bukan," sebutnya.
-
Bagaimana prajurit TNI ini bertemu dengan calon istrinya? Lebih lanjut ia menceritakan bahwa awal perkenalan keduanya bermula dari media sosial. Menariknya selama berpacaran 3 tahun mereka hanya bertemu satu kali saja di kehidupan nyata.
-
Kenapa warga mengeroyok anggota TNI? Pada momen itulah warga yang sedang berada di situasi tersulut emosi kemudian melakukan pengeroyokan terhadap anggota TNI tersebut.
Baca juga:
Polisi menduga 16 WNI ditangkap Turki terkait dengan 'utusan' ISIS
Said Aqil sebut ISIS lebih bahaya dari Amrozi cs dan Al Qaeda
Cegah perekrutan ISIS, pengiriman TKI ke timur tengah diperketat
Ini saran Aher, agar warga Jabar tidak ikut-ikutan ISIS
Gubernur Jabar belum terima laporan warganya ditangkap di Turki
BNPT sebut 16 WNI ditangkap di Turki berada di penampungan