Tenda pengungsian Gunung Agung sepi, warga diduga ke pura
Dia menerangkan, kenapa warga harus pulang. Pasalnya harus sembahyang di pura desa dan rumah-rumah masing-masing.
Diduga karena ada upacara keagamaan dimana sebagian besar warga menghaturkan persembahyangan di puranya masing-masing, membuat suasana di GOR Suwecapura lenggang.
Suasana di pengungsian ini biasanya terlihat hiruk pikuk ribuan pengungsi dan petugas serta relawan mondar mandir di tenda kamp pengungsian.
Namun sejak siang hari, Kamis (5/10), suasana disejumlah tenda sedikit lenggang. Bahkan ada beberapa tenda pengungsi terlihat kosong.
"Pada pulang semua pak. Mungkin besok sudah balik, sembahyangan purnama kapat," ucap Murni salah seorang pengungsi yang terlihat sendiri di pengungsian itu sambil menidurkan bayinya.
Diungkapkan juga oleh I Gusti Sarining. Pengungsi asal Desa Muncan, Karangasem ini mengaku sengaja ditinggal oleh orangtuanya untuk pulang mengadakan upacara Purnama Kapat.
Dia mengatakan, tidak ikut pulang lantaran harus menjaga barang-barang yang ada di pengungsian.
"Yang lain pada pulang untuk sembahyang. Saya disuruh jaga barang-barang ditenda," kata Gusti.
Dia menjelaskan, orang tua dan saudara-saudaranya akan kembali lagi ke pengungsian setelah upacara selesai.
Adanya semua pengungsi kembali ke kampung untuk sembayang itu juga diakui oleh Nyoman Wanten.
Dia menerangkan, kenapa warga harus pulang. Pasalnya harus sembahyang di pura desa dan rumah-rumah masing-masing.
"Setiap purnama kapat adalah hari upacara besar di desa kami. Saat ini sudah pasti banyak desa yang ditinggalkan kosong sekarang ramai lagi. Karena ada sembahyangan di pura desa," jelasnya.
Pemandangan serupa dari informasi yang diterima bahwa hampir seluruh titik tempat pengungsian saat ini sangat lenggang. Itu karena kebanyakan warga pengungsi balik ke desanya kendati desa mereka masuk daerah yang harus dikosongkan.