Terapi Pil KB untuk Lancarkan Haid Bisa Turunkan Kesuburan Remaja? Begini Penjelasan Dokter
Terapi pil KB untuk atasi PCOS remaja wanita sering dianggap bisa mengganggu atau menurunkan kesuburan dan membuat rahim menjadi kering.
Terapi pil KB untuk mengatasi Polycystic Ovary Syndrome atau PCOS pada remaja wanita sering dianggap bisa mengganggu atau menurunkan kesuburan dan membuat rahim menjadi kering.
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi dari Universitas Indonesia Mila Maidarti mengatakan, anggapan tersebut tidak benar. Dia menegaskan, terapi pil KB untuk mengobati PCOS tidak mengganggu kesuburan remaja wanita.
- Pengasuh yang Cekoki Bayi Pakai Obat Penggemuk Badan Hingga Alami Gangguan Hormon jadi Tersangka!
- Terapi Pil KB Bisa Dilakukan pada Remaja untuk Normalkan Siklus Menstruasi
- Penyebab Kaki Pegal saat Hamil, Begini Cara Mengatasinya
- Sering Menstruasi Tidak Teratur? Waspada PCOS yang Sering Menyerang Perempuan di Usia Subur
"Pil KB boleh diberikan seumur hidup, pil KB tidak menurunkan kesuburan, kalau distop kesuburan akan kembali tidak membuat rahim kering," kata Mila, dikutip dari Antara, Senin (30/9).
Mila mengatakan, terapi pil KB biasanya diberikan pada remaja yang mengalami gejala PCOS untuk memperbaiki siklus menstruasi sambil menata kembali gaya hidup sehat seperti menurunkan berat badan.
Pil KB biasanya diberikan tiga bulan pertama sampai ada perubahan berat badan dan gula darah. Jika anak perempuan akan menikah, pil KB akan dihentikan agar bisa hamil.
"Kalau sudah terkontrol gaya hidupnya boleh stop, kalau belum terkontrol dilanjutkan, tapi kalau nggak juga sampai dia mau menikah maka motivasinya harus kuat karena ada anak yang diinginkan, biasanya saya coba stop dulu pil KB-nya," kata Mila.
Dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini mengatakan, perempuan yang PCOS setelah melahirkan, siklusnya akan kembali tidak teratur. Maka itu dibutuhkan modifikasi gaya hidup untuk mempertahankan siklus, karena pil KB biasanya tidak diberikan saat masa menyusui.
Mengonsumsi pil KB saat menyusui dikhawatirkan akan membuat ASI kering, maka ibu yang menyusui disarankan untuk olahraga dan memperbanyak protein untuk hasil ASI yang baik.
Sementara terapi konsumsi metformin masih pada penelitian terbaru disarankan tidak diberikan karena dikhawatirkan anak akan obesitas, sehingga diganti dengan mengurangi makanan manis untuk mengontrol resistensi insulin.
"Kalau mau hamil lagi harus kembali lagi ke treatment awal, kalau PCOS Metformin dilanjutkan untuk resistensi insulin tapi penelitian terbaru dikhawatirkan anaknya obesitas makanya kita enggak berikan, kita coba dengan makan nggak terlalu manis-manis," katanya.
Mila mengatakan, sebaiknya kesadaran awal dengan gejala PCOS menjadi pengetahuan bagi ibu yang memiliki anak remaja putri dengan melihat siklus haid yang tidak teratur, leher menghitam, dan berat badan yang cenderung naik atau obesitas. Konsultasi dengan dokter jika mendapati gejala tersebut sebelum kondisi memburuk.
"Kalau kita nggak dibawa berarti kita harus komitmen sebagai ibu, anaknya berat badannya harus turun, ke dokter gizi, kalau obesitas harus awareness awal, jangan menunggu," katanya.