Terima raskin buruk, warga Magelang 'wadul' ke Gubernur Ganjar
Rata-rata mengeluhkan beras yang berwarna kuning, berbau busuk, dan banyak mengandung kutu.
Warga Desa Keji, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah 'wadul' alias mengadu soal beras jatah masyarakat miskin (raskin) yang kualitasnya buruk. Warga tak mau mengonsumsi dan memilih menjual lagi raskin yang mereka terima.
Keluhan disampaikan kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melalui telekonferensi di Pendopo Kantor Bakorwil II, Jalan Diponegoro, Kota Magelang, Jawa Tengah Jumat (27/3). Telekonferensi dilaksanakan di sela-sela Musyawarah Perencanaan Pembangunan Wilayah (Musrenbangwil) Eks Karesidenan Kedu.
Hadir dalam acara tersebut Bupati Wonosobo Kholiq Arif, Bupati Temanggung Bambang Soekarno, Bupati Kebumen Buyar, Bupati Magelang yang di wakili Sekda Magelang Agung Trijaya, Bupati Purworejo Mahzun Zain dan Wali kota Magelang Sigit Widyonindito dan Wakil Wali kota Magelang Joko Prasetyo.
Ketua PKK Desa Keji Kurniawati, mengatakan, dirinya selalu menerima komplain dari ratusan warga setelah pembagian raskin.
"Rata-rata mengeluhkan beras yang berwarna kuning, berbau busuk, dan banyak mengandung kutu. Karena tidak layak konsumsi, beras itu dijual lagi ke pasar atau warung, percuma kata mereka, anak-anak tidak mau makan," ungkap Kurniawati.
Keluhan warga itu buru-buru diklarifikasi Sekda Pemkab Magelang Agung Trijaya. Dia hadir mewakili Bupati Magelang Zainal Arifin yang tidak bisa datang karena sedang menjalankan umrah.
Agung mengatakan, pihaknya selalu mengontrol kualitas raskin setiap kali penyaluran. "Petugas kecamatan mengontrol terus, kalau jelek akan dikembalikan lagi ke Bulog," katanya.
Ganjar Pranowo menyatakan, raskin buruk adalah masalah klasik yang belum bisa diurai. Persoalannya ada pada pemilihan beras yang tidak bagus, pola penyimpanan di Gudang Bulog, dan rantai distribusi yang terlalu panjang.
"Penyimpanannya terlalu lama, maka saya ingin Bulog punya alat untuk perawatan beras di gudangnya, jadi bisa tahan lama," paparnya.
Ganjar pun sudah menyampaikan kepada pemerintah pusat untuk mengubah sistem distribusi raskin. Selama pola itu tidak diganti, persoalan raskin akan tetap sama.
"Saya imbau masyarakat, kalau dapat raskin buruk dikembalikan saja, jangan dijual. Kalau dijual, itu nanti cuma muter saja, berasnya piknik kemana-mana lalu masuk bulog lagi, diterima rakyat lagi. Jadi cuma piknik berasnya. Kami menduga ada yang 'mblanding' beras raskin itu. Bulog setelah terima pengembalian beras jelek, lebih baik digiling saja jadi tepung atau apa," pungkasnya.