Tersangka ngaku bisa palsukan voucher Garuda karena pengawasan lemah
"Pengawasan Garuda lemah. Mereka tidak punya sistem database untuk mencocokkan data dari voucher," kata Adhi.
Kerugian Garuda Indonesia atas pemalsuan voucher tiket hingga Rp 1,4 miliar. Tersangka Adhi Subekti beralasan mudahnya berbuat jahat karena karut marutnya internal Garuda.
"Jadi di sana itu siapa saja bisa masuk (karyawan), lalu di atas meja tergeletak voucher ini dan banyak cap stempel-stempel," ujar Adhi di ruang kerja Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti, Selasa (22/9).
Menurut Adhi, dirinya nekat melakukan hal tersebut lantaran gaji yang diterima dari perusahaan milik negara tersebut tak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. "Saya sudah kerja selama 23 tahun, satu bulan digaji Rp 7,6 juta. Saya buat itu (pemalsuan voucher) karena terdesak kebutuhan ekonomi," ujar Adhi.
Adhi menambahkan sudah melancarkan aksinya sejak September 2014 sampai dengan Januari 2015. Selama enam bulan tercatat sebanyak 65 lembar voucher dipalsukan dengan keuntungan sebesar Rp 65 juta.
"Baru enam bulan saja mas saya lakuin itu (pemalsuan voucher)," katanya.
Dia mengaku leluasa memalsukan voucher karena Garuda tidak pernah mengecek dengan detail. Menurutnya, selama ada voucher tiket langsung diberikan karena hanya diperiksa stempelnya.
"Pengawasan Garuda lemah. Mereka tidak punya sistem database untuk mencocokkan data dari voucher. Garuda selama beberapa bulan tidak mengecek," tandasnya.
Kasus ini terungkap berawal dari ada laporan dengan LP. Nomor /820/III/2015/Dit Reskrimum Tanggal 20 Maret 2015 lalu. Setelah ditelusuri, Unit II Subdit Jatanras di bawah pimpinan Kompol Jerry Siagian berhasil menangkap Adhi yang diduga sebagai oknum di balik pemalsuan voucher.