Tiap hari makan singkong, warga Nunukan akhirnya ke Malaysia
Butuk menyatakan, warga setempat sangat sulit mendapatkan uang untuk kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya.
Warga Kecamatan Lumbis Ogong Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mengaku makanan sehari-hari masyarakat setempat hanya dengan singkong rebus karena kesulitan mendapatkan beras. Butuk (40), warga Desa Samunti Kecamatan Lumbis Ogong ketika ditemui di ibu kota Kabupaten Nunukan, menceritakan kesengsaraan hidup yang dialami di kampung halamannya kepada sejumlah wartawan.
Dia mengaku mata pencaharian warga di kampung halamannya hanya dengan menanam singkong untuk dimakan dan dijual karena tidak ada lahan persawahan maupun tanaman lain yang dapat tumbuh di daerah itu.
"Warga di Desa Samunti hanya makan ubi kayu (singkong) setiap hari karena tidak ada lahan persawahan," ujar Butuk seperti dikutip dari Antara, Kamis (13/11).
Butuk mengatakan, sekali-kali menanam padi pada lahan perkebunan miliknya dengan mengandalkan air hujan akibat tidak adanya pengairan, namun produksinya tidak mencukupi kebutuhan keluarga.
Memang ada beras yang dijual di kampung dengan harga Rp 20.000 per kilogram, dan itupun jarang yang dijual karena sulitnya sarana transportasi dari wilayah lain di sekitarnya, kata ibu dengan empat anak ini.
Selain itu, Butuk menyatakan, warga setempat sangat sulit mendapatkan uang untuk kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya, karena itu sebagian besar memilih bermigrasi ke Malaysia atau ke ibu kota Kabupaten Nunukan untuk menjadi buruh.
"Kami susah dapat uang di kampung karena tidak ada lapangan pekerjaan, karena itu banyak warga di Desa Samunti mencari pekerjaan di Malaysia atau ke sini (ibu kota Kabupaten Nunukan)," ujar dia.
Wanita paruh baya asal Suku Dayak Tegalang ini mengaku, beberapa saudara kandungnya telah menetap atau menjadi warga negara Malaysia yang sampai sekarang tidak pernah pulang ke kampung halamannya di Desa Samunti.