Tiga Kemungkinan Penyebab Penyintas Covid-19 Bisa Terinfeksi Kembali
Kemungkinan pertama, karena sekarang yang menyerang adalah varian Omicron.
Mantan Direktur WHO Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama menceritakan enam orang di rumahnya terinfeksi Covid-19. Mereka merupakan penyintas Covid-19, terpapar pertama kali pada 2021.
"Semuanya juga sudah divaksin dua kali, kecuali cucu saya yang baru berumur 5 tahun. Juga, lima orang yang di rumah saya itu sudah di vaksin sesudah mereka sembuh dari sakit tahun yang lalu," katanya melalui keterangan tertulis, Selasa (8/2).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa itu virus? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Bagaimana mutasi virus Corona pada pria tersebut terjadi? Selama masa infeksi, dokter berulang kali mengambil sampel dari pria tersebut untuk menganalisis materi genetik virus corona. Mereka menemukan bahwa varian asli Omicron BA1 telah mengalami lebih dari 50 kali mutasi, termasuk beberapa yang memungkinkannya untuk menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.
-
Di mana virus dapat menyebar? Virus juga dapat menyebar melalui udara, air, makanan, dan kontak langsung dengan individu yang terinfeksi.
-
Bagaimana cara mencegah Covid Pirola? CDC menyarankan masyarakat untuk melindungi diri dari virus ini karena masih belum jelas tentang seberapa pesat varian ini dapat menyebar. Untuk itu, sebagai tindakan pencegahan masyarakat diminta untuk melakukan hal berikut:• Dapatkan vaksin Covid-19.• Jalani tes Covid.• Cari pengobatan jika Anda mengidap Covid-19 dan berisiko tinggi sakit parah• Jika Anda memilih untuk memakai masker, kenakan masker berkualitas tinggi yang pas di hidung dan mulut.• Tingkatkan ventilasi udara.• Selalu mencuci tangan usai beraktivitas.
Menurut mantan Dirjen P2P & Ka Balitbangkes ini seharusnya penyintas Covid-19 yang sudah mendapatkan vaksinasi masuk kategori super immunity. Namun kenyataannya, mereka masih bisa terinfeksi Covid-19 kembali.
Prof Tjandra menyebut, ada tiga kemungkinan alasan penyintas terinfeksi Covid-19 kembali. Bahkan meskipun mereka mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Pertama, karena sekarang yang menyerang adalah varian Omicron. Sudah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa varian Omicron dapat menembus pertahanan tubuh yang terbentuk karena seseorang pernah sakit sebelumnya.
"Ada penelitian yang menyebut dua atau tiga atau lima kali lebih sering. Ada juga penelitian lain menunjukkan risiko relatif terinfeksi ulang adalah 6,36 kali pada yang belum divaksin dan 5,02 kali pada yang sudah divaksin," jelasnya.
Merujuk pada penelitian ini, penyintas Covid-19 bisa terinfeksi kembali walaupun sudah divaksin. Namun diharapkan gejala yang dialami bersifat ringan atau tanpa gejala.
Kedua karena efikasi vaksin tidak 100 persen. Sehingga penyintas Covid-19 yang sudah mendapatkan vaksin lengkap, bahkan telah mendapat booster masih bisa terinfeksi kembali.
Kondisi ini disebut breakthrough infection yang derajatnya dinilai dalam bentuk breakthrough infection rate (B-Infection rate). Meski demikian, Guru Besar FKUI ini menekankan vaksinasi lengkap dan booster sangat bermakna dalam mengurangi risiko sakit berat saat terinfeksi Covid-19.
"Akan amat baik kalau kita di Indonesia juga menghitung angka B-Infection rate dan menyampaikannya ke masyarakat luas," ujarnya.
Ketiga karena status suseptibilitas genetika seseorang. Dia mengatakan, belum ada bukti ilmiah yang jelas soal suseptibilitas genetika, namun akan baik bila penelitian serupa dilakukan di Indonesia.
Masyarakat Diminta Jangan Panik
Pemerintah mengimbau agar masyarakat tidak panik dengan lonjakan kasus Virus Omicron di Indonesia. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengklaim pemerintah sudah melakukan persiapan untuk menghadapi gelombang Omicron.
"Masyarakat tetap saja beraktivitas seperti biasa sesuai dengan aturan Prokes dan ketentuan PPKM," kata Luhut dalam konferensi pers, Senin (7/2).
Luhut membeberkan pemerintah pertama akan mendorong percepatan vaksinasi. Terutama dosis pertama untuk para lansia, kelompok rentan. Dia juga menuturkan pemerintah akan mengambil kebijakan pengetatan yang lebih terarah untuk kelompok rentan seperti lansia, kelompok komorbid dan yang belum divaksin.
"Pemerintah juga menyediakan vaksin booster yang cukup untuk seluruh masyarakat Indonesia. Presiden meminta Panglima TNI, Kapolri, Kepala BIN dan Kepala BKKBN," ungkapnya.
Pemerintah juga saat ini melakukan peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit. Termasuk tenaga kesehatan, obat-obatan, dan kenaikan jumlah bed yang dikonversi untuk Covid-19.
"Mengaktifkan fasilitas-fasilitas isolasi terpusat untuk merawat pasien OTG dan gejala ringan, sehingga tidak membebani rumah sakit," bebernya.
Tidak hanya itu, pemerintah juga mendorong fasilitas penginapan khusus untuk para tenaga kesehatan. Hal itu dilakukan kata Luhut agar tidak terjadi penularan omicron ketika berada di rumah.
Pemerintah juga kata dia akan mendorong secara masif penggunaan telemedicine. Para pasien bergejala ringan dapat segera diatasi dengan menghubungi dokter atau melalui aplikasi. Luhut pun menegaskan sekali lagi agar masyarakat tidak panik.
(mdk/ray)