Tiga skandal kebudayaan terpanas hingga awal 2014
Skandal kebudayaan di penghujung 2013 dan yang masih panas hingga awal tahun ini seputar polemik penerimaan penghargaan.
Bukan hanya jagat politik yang bikin publik negeri ini heboh. Meski tidak semasif ekspos skandal politik, skandal di bidang kebudayaan juga cukup menyita perhatian.
Skandal kebudayaan di penghujung 2013 dan yang masih panas hingga awal tahun ini berkutat pada polemik penerimaan penghargaan. Jika ada yang lain, itu adalah tentang tingkah laku para aktor kebudayaan yang cenderung ‘tidak berbudaya’ sehingga akhirnya masuk ke ranah hukum.
Berikut tiga skandal kebudayaan terpanas hingga awal 2014:
-
Kenapa Denny Chandra menjual aset-asetnya? "Itu mobil aku empat semua dijual-jualin tuh. Dari mulai SLK 2 pintu, ada Alphard, Caravelle, ada Teana. Itu satu-satu dijualin hanya untuk menyambung hidup," lanjut kang Denny.
-
Kapan Denny Caknan lahir? Denny Setiawan, yang lebih dikenal dengan nama panggung Denny Caknan, adalah seorang penyanyi dangdut terkemuka asal Ngawi. Ia lahir pada 10 Desember 1993.
-
Apa saja aset Denny Chandra yang dijualnya? "Itu mobil aku empat semua dijual-jualin tuh. Dari mulai SLK 2 pintu, ada Alphard, Caravelle, ada Teana. Itu satu-satu dijualin hanya untuk menyambung hidup," lanjut kang Denny.
-
Kenapa Denny Cagur menjual gorengan? Untuk menghidupi dirinya, artis ini rela menjual gorengan dan ia tetap gigih menghadapi berbagai tantangan hidup.
-
Kenapa Denny Sumargo berterima kasih kepada Tuhan? "Terima kasih Tuhan atas kesempatan ini, saya Denny Sumargo, menyerahkan anak dan istri saya ke dalam tangan-Mu," ungkap Denny Sumargo di Instagram pribadi. "Saya pernah ngomong sama Tuhan, kalau Tuhan berkehendak saya tidak punya keturunan, maka saya bersyukur saya diberikan wanita yang luar biasa," ucap Densu. Seperti yang diketahui, Oliv sempat mengalami keguguran sebanyak tiga kali."Tapi kalau Tuhan ingin memberikan saya keturunan, lihatlah istri saya, bukan untuk saya," ucap Denny Sumargo.
-
Kapan Denny Sumargo berseteru dengan karyawannya? Denny Sumargo pernah berseteru dengan karyawannya pada tahun 2021. Saat itu DA yang menipu Denny menggelapkan uang hingga Rp.700 juta.
Sastrawan hamili mahasiswi UI
Kasus ini terkuak setelah RW (22), mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI), melaporkan sastrawan Sitok Srengenge ke Polda Metro Jaya akhir November tahun lalu. RW mengaku telah dihamili oleh penyair liberal itu.
Proses hukum kasus ini pun sudah berjalan dengan pemeriksaan pelapor dan saksi-saksi, kendati Sitok sebagai terlapor, belum juga diperiksa hingga kini. Proses hukum yang berjalan lambat ini tak secepat meluasnya polemik di kalangan masyarakat sastra di Indonesia.
Jika melihat perdebatan antar (kelompok) sastrawan, kasus Sitok tak lagi semata-mata persoalan hukum, tetapi persoalan kebudayaan. Sitok, yang menjadi bagian dari Komunitas Salihara/Teater Utan Kayu, dikritik habis oleh kalangan sastrawan Boemipoetra, yang selama ini diketahui berseberangan secara ideologi. Adu argumen dua kelompok sastrawan atas kasus dugaan percabulan ini pun kian menyengit di dunia maya.
Denny JA masuk '33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh'
Awal Januari 2014, publik sastra dikagetkan dengan peluncuran buku ‘33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh’ karya Tim 8 bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin. Pasalnya, dalam buku itu terdapat nama Denny JA.
Penobatan Denny JA, yang selama ini dikenal sebagai konsultan politik, sebagai tokoh sastra paling berpengaruh, sontak memicu polemik yang cukup pelik, bahkan hingga kini. Polemik diisi dengan perang argument antar kelompok sastrawan, pengembalian hadiah puisi esai kepada Denny JA, sampai munculnya petisi penarikan sementara buku tersebut.
Entah sampai kapan polemik ini surut. Pasalnya, Tim 8 yang diketahui Jamal D Rahman, menyatakan tetap pada keputusannya. Sementara para pengkritik dan pembuat petisi makin gencar melakukan perlawanan.
Penghargaan Akademi Jakarta 2013
Penghargaan Akademi Jakarta 2013 menimbulkan polemik. Penyebabnya, nama sastrawan Martin Aleida 'dihilangkan' secara sepihak oleh Ketua Akedemi Jakarta (AJ), Taufik Abdullah. Lewat surat kepada tim juri, Taufik memveto bahwa pemenangnya adalah I Gusti Kompiang Raka (musisi tradisional asal Bali).
Padahal, menurut dokumen yang diperoleh merdeka.com, Rabu (29/1), nama Martin awalnya adalah pemenang tunggal penghargaan tahunan 'lifetime achievement' di bidang humaniora itu.
Nama Kompiang Raka akhirnya dimasukkan juri, setelah Wakil Ketua AJ Toeti Heraty menyampaikan usul untuk memberikan Penghargaan AJ kepada lebih dari satu orang.
Pada akhirnya, juri memang menyampaikan dua pemenang, Martin Aleida dan I Gusti Kompiang Raka, kepada AJ. Namun, nama Martin 'dihilangkan' oleh Taufik. Muncul dugaan kegiatan Martin dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dulu yang membuat namanya kini 'dilenyapkan'.
Merasa kerjanya tidak dihargai, tim juri yang terdiri dari Sri Astari Rasjid (Ketua), Leila S. Chudori (Anggota), Ardjuna Hutagalung (Anggota) Marselli Sumarno (Anggota) melayangkan protes lewat surat terbuka kepada AJ. Dengan kata lain, polemik ini masih belum jelas ujungnya.
Baca juga:
Direktur LBH APIK nilai Sitok dijerat pasal 'keranjang sampah'
Sapardi: Sastra mau tidak mau masuk ke dalam kapitalisme
Fakta-fakta baru polemik buku '33 Tokoh Sastra'
5 Sastrawan ternama ini dikalahkan Denny JA
'Apa beda Sitok Srengenge dan Denny JA?'