Tim lobi akui kesepakatan diat Satinah berjalan alot
Keluarga korban ingin 7 juta rial langsung dibayarkan tunai.
Tim lobi yang ditugasi untuk melakukan dialog atas pembayaran diat untuk TKI Satinah mengalami sejumlah kendala. Tim yang diketuai oleh Maftuh Basyuni itu dijadwalkan semula hanya lima hari untuk melakukan lobi dengan keluarga korban. Namun, karena kesepakatan berjalan sangat alot, tim harus tinggal lebih lama sampai 12 hari di sana.
"Perjalanan yang paling lama dalam beberapa tugas bisanya lima hari. Kemarin juga diplot lima hari tapi jadi 12 hari. Terjadi karena yang dihadapi tidak ringan, karena apa yang ada pada kami ini sudah dimiliki mereka. Pemberitaan ucapan kawan-kawan kita yang sudah bergulir hebat semuanya ditangkap mereka," ujar Maftuh di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Selasa (15/4).
Kendala utama alotnya kesepakatan diat ini lantaran keluarga korban mendengar pemberitaan di media. Keluarga korban tersinggung pemberitaan yang banyak berasal dari Indonesia itu justru menyerang keluarga korban.
"Ketika kami berada di Saudi kemarin, tugas terberat karena Saudi mengikuti berbagai berita. Jadi alot dan tersinggung dengan pemberitaan TKI Satinah tidak bersalah dan terpaksa membunuh karena merasa dianiaya. Keluarga korban berunding lagi karena ada pihak yang tidak terima dengan pemberitaan," jelas Tatang, anggota tim lobi lainnya, dari Kemenlu.
Keluarga korban protes bagaimana mungkin korban menganiaya Satinah lantaran sehari-hari berada di kursi roda.
Selain itu, keluarga korban tersinggung dengan pemberitaan adanya mafia diat atas kasus ini. Yang tadinya keluarga korban mau menyetujui pembayaran diat 5 juta rial plus 2 juta rial menyusul. Dengan adanya pemberitaan ini, keluarga korban ingin 7 juta rial langsung dibayarkan tunai.
"Ini ucapan yang tidak bijaksana, secara kebetulan saya dan rombongan yang sejak awal tangani Satinah, saya tersinggung saya tunggu sejauh mana kebenaran itu. Siap dikonfrontir karena itu merusak nama kami. Itu debat gombal namanya," jelas Maftuh.