Tokoh agama sebut vaksin haram, warga Purwakarta diserang Difteri
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi merasa tidak habis pikir. Dia heran dalih agama begitu besar bagi masyarakat.
Kasus Difteri terjadi di Desa Cisalada, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta menjadi perhatian khusus setelah makan korban jiwa. Kematian seorang warga itu diduga lantaran mereka percaya larangan vaksin disampaikan seorang pemuka agama.
Kepala Desa Cisalada, Endang Supriyadi menuturkan, sosialisasi sebenarnya sudah sering dilakukan. Bahkan satu per satu rumah warga memiliki anak belum divaksin langsung didatangi aparat dan petugas kesehatan.
"Kendalanya di wilayah kami ada fatwa salah satu tokoh agama yang menyatakan bahwa vaksin atau imunisasi ini haram, melanggar syariat. Maka katanya, warga harus menolak vaksin ini," kata Endang, Kamis (15/9).
Menanggapi laporan tersebut, Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi merasa tidak habis pikir. Dia heran dalih agama begitu besar bagi masyarakat terkait kesehatan. Padahal imunisasi ini sebenarnya ditujukan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.
"Ini kan program nasional untuk perlindungan kesehatan masyarakat. Saya tidak habis pikir kalau karena ada pemahaman seperti ini masyarakat setempat malah menutup pintu rumah, mereka menolak imunisasi," ujar Dedi.
Senada dengan Kepala Desa Cisalada, permasalahan serupa terkait upaya penolakan warga untuk di vaksin juga disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Anne Hediana.
"Karena imbauan penolakan vaksin oleh salah satu tokoh agama tersebut, persentase keberhasilan imunisasi di wilayah Desa Cisalada hanya mencapai 68 persen. Tentu ini sangat jauh di bawah rata-rata keberhasilan vaksin wilayah lain di Purwakarta," ujar Anne.
Virus difteri di Purwakarta menyerang enam orang terdiri dari anak - anak. Salah satunya meninggal dunia Ilham (6) setelah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Empat orang lainnya hingga saat ini masih menjalani perawatan sementara satu pasien dinyatakan sembuh total.