Tren Obesitas di Indonesia Naik 18 Persen
Kenaikan tren obesitas di Indonesia tidak separah negara-negara di Asia lain semisal saja Malaysia.
Masalah obesitas atau kegemukan di Indonesia mengalami kenaikan. Ketua Pergizi Pangan Indonesia Hardiansyah mengatakan kenaikan masalah obesitas mencapai 18 persen.
"Kalau di Indonesia gemukan itu (mencapai) 18 persen. Kalau Australia sampai hampir 50 persen. (Tapi Indonesia) iya trennya naik kita harus cegah daripada nanti kayak Australia dan Amerika sulit. Itu kalau yang kita hitung usia remaja ke atas. Kalau di balita ada sekitar 10 persen," kata Hardiansyah saat ditemui di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (4/8).
-
Apa perbedaan utama antara overweight dan obesitas? Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang sering digunakan secara bergantian, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan yang penting. Overweight merujuk pada kelebihan berat badan yang disebabkan oleh tingkat lemak tubuh yang lebih tinggi dari yang dianggap sehat untuk tinggi badan seseorang. Sementara itu, obesitas adalah kondisi medis yang ditandai dengan kelebihan lemak tubuh yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.
-
Apa saja komplikasi kesehatan yang bisa ditimbulkan oleh obesitas? Orang dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan sejumlah masalah kesehatan yang berpotensi serius. Komplikasi obesitas tersebut antara lain adalah: Komplikasi 1. Penyakit jantung dan stroke. Obesitas membuat Anda lebih mungkin mengalami tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol abnormal, yang merupakan faktor risiko penyakit jantung dan stroke. 2. Diabetes tipe 2. Obesitas dapat memengaruhi cara tubuh menggunakan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Hal ini meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes. 3. Kanker. Obesitas dapat meningkatkan risiko kanker rahim, leher rahim, endometrium, ovarium, payudara, usus besar, rektum, kerongkongan, hati, kandung empedu, pankreas, ginjal dan prostat. 4. Masalah pencernaan. Obesitas meningkatkan kemungkinan berkembangnya mulas, penyakit kandung empedu dan masalah hati. 5. Apnea tidur. Orang dengan obesitas lebih cenderung mengalami sleep apnea, gangguan yang berpotensi serius di mana pernapasan berulang kali berhenti dan dimulai saat tidur. 6. Osteoarthritis. Obesitas meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan beban, selain meningkatkan peradangan di dalam tubuh. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan komplikasi seperti osteoarthritis.
-
Bagaimana cara mencegah obesitas akibat makanan? Cara mengatasinya adalah dengan mengatur pola makan yang seimbang, mengurangi porsi makan, dan memilih makanan yang kaya serat, protein, dan vitamin.
-
Apa saja jenis-jenis obesitas berdasarkan penyebabnya? Jenis-jenis Obesitas Obesitas adalah kondisi di mana seseorang memiliki berat badan yang berlebihan akibat penumpukan lemak tubuh yang abnormal atau berlebihan. Obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes, penyakit jantung, hipertensi, dan kanker. Ada beberapa jenis obesitas yang dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu: Obesitas akibat jarang berolahraga, Obesitas akibat makanan, Obesitas vena, Obesitas karena merasa cemas, Obesitas genetik.
-
Apa saja masalah pencernaan yang bisa ditimbulkan oleh obesitas? Obesitas juga dapat memicu berbagai masalah pencernaan, salah satunya adalah refluks asam lambung atau GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Tekanan berlebih pada perut akibat lemak yang menumpuk dapat mendorong asam lambung naik ke esofagus, menyebabkan rasa terbakar di dada dan tenggorokan.
-
Siapa yang harus berhati-hati dengan risiko obesitas? Firlianita memberikan peringatan khusus kepada mereka yang sudah masuk kategori kelebihan berat badan, terutama jika terukur melalui Indeks Massa Tubuh (IMT) antara 23-25.
Dia menjelaskan, isu soal obesitas makin berkembang di kawasan Asia. Namun, kenaikan tren obesitas di Indonesia tidak separah negara-negara di Asia lain semisal saja Malaysia.
"Negara yang agak mampu bisa menahan pelan kenaikannya itu (Obesitas) dua, Korea dan Jepang. Makannya kita perlu sharing," jelasnya.
Di Jepang, masalah obesitas bisa ditekan karena masyarakatnya gemar memanfaatkan transportasi umum dalam beraktivitas. Mereka hampir tiap hari berjalan kaki kemudian berlanjut naik transportasi umum.
"Lihat di Jepang orang turun ke bawah ke stasiun itu jalan naik tangga lagi. Tidak seperti mobil nganter ke (depan) rumah," ucap dia.
Berbeda di Indonesia, kata Hardiansyah, sejak kecil saja anak-anak sudah dibiasakan malas bergerak. Contohnya, jasa antar jemput anak-anak sekolah.
Masalah lainnya, desain tata kota. Faktor desain tata kota yang kurang mendukung terkadang membuat masyarakat malas berolahraga. Kemajuan teknologi transportasi seperti kemudahan jasa pesan antar juga dapat memicu masalah obesitas.
"Sekarang juga era digital semua bisa di pesan ke rumah. Makanan saja sudah tiba di rumah. Ketika perjalanan baru melangkah sudah naik kendaraan, jadi orang kurang berjalan. Membangun mal jauhin dari parkiran biar orang jalan ke mal-nya. Jangan dibawah mal, itu sudah parkir terus ada lift lagi," ujarnya.
Dia melanjutkan, masyarakat perkotaan golongan menengah ke bawah cenderung lebih rentan terkena obesitas. Sementara, dia memprediksi populasi masyarakat yang masuk golongan tersebut berada di kisaran 60-80 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
"Masyarakat perkotaan, terutama golongan menengah ke bawah paling rentan. Kalau golongan menengah ke atas dia biasanya terdidik. Dia tahu, sekali gemuk kolesterol tinggi dia langsung ke dokter, langsung ke ahli gizi dan diatur makanan dan mulai taat," ujarnya.
Hardiansyah menjabarkan penyebab obesitas, di antaranya makanan, kurang aktivitas, durasi tidur, tingkat stres dan pola pikir. "Karena orang tidak akan tidak bisa mengubah perilaku makannya kalau pikiran dan perasaan tidak dikelola dengan baik," ujarnya.
Sementara, lanjut dia, risiko obesitas di masa tua mengancam masyarakat seperti hipertensi, diabetes, serangan jantung, ginjal hingga paru-paru.
"Kalau gemuk itu, apalagi di bagian tengah (Perut). Itu sangat berisiko timbunan lemak pada organ yang penting. Di situ ada jantung, ada ginjal, ada paru-paru. Di mana lemak tengah itu banyak ada racun-racun di bagian itu. Itu akan merusak dan membuat inflamasi namanya radang," ujarnya.
"Kalau itu bertahun-tahun gampang gulanya naik, gampang kolesterolnya naik, gampang tekanan darahnya naik. Tiga paket tadi, hipertensi, gula tinggi, hiperkolesterol dan tidak lama lagi diabet. Kalau udah luka tidak sembuh, tidak lama lagi mulai serangan jantung atau pecah pembuluh darah," sambung dia.
Baca juga:
Rasa yang Lebih Lezat buat Orang Obesitas Mengonsumsi Lebih Banyak Makanan
Tim Dokter Berhasil Buang 1 Kg Lemak di Lengan Arya Bocah Obesitas
Masalah Kesehatan yang Bisa Muncul Ketika Anak Terlalu Banyak Minum Susu
Penggunaan Smartphone Lebih dari 5 Jam Sehari Bisa Tingkatkan Risiko Obesitas
50 Polisi Jalani Program Diet di Mojokerto, 47 Personel Berhasil dan 3 Masih Gendut