Universitas Muhammadiyah Surakarta dorong lahirnya 10 ribu insinyur
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Bambang Setiaji meluncurkan program profesi insinyur di kampus Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Rabu (8/2). Peluncuran tersebut sekaligus mendukung upaya mewujudkan target 10 ribu tenaga insinyur per tahun hingga 2020 mendatang.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Bambang Setiaji meluncurkan program profesi insinyur di kampus Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Rabu (8/2). Peluncuran tersebut sekaligus mendukung upaya mewujudkan target 10 ribu tenaga insinyur per tahun hingga 2020 mendatang.
Peluncuran disaksikan Ketua Tim Ahli Keinsinyuran Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Djoko Santoso dan segenap tamu undangan dari berbagai instansi, dan civitas akademika UMS. "Program Profesi Insinyur ini merupakan yang pertama di eks Karisidenan Surakarta," ujar Bambang Setiaji.
Bambang menilai insinyur merupakan satu dari tujuh macam tenaga kerja profesional bisa bekerja di lintas negara ASEAN. Namun, menyayangkan sampai saat ini jumlah insinyur dimiliki Indonesia masih sangat sedikit.
"Data dari Persatuan Insinyur Indonesia (PII), jumlah insinyur di Indonesia di urutan terbawah di bandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN. Kita Indonesia masih butuh tenaga insinyur sekitar 10 ribu per tahun hingga 2020," katanya.
Bambang menambahkan, pihaknya merasa ikut bertanggung jawab untuk mewujudkan target tersebut. Ia senang niat baik itu mendapatkan dukungan dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Dalam kesempatan sama, Djoko Santoso yang menjadi pembicara workshop pada acara peluncuran tersebut menyatakan, kalau negara mau maju ia membutuhkan banyak insinyur. Sebab, insinyur memiliki kemampuan merencanakan dan mengelola sumber daya, kemampuan memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kemampuan melakukan riset dan mengambil keputusan strategis.
"Negara-negara lain telah lebih dulu menyelenggarakan program profesi seperti ini. Bahkan, lama masa pendidikan profesi keinsinyuran di negara-negara lain itu lebih lama dibandingkan di Indonesia. Amerika Serikat selama 3 tahun, Australia 3 tahun, dan Jepang 4 tahun," jelasnya.