Usir imigran, Australia diminta belajar hukum internasional
Pemerintah Australia dinilai tidak memahami kode etik internasional.
Sikap tentara Australia mengusir imigran gelap dari perairannya ke perairan Indonesia disesalkan banyak pihak. Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin mengatakan pemerintah Australia tidak memahami kode etik internasional.
Oleh karena itu, ia meminta kepada Pemerintah Australia untuk bisa duduk bersama atas masalah imigran tersebut. "Australia harus belajar lagi dalam melakukan aturan internasionalnya. Kalau dia membawa sekoci itu di garis perbatasan, melepaskannya kemudian sekoci itu dihidupkan lalu diarahkan dan diusir. Menurut saya harus berlaku kode etik sesama bangsa," ujar TB Hasanuddin di Gedung DPR, Jakarta, Rabu, (12/2).
Berdasarkan data intelijen yang diperolehnya, ada sekitar 63 ribu imigram gelap yang hendak ke Australia. Oleh karena itu, ia mengajak pemerintah Australia dan negara terkait untuk dapat menangani masalah ini.
"Sebaiknya duduk beserta negara-negara lain dan negara asal untuk menyelesaikan masalah ini. Jangan melakukan tindakan di luar ketentuan-ketentuan hukum internasional dan hukum lokal yang berlaku," pungkasnya.
Seperti diketahui, puluhan imigran gelap ditemukan terdampar di Pantai Barat Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Para imigran itu langsung dibantu dan diamankan oleh Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) dan petugas.
Petugas Badan Penyelamat Wisata Tirta (Balawista) Pangandaran, Asep Udel mengatakan, para imigran ini hendak menuju ke wilayah Australia. Setelah sampai di sana, kapal yang mereka tumpangi dihadang kepolisian Australia.
"Pengakuan dari imigran katanya sudah melewati perbatasan, tapi oleh petugas di Australia disuruh kembali ke perairan Indonesia," kata Asep.
Akhirnya mereka kembali ke Indonesia dengan bahan bakar yang tersisa dan terdampar di Pantai Pangandaran. Dari para imigran tersebut, sebanyak tujuh belas orang diamankan di markas Polsek Pangandaran, enam orang oleh Satuan Polairud Pangandaran dan delapan orang oleh TNI Angkatan Laut.
"Dari mereka yang diamankan ada anak-anak dan ibu yang lagi hamil," jelas dia.