Wagub Bali Minta ISI Denpasar Bentuk Tim Bahas Protokol Kesehatan saat Pentas Seni
"Sehingga protokol seni tidak diatur oleh pariwisata, namun protokol seni ya diatur oleh ahli kesenian itu sendiri," ungkapnya.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace menyampaikan, perlu adanya diskusi untuk konsep pertunjukan seni di Pulau Dewata di tengah pandemi Covid-19.
Cok Ace mengatakan hal itu, berangkat dari kegundahannya terhadap keberadaan seni terutama seni pertunjukan dimasa pandemi Covid-19.
-
Bagaimana Desa Wisata Nusa mengembangkan pariwisata? Desa Wisata Nusa berada di Kabupaten Aceh Besar, Aceh bergerak dan mengembangkan desa wisata berbasis masyarakat. Pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar, bahkan bisa menginap di rumah milik warga.
-
Kapan Desa Wisata Nusa meraih juara? Desa Wisata Nusa telah menyabet juara di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 kategori homestay.
-
Kapan Wisata Perahu Kalimas diresmikan? Bertepatan dengan Hari Jadi Kota Surabaya ke-729, pada Selasa (31/5/2022) malam, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan wisata “Perahu Kalimas Reborn”.
-
Apa yang diharapkan dari pungutan wisatawan asing di Bali? Rektor Unud: Pungutan Wisman Harus Tingkatkan Kualitas Pariwisata Bali Babak baru pariwisata Bali akan dimulai pada 14 Februari 2024 nanti dengan penerapan pungutan bagi wisatawan asing yang masuk Bali. Terkait hal itu, Rektor Universitas Udayana Ngakan Putu Gede Suardana berharap, pungutan akan dibarengi dengan peningkatan kualitas pariwisata Bali.
-
Apa yang menarik wisatawan untuk mengunjungi Bali? Keindahan alamnya yang memesona, budayanya yang kaya, serta keramahan penduduknya menjadikan Bali sebagai tujuan wisata yang tak pernah kehilangan daya tarik.
-
Bagaimana desa wisata ini dikelola? “Konsep pengembangan desa wisata di Kaduela dikelola secara mandiri dan melibatkan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai kunci keberhasilan,” terang Iim
Untuk itu, ia memandang perlu mendiskusikan bagaimana konsep pertunjukan seni yang akan dilakukan pada masa pandemi, apabila nantinya pariwisata Bali akan dibuka kembali walaupun bertahap.
"Mengingat semenjak adanya masa pandemi Covid-19 ini ada beberapa protokol kesehatan yang harus kita taati, untuk itu bagaimana dengan kesenian yang mana dalam pergelaranya melibatkan masa yang banyak dan tentunya dengan berbagai riasan yang harus digunakan, ini perlu kita diskusikan bersama," kata Cok Ace, saat menjadi narasumber dalam seminar Menata Ulang Format Gelar Seni Pertunjukan Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2020, yang digelar di Gedung Citta Kelangen, ISI Denpasar, pada Kamis (18/6).
Cok Ace yang juga sebagai Guru Besar di ISI Denpasar menyampaikan, bahwa ISI Denpasar bisa membentuk tim kecil untuk membahas protokol kesehatan Covid-19 untuk bagaimana yang akan diterapkan dalam pertunjukan seni.
Sehingga, format protokol kesehatan tersebut biasa digunakan oleh pariwisata agar menjadi bagian dari penerapan protokol kesehatan yang ada dalam lingkungnya dan kemudian protokol seni tersebut dapat diatur oleh para ahli seni agar tetap mengutamakan taksu (jiwa) dari seni tersebut.
"Sehingga protokol seni tidak diatur oleh pariwisata, namun protokol seni ya diatur oleh ahli kesenian itu sendiri," ungkapnya.
Untuk itu, Cok Ace meminta masukan dari para pelaku seni, khususnya terkait protokol kesehatan dalam bidang kesenian pertunjukan.
"Saya ingin pertunjukan yang diberikan nanti memiliki taksu namun juga aman, pengunjung aman dan para seniman juga aman. Jadi kita harus pikirkan ini secara bersama dan serius," ujarnya.
Sementara itu, seorang budayawan Prof. Dr. I Wayan Dibya menyampaikan bahwa format seni pertunjukan harus segera ditemukan, mengingat semenjak adanya pandemi Covid-19 telah menjungkirbalikan berbagai kebiasaan-kebiasaan yang selama ini berlaku dijagat seni, khususnya dalam seni pertunjukan.
Menurutnya, seni pertunjukan juga merupakan seni komunikasi antara pelaku dan penonton. Untuk itu, jika komunikasi ini dihilangkan maka taksu seni tersebut akan hilang.
Ia juga menyampaikan, beberapa sumbangan pikiran terkait format baru dalam seni pertunjukan. Pertama, format seni pertunjukan masih tetap dilakukan secara live namun dengan protokol kesehatan yang ketat.
Kemudian, kedua dalam kondisi ini materi dari kesenian tersebut harus sedikit dirumah seperti dalam pertunjukan kecak, calonarang dan lainnya agar menyesuaikan protokol kesehatan. Ketiga, betuk pementasan bisa secara langsung ataupun virtual sehingga masih tetap ada komunikasi dengan para penonton.
"Saya berharap seminar ini dapat memberikan suatu masukan yang baik dalam merumuskan format baru dalam pertunjukan seni di masa pandemi Covid-19," ujar Dibya.
Dalam kesempatan tersebut, juga menghadirkan narasumber lainnya yaitu Assistant Show and Entertainment Manager Bali Safari and Marine Park Kadek Agus Ardana, serta beberapa peserta yang merupakan para pakar kesenian yang juga memberikan masukan dalam diskusi tersebut.
(mdk/rhm)