Warga Puncak berusaha cegah efek buruk kawin kontrak
Daerah ini dikenal sebagai pusat kawin kontrak antara wanita setempat dengan orang-orang Arab yang berpelesir.
Sejumlah warga berusaha menghapus citra buruk Kampung Warung Kaleng, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Daerah ini dikenal sebagai pusat kawin kontrak antara wanita setempat dengan orang-orang Arab.
Salah satu hal yang dilakukan warga adalah mengajarkan anak-anak muda pendidikan dan pencak silat.
"Sekolah Kaki Langit didirikan oleh Perguruan Gerak Badan (PGB) Bangau Putih, dengan harapan sekaligus dapat mengurangi dampak negatif dari berkembangnya kawin kontrak tersebut," kata Abi Nofakri, staf pengajar Sekolah Kaki Langit, saat ditemui, Minggu (28/4). Demikian dikutip antara.
"Kami menyebut tempat latihan ini sebagai Sekolah Kaki Langit, selain mengajarkan silat, anak-anak juga diajarkan keterampilan, mendalami Bahasa Inggris dan pelajaran lainnya," ujarnya.
Abi menjelaskan, anak-anak yang dilatih di Kaki Langit PGB adalah warga sekitar yang tinggal di daerah Warung Kaleng, Cisarua, Puncak.
Saat ini ada sekitar 40 anak sebagian besar dari sekolah dasar dan ada di antaranya pelajar SMP dan SMA, yang berlatih di Kaki Langit PGB.
Latihan di PGB Kaki Langit digelar setiap Minggu. Pagi hari anak-anak dilatih silat oleh pelatih dari PGB Bangau Putih. Latihan silat berlangsung pukul 07.00-09.00 WIB.
"Setelah latihan silat, mulai jam 10.00 sampai 12.00 WIB anak-anak diberikan latihan menggambar, pelajaran Bahasa Inggris, dan kepribadian," kata Abi.
Selain hari Minggu, setiap Jumat, anak-anak tersebut dilatih khusus silat. Hal itu untuk meningkatkan kemampuan anak-anak pada seni gerak badan yang diajarkan oleh PGB Bangau Putih.
Sementara itu, menurut Dedeng Suhendar, salah seorang pelatih silat Kaki Langit, berdirinya pusat berlatih dan belajar sejak tahun 2001, berawal dari kepedulian PGB Bagau Putih terhadap empat muridnya yang berasal dari keluarga tidak mampu.
"Empat orang anak itu berasal dari satu keluarga. Kondisi ekonomi mereka tidak mampu membiayai sekolah. Hingga akhirnya, PGB membiayai pendidikan mereka hingga lulus SMA," katanya.
Sejak saat itu, warga sekitar Warung Kaleng banyak yang memasukkan anaknya ke Kaki Langit untuk dilatih silat dan keterampilan.
Menurut Dede, anak-anak yang masuk ke Kaki Langit berasal dari berbagai kalangan, ada yang dari keluarga tidak mampu hingga berada.
Namun, tujuan PGB mendirikan Kaki Langit adalah untuk melatih anak-anak di wilayah Warung Kaleng tersebut agar dapat mentransfer energi positifnya sehingga terhindar dari pengaruh lingkungan sekitar yang dikenal sebagai kampung pusat kawin kontrak.
"Kami ingin membekali anak-anak ini dengan keahlian melalui silat bukan untuk berkelahi. Falsafah dalam silat bisa mengajarkan anak-anak akan arti hidup yang sesungguhnya," kata dia.
Sejak dibentuk Kaki Langit, hingga kini tercatat sekitar 500 anak yang sudah bergabung untuk belajar. Beberapa dari mereka yang sudah menamatkan pendidikan, memilih mengabdikan diri kembali melatih anak-anak.
Dimas (10) salah satu murid Kaki Langit, memgaku senang bisa ikuti belajar dan berlatih di sekolah non formal tersebut. ia dimasukkan ke Kaki Langit oleh ibunya agar bisa berlatih silat, dengan harapan dapat membanggakan orang tua.
"Senang bisa silat, biar mama bangga aku bisa silat," kata siswa kelas IV SDN 02 Tugu Utara ini.
Selain Dimas, ada beberapa temannya yang juga ikut dalam kelas di Kaki Langit.
Di Kaki Langit juga diajarkan kebersamaan, segala seseuatu dikerjakan bersam-sama. Usai latihan dan belajar ditutup dengan acara minum teh bersama sambil menikmati hidangan ala kadarnya yang disungguhkan pihak sekolah.
Setelah selesai makan dan minum teh bersama, anak-anak tersebut mendapatkan jatah piket untuk membersihkan peralatan minum serta ruang latihan.
Para pengajar umumnya berasal dari pelatih PGB, namun ada juga yang datang dari luar negeri.