Waspadai masjid disusupi kelompok radikal untuk sebar kebencian
Masyarakat diminta waspada terhadap upaya penyebaran ujaran kebencian di rumah ibadah oleh kelompok tertentu. Perlu ada edukasi agar warga bersikap jika ada pihak yang sengaja menyebarkan permusuhan.
Masyarakat diminta waspada terhadap upaya penyebaran ujaran kebencian di rumah ibadah oleh kelompok tertentu. Perlu ada edukasi agar warga bersikap jika ada pihak yang sengaja menyebarkan permusuhan.
Ketua Lembaga Dakwah Pengurus BesarNahdlatul Ulama (LD PBNU), Maman Imanulhaq mengatakan, misal di masjid perlu dilakukan perbaikan manajemennya. Menurutnya, langkah itu sudah dilakukan oleh Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan beberapa Ormas, di mana masjid betul-betul berfungsi tidak hanya tempat ibadah, tetapi juga tempat di mana kita melakukan pemberdayaan masyarakat.
-
Kapan Masjid Quwwatul Islam diresmikan? Pada Selasa (10/10), Gubernur DIY Sri Sultan HB X meresmikan berdirinya Masjid Quwwatul Islam di Jalan Mataram No. 1, Suryatmajan, Danurejan, Kota Yogyakarta.
-
Bagaimana kerusakan pada masjid? Laporan dari Reuters menyebutkan sebagian dari Masjid Tinmel mengalami keruntuhan. Gambar-gambar yang beredar di internet menunjukkan dinding-dinding yang roboh, menara setengah roboh, dan tumpukan besar puing.
-
Bagaimana Masjid Jami' Matraman menjadi pusat dakwah? Masjid mulai berfungsi sebagai pusat dakwah setelah sebagian prajurit memutuskan untuk tinggal dan menjadi pendakwah.
-
Bagaimana Masjid Langgar Tinggi dirawat? Kendati sudah tiga kali diperbaiki, namun Assegaf tak mau bentuk aslinya diubah. Ia menginginkan agar bangunan menjadi warisan Islam zaman perdagangan di abad ke-19, sebagai bekal informasi bagi anak cucu.
-
Kapan Masjid Istiqlal diresmikan? Pembangunan Masjid Istiqlal berlangsung selama 17 tahun sebelum akhirnya diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, dengan pemasangan prasasti di area tangga pintu As-Salam.
-
Kapan Masjid Baitul Makmur diresmikan? Bentuk dari kepala kubah masjid yang diresmikan tahun 1999 ini memiliki bentuk yang sama persis, sehingga menimbulkan kesan gaya arsitektur Timur Tengah yang begitu kental.
"Dalam hal ini sangat penting untuk melibatkan anak muda dan masyarakat secara luas sehingga masjid tidak kosong. Masjid yang tidak ada pengelola biasanya mudah disusupi kelompok radikal," kata Maman dalam keterangannya, Minggu (22/7).
Selanjutnya, kata Kang Maman mengatakan, perlu dirumuskan kembali tema dalam khotbah agar berisi muatan agama yang menjadi spirit transformasi dan perdamaian. Dengan demikian diharapkan tidak ada orang yang memanfaatkan khotbah keagamaan lainnya yang berisi ajakan menjauhkan umat dari nilai Ketuhanan.
"Saya prihatin bila ada rumah ibadah digunakan untuk menyebarkan hate speech, kebencian, kedengkian, atau permusuhan. Kalau benar, ini menjadi semacam peringatan bagi kita untuk mengembalikan tempat ibadah itu kepada fungsi utama yaitu mendekatkan diri pada Sang Maha Kuasa, dan mempererat hubungan sesama manusia," tuturnya.
Terkait keberadaan kelompok radikal dan intoleran, Kang Maman menilai sebenarnya mayoritas umat Islam di Indonesia masih moderat dan toleran. Tapi kelemahannya umat Islam lebih memilih diam, sementara kelompok radikal yang jumlahnya sedikit, bisa masuk secara masif dan militan.
"Mereka menggunakan masjid, pengajian, sosmed, untuk menyebarkan kebencian itu. Maka saya mengajak agar kelompok moderat ini bangkit kita kembali ke masjid sebagai tempat untuk mencerdaskan, memberdayakan, dan menguatkan ukhuwah, baik itu islamiyah, wathoniyah (persaudaraan kebangsaan)," jelasnya papar pimpinan Ponpel Al Mizal Majalengka ini.
Sebenarnya, lanjut Kang Maman, bicara apapun di masjid atau rumah ibadah lainnya, boleh saja seperti soal ekonomi, budaya, politik. Yang tidak boleh itu menjadikan masjid sebagai alat politik praktis, sektarian, politik identitas, gampang menyalahkan orang lain.
Menurutnya, masjid seharusnya menjadi tempat efektif untuk melakukan pencerdasan terhadap masyarakat. Maka tentu sangat disayangkan, bila ada orang yang menggunakan tempat ibadah justru dipakai politik praktis untuk kepentingan sesaat.
"Tempat ibadah harus hadir dengan prinsipnya, sebagai tempat bersama untuk merumuskan kemajuan masyarakat, yang mau berubah, bersatu, dan terus menumbuhkan rasa persatuan," tandasnya.
Baca juga:
Rumah ibadah harus menebar perdamaian, bukan memecah belah
Waketum DMI: Saya tak sependapat 41 masjid disebut terpapar paham radikal
Din Syamsuddin sangsi ada 47 masjid terpapar radikalisme
Pemkot Solo batalkan pembangunan menara Masjid Raya Sriwedari
MUI desak pemerintah serius awasi masjid terpapar radikalisme
Ini poin-poin dari Menteri Agama bagi penceramah di rumah ibadah
BNPT dan MUI diminta sikapi temuan soal masjid terpapar radikalisme