Masjid di Jakarta Ini Dulu Diduga Dibangun oleh Pasukan Mataram, Ini Fakta di Baliknya
Kebenaran bahwa masjid itu didirikan oleh pasukan Mataram masih diragukan.
Kebenaran bahwa masjid itu didirikan oleh pasukan Mataram masih diragukan.
Masjid di Jakarta Ini Dulu Diduga Dibangun Oleh Pasukan Mataram, Ini Fakta di Baliknya
Masjid Jami’ Matraman merupakan salah satu masjid bersejarah di Jakarta Pusat. Dilansir dari Liputan6, masjid itu diduga merupakan saksi bisu perjuangan Kerajaan Mataram merebut Batavia dari Belanda.
Foto: YouTube Candrian Attahiyyat
-
Siapa yang membangun Masjid Jami? Dikutip dari Islamic-center.or.id, Masjid Jami sendiri awalnya hanya sebuah langgar sederhana. Menurut hikayat, masjid ini mulai dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Usman (1819-1855) yang merupakan sultan ketiga Kesultanan Pontianak.Peletakan batu pertama pondasi bangunan dilakukan pada tahun 1821. Penjelasan mengenai hal tersebut dapat dilihat dari inkripsi huruf Arab di atas mimbar masjid. Di sana tertulis bahwa Masjid Jami dibangun oleh Sultan Syarif Usman pada hari Selasa bulan Muharam tahun 1237 Hijriah.
-
Siapa yang mendirikan Masjid Jami'? Saat itu sejumlah buruh di Hollandia, nama Jayapura saat itu, adalah para pencetus berdirinya Masjid Jami ketika Belanda masih berkuasa.
-
Kapan Masjid Jami dibangun? Dikutip dari Islamic-center.or.id, Masjid Jami sendiri awalnya hanya sebuah langgar sederhana. Menurut hikayat, masjid ini mulai dibangun pada masa kepemimpinan Sultan Syarif Usman (1819-1855) yang merupakan sultan ketiga Kesultanan Pontianak.Peletakan batu pertama pondasi bangunan dilakukan pada tahun 1821.
-
Siapa yang membangun masjid itu? Situs ini merupakan sebuah masjid yang dibangun dari tanah dan batu oleh dinasti abad pertengahan yang berkuasa di Afrika Utara dan Spanyol.
-
Mengapa Masjid Jami' dibangun? Saat itu sejumlah buruh di Hollandia, nama Jayapura saat itu, adalah para pencetus berdirinya Masjid Jami ketika Belanda masih berkuasa.
-
Kenapa Masjid Raya Sabilal Muhtadin dibangun di tanah bekas asrama tentara? Megah Masjid dengan arsitektur megah ini dibangun di atas tanah luas yang dulunya merupakan asrama tentara Tatas.
Saat itu pasukan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung mengirimkan prajuritnya ke Batavia untuk menyerang Belanda. Saat menetap di kawasan Matraman, mereka mendirikan gubuk-gubuk dan musala kecil untuk tempat beristirahat dan beribadah.
Saat itu Sungai Ciliwung yang berada tak jauh dari masjid merupakan jalur transportasi. Misi Sultan Agung berakhir dengan kegagalan karena ratusan prajurit Mataram tewas akibat wabah kolera yang mengganas.
Seiring berjalannya waktu, Sultan Agung ingin mengubah gubuk dan musala menjadi bangunan permanen. Maka dibuatlah masjid yang kemudian dinamakan Masjid Jami’ Matraman Dalem.
Pada tahun 1837, dua orang generasi baru keturunan Mataram, H. Mursalun dan Bustanul Arifin, yang merupakan keturunan Sunan Kalijaga mempelopori pembangunan kembali tempat ibadah itu.
Masjid mulai berfungsi sebagai pusat dakwah setelah sebagian prajurit memutuskan untuk tinggal dan menjadi pendakwah.
Diragukan Kebenarannya
Terkait sejarah bahwa masjid itu dulunya dibangun oleh pasukan Mataram, pemilik kanal YouTube Candrian Attahiyat meragukan kebenaran itu.
Apalagi tidak tersedia data yang lengkap kalau masjid itu didirikan oleh prajurit dari Mataram.
“Sebenarnya mereka tidak melewati jalur ini. Soalnya mereka janjian dulu di Karawang. Jadi barang tentu kalau dari Karawang, maka tidak akan lewat Sungai Ciliwung. Jadi tidak mungkin kalau cerita Mataram itu terjadi di sini,”
ungkap pemilik kanal YouTube Candrian Attahiyat dalam videonya.
Di dalam sebuah peta tahun 1874, keberadaan Masjid Jami’ Matraman sudah ditemukan. Sejak saat itu, masjid tersebut sudah mengalami banyak renovasi sehingga bagian-bagian yang asli sudah tidak dikenali lagi.
Foto: YouTube Candrian Attahiyyat
Haji Syamsudin, Imam Masjid Jami Matraman mengatakan bahwa sebenarnya tak ada dokumen yang akurat tentang berdirinya masjid tersebut.
Berdasarkan arsip Belanda, masjid tersebut pernah mau akan dipindahkan ke wilayah Matraman Dalam pada tahun 1928.
Namun rencana pemindahan itu diprotes oleh warga. mereka membuat petisi agar masjid itu tetap paa tempatnya.