Wisata ke Kemiren Banyuwangi, Nonton Barong & Gandrung Hingga Kulineran Khas Using
Masuk ke Desa Kemiren, pengunjung bisa memesan paket pertunjukan barong, tari gandrung hingga musik lesung yang ditabuh para perempuan suku Using. Setelah itu menyantap sajian kuliner tradisional pecel pitik dan uyah asem, lengkap dengan jajanan tradisionalnya.
Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi dikenal sebagai salah satu desa wisata adat suku Using yang masih menjaga nilai nilai kearifan lokalnya. Beberapa di antaranya ritual adat Barong Ider Bumi, Mepe Kasur, Tumpeng Sewu hingga even Ngopi Sepuluh Ewu. Kegiatan tersebut berlangsung setiap setahun sekali, setiap Bulan Dzulhijjah dan Syawal.
Meski demikian, pada hari biasa, wisatawan bisa merasakan suasana kearifan lokal, seni adat hingga sajian kulinernya.
-
Apa yang dibangun di Banyuwangi? Pabrik kereta api terbesar se-Asia Tenggara, PT Steadler INKA Indonesia (SII) di Banyuwangi mulai beroperasi.
-
Bagaimana cara Banyuwangi memanfaatkan insentif tersebut? “Sesuai arahan Bapak Wakil Presiden, kami pergunakan insentif ini secara optimal untuk memperkuat program dan strategi penghapusan kemiskinan di daerah. Kami juga akan intensifkan sinergi dan kolaborasi antara pemkab dan dunia usaha. Dana ini juga akan kami optimalkan untuk kegiatan yang manfaatnya langsung diterima oleh masyarakat,” kata Ipuk.
-
Kenapa Banyuwangi mendapatkan insentif lagi? Ini merupakan kali kedua mereka mendapatkan insentif karena dinilai sukses menekan laju inflasi serta mendongkrak kesejahteraan masyarakat.
-
Apa yang diserahkan oleh Presiden Jokowi di Banyuwangi? Total sertifikat tanah yang diserahkan mencapai 10.323 sertipikat dengan jumlah penerima sebanyak 8.633 kepala keluarga (KK).
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Apa penghargaan yang diraih Banyuwangi? Diserahkan Presiden RI Joko Widodo kepada Bupati Ipuk Fiestiandani di Istana Negara, Kamis (31/8/2023), Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Terbaik 2022 se-Jawa dan Bali.
Masuk ke Desa Kemiren, pengunjung bisa memesan paket pertunjukan barong, tari gandrung hingga musik lesung yang ditabuh para perempuan suku Using. Setelah itu menyantap sajian kuliner tradisional pecel pitik dan uyah asem, lengkap dengan jajanan tradisionalnya.
©2020 Merdeka.com
"Pertama tamu diarak dengan seni Barong mulai dari Balai Desa menuju sanggar ini (rumahnya), kemudian sampai sini disambut dengan tarian Gandrung dan musik lesung," kata Adi Purwadi (58), salah satu warga Kemiren yang membuka paket wisata seni pertunjukan hingga kuliner tradisional saat ditemui di kediamannya, Minggu (8/3).
Sebagai penyambutan tamu, Purwadi mendirikan Rumah Budaya Osing (RBO). Desain rumahnya masih mempertahankan konstruksi lama, yakni menggunakan kayu dengan arsitek rumah adat Using. Rumah tersebut dibangun tanpa menggunakan paku, namun pasak.
"Rumah adat Using bisa dibongkar pasang, ini saya bikin buat penyambutan tamu," kata pria yang akrab disapa Pur.
Usai menikmati pertunjukan barong, tari gandrung dan musik lesung di bagian belakang rumah Using bernama amper, para tamu duduk di bawah beralaskan tikar.
©2020 Merdeka.com
"Gak ada aturan tertentu penyambutan tamu harus dimana, lesehan gini karena paket yang ditawarkan makan ala Tumpeng Sewu (tradisi adat), mangan (makan) lesehan," katanya.
Ibu-ibu kemudian keluar menyajikan menu makan pembuka berupa jajanan tradisional seperti kucur, clorot, apem, lemet dan lepet. Rata rata jajanan tersebut dibungkus menggunakan daun pisang dan daun muda kelapa.
"Kalau piringnya juga pakai daun dipincuk, di sini namanya ethuk. Gaya penyajian tradisional ini ternyata masih banyak disukai tamu," jelasnya.
©2020 Merdeka.com
Dalam tradisi Tumpeng Sewu, masing-masing keluarga masyarakat Kemiren membuat tumpeng yang di sajikan di sepanjang jalan depan rumah, untuk kemudian dimakan bersama siapapun yang berkunjung ke sana.
Makan dengan cara lesehan tersebut menggambarkan kesetaraan sebagai manusia, mulai pejabat birokrasi, akademisi, wisatawan, tokoh masyarakat hingga warga biasa, duduk lesehan beralas tikar bersama di pinggir jalan, dan menikmati tumpeng dengan menu yang sama.
"Kalau kunjungan tamunya di malam hari, dan jumlahnya banyak, kita makan di sepanjang jalan desa pakai penerangan oncor bambu seperti tradisi Tumpeng Sewu. Seperti kemarin tamunya ada 450, makannya lesehan di jalan, kalau di sini (rumah Using) tidak cukup," katanya.
Sementara kuliner adat yang disajikan memiliki ciri khas yang kuat, yakni Pecel Pitik. Sebelumnya kuliner tersebut tidak ada yang memperjual belikan karena hanya disajikan saat selamatan bersih desa seperti Barong Ider Bumi dan Tumpeng Sewu.
Kuliner Pecel Pitik, menggunakan bahan dasar daging ayam bercampur urapan parutan kelapa yang sudah menyatu dengan rempah-rempah. Sebelumnya, ayam dipanggang di atas bara api tradisional, baru diolah dengan bumbu-bumbu untuk jadi pecel pitik.
©2020 Merdeka.com
"Kalau kulinernya ada dua, pecel pitik dan uyah asem," katanya.
Pur melanjutkan, paket wisata yang dia buat di desanya tidak dikerjakan sendiri, namun bergotong royong bersama masyarakat.
"Kalau jumlah tamunya banyak seperti kemarin, pesan 40 porsi (per porsi cukup untuk 8 orang), yang 35 porsi saya berikan ke warga sekitar untuk memasak, baru yang 5 saya ambil untuk keluarga yang masak, jadi paket wisata ini tidak saya sendiri yang merasakan manfaat ekonominya," katanya.
Hal tersebut juga berlaku buat warga sekitar yang tampil diundang untuk menari gandrung, pertunjukan barong hingga musik lesung. Bila tamu menginap, juga akan tinggal di homestay-homstay milik warga.
Pur sendiri mematok harga Rp 225 ribu untuk paket kulinernya per porsi yang bisa dimakan 8 orang. Sementara paket pertunjukan seni barong, tari gandrung hingga musik lesung untuk berapapun orangnya yang menonton dihargai Rp 4,5 juta.
"Ini paket jadi ada pemberdayaan kepada masyarakat," ujarnya.
Desa Kemiren, sejak tahun 2017, telah ditetapkan sebagai desa wisata adat olah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pada Desember 2019, Desa Kemiren meraih juara 3 Lomba Desa Wisata Nusantara yang digelar Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa PDT). Posisi tersebut diraih dari 158 peserta desa se-Indonesia.
Saat masuk di Desa Kemiren, pengunjung akan disuguhi pemandangan arsitektur rumah adat suku Using yang sengaja dipertahankan dan dibangun kembali untuk memikat wisatawan. Masuk, pengunjung bisa mengenal seni tradisinya, keramahan warganya hingga sajian kulinernya yang memikat.
"Kuliner pecel pitik ini paling saya sukai dan nanti, karena dulu nggak ada yang jual, hanya ada pas acara selamatan seperti Barong Ider Bumi, selamatan kampung, ritual Seblang," kata Akbar Wiyana (30) salah satu pemuda suku Using.
(mdk/hhw)