4 Alasan SBY pilih oposisi daripada Jokowi atau Prabowo
Demokrat tak ikut bertanding. SBY pun berpesan supaya Jokowi dan Prabowo bersaing secara sehat.
Partai Demokrat menggelar Rapat Pimpinan Nasional, Minggu (18/5). Ketua Majelis Tinggi/Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono , menyatakan partainya kemungkinan besar bakal menjadi oposisi.
Hal itu diungkapkan oleh SBY saat membacakan sembilan butir putusan Rapimnas Partai Demokrat hari ini. Demokrat memutuskan tidak mendukung kubu Jokowi atau Prabowo .
"Di parlemen, Partai Demokrat bisa menjadi oposisi yang kritis dan cerdas," kata SBY saat membacakan putusan Rapimnas, di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (18/5).
Demokrat tak ikut bertanding. SBY pun berpesan supaya Jokowi dan Prabowo bersaing secara sehat. Dia tidak ingin kompetisi politik berlangsung dengan siasat kotor.
"Partai Demokrat mempersilakan para calon presiden dan partai pendukungnya berkompetisi secara cerdas, sehat, dan mendidik. Silakan rakyat memilih siapa yang layak menjadi presiden dalam lima tahun mendatang," kata SBY .
Masih ada waktu hingga 20 Mei sebelum SBY membacakan keputusan resmi partai. Namun keputusan SBY berani beroposisi ini menjadi terobosan tersendiri. Daripada hanya menjadi pelengkap, lebih baik Demokrat bersikap tegas di luar pemerintahan.
Berikut alasan SBY siap memilih beroposisi.
-
Kapan Partai Demokrat dideklarasikan? Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan.
-
Bagaimana Presiden Jokowi mengenalkan Prabowo Subianto sebagai Presiden Terpilih? Menlu Retno mengatakan bahwa Presiden Jokowi dalam setiap kesempatan dan acara selalu mengenalkan Prabowo Subianto selaku calon presiden terpilih.
-
Apa yang diusulkan oleh Partai Demokrat terkait penunjukan Gubernur Jakarta? Hal senada juga disampaikan Anggota Baleg Fraksi Demokrat Herman Khaeron. Dia mengatakan, pihaknya tetap mengusulkan agar Gubernur Jakarta dipilih secara langsung. "Kami berpandangan tetap, Pilgub DKI dipilih secara langsung. Bahkan wali kota juga sebaiknya dipilih langsung," kata Herman Khaeron.
-
Kenapa SBY memberi lukisan kepada Prabowo? "Ini Pak Prabowo keyakinan saya atas pemipin kita mendatang, atas harapan saya, dan juga doa kita semua agar Pak Prabowo kokoh kuat seperti batu karang ini memajukan Indonesia, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menegakkan hukum dan keadilan, dan tugas-tugas lain yang diemban oleh beliau nanti. Semoga berkenan," imbuh SBY.
-
Apa yang dilakukan Prabowo saat menyapa ketua umum partai politik? Ketua umum partai politik pengusung Prabowo-Gibran terlihat hadir dalam acara tersebut. Saat Prabowo ingin menyapa para ketua umum yang hadir, dia pun berkelakar tengah mempersiapkan nama-nama yang hadir. Sebab, dirinya takut nama tersebut terlewat dapat menyebabkan koalisi tak terbentuk."Ini daftar tamunya panjang banget, jadi harus saya sebut satu-persatu. Kalau enggak disebut koalisi tak terbentuk," kata Prabowo, disambut tawa oleh para tamu yang hadir.
-
Siapa yang menjadi Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia? Pada hari Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah terpilih sebagai Wakil Presiden ke-9 Republik Indonesia.
Mayoritas kader enggan Jokowi-Prabowo
SBY menyampaikan pandangan dari para pengurus Demokrat di pusat dan daerah. 56 Persen perwakilan pengurus daerah memilih tidak bergabung dengan koalisi manapun.
SBY juga mengatakan, opsi lain yang ditawarkan, yakni membentuk koalisi baru atau bergabung dengan koalisi penguasa tidak diminati.
"Meskipun keputusan akhir rapimnas diserahkan kepada ketua umum dan majelis tinggi, preferensi Partai Demokrat dalam rapimnas adalah tidak berpihak. Dalam arti tidak bergabung dalam kubu manapun. Baik kubu Pak Jokowi maupun kubu Pak Prabowo," ujar SBY.
Sementara itu Sekretaris Majelis Tinggi Demokrat Jero Wacik mengakui ada 30 persen pengurus yang masih menunggu perkembangan, termasuk membentuk koalisi baru.
"Bila kita mencermati keputusan Pak SBY di Rapimnas kali ini, semua pengurus dan kader diberikan kesempatan untuk menyalurkan aspirasinya. Dan hasilnya 56 persen memilih menjadi oposisi, 30 persen melihat perkembangan lainnya," kata Jero usai Rapimnas Demokrat.
Demokrat ingin benahi internal
SBY mengaku suara Demokrat terjun bebas dari sekitar 21 persen di pemilu 2009, menjadi cuma 10 persen pada pemilu 2014. SBY menilai hal ini terjadi karena kader korupsi, dan pemberitaan yang kerap menyudutkan Demokrat.
Menurut SBY, pilihan siap beroposisi itu diambil supaya Partai Demokrat bisa berbenah.
"Jika Partai Demokrat tidak berada di pemerintahan dalam lima tahun dari sekarang, justru Partai Demokrat bisa sungguh-sungguh melakukan pembenahan partai. Seraya mendengarkan kritik yang membangun dari rakyat," kata SBY saat membacakan putusan Rapimnas, di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (18/5).
SBY menyatakan, pembenahan Partai Demokrat memang bakal serius dilakukan. Hal itu yang mendasari salah satu keputusan Rapimnas mencantumkan hal itu.
"Partai Demokrat bertekad melakukan pembenahan dan pembangunan partai lima tahun mendatang secara serius dan berkelanjutan. Menuju partai yang modern, profesional, dan dedikatif terhadap rakyat," ujar SBY.
Demokrat tak mau mengemis
Partai Demokrat siap menjadi oposisi dan tak mendukung Prabowo atau Jokowi. Menurut SBY, keputusan itu diambil karena dia tak sudi Partai Demokrat harus mengemis kekuasaan.
"Rapimnas berpendapat, lebih mulia dan terhormat Partai Demokrat bersikap mandiri dan tidak meminta-minta kepada siapapun terkait dengan kekuasaan," kata SBY, Minggu (18/5).
SBY mengatakan, Partai Demokrat ingin menjadi kekuatan penyeimbang dan pengontrol kebijakan pemerintah supaya selalu berpihak kepada rakyat.
Dia mengatakan, akan memberikan keputusan akhir ihwal sikap partai dalam pemilihan presiden 2014 pada lusa mendatang, Selasa (20/5).
"Saya, ketua umum dan ketua majelis tinggi partai, akan segera mengambil sikap definitif partai terhadap pemilihan presiden 2014, paling lambat pada 20 Mei," ujar SBY.
Tetap haramkan golput
Meski menyatakan tidak condong kepada calon presiden tertentu, SBY mengharamkan kader dan simpatisan Partai Demokrat menjadi golput.
Dia mempersilakan para kader dan simpatisan memilih, asal calon yang mereka dukung punya pikiran sejalan dengan partai besutannya.
"Pilihan ini tidak berarti menjadikan kader dan simpatisan Partai Demokrat golput. Para kader dan simpatisan akan memberikan suara mereka kepada calon presiden yang memiliki pemikiran dengan platform dan solusi segaris dengan Partai Demokrat," kata SBY.
SBY tak menyebut siapa di antara kedua calon presiden yang sama platformnya dengan Demokrat. Namun sebelumnya SBY sempat menyindir capres yang punya program tak rasional dan muluk-muluk seperti kembali ke UUD 1945 asal, atau menasionalisasi aset perusahaan asing di Indonesia.