5 Pilar Kebijakan Luar Negeri Ala Anies Baswedan Jika Jadi Presiden Terpilih 2024
Anies menilai, Indonesia juga harus memiliki kapasitas untuk memantau ancaman lepas pantai ingga memiliki sistem cyber untuk melindungi rakyat di ranah digital.
Anies yakin Indonesia bisa ikut berperan aktif di gelanggang dunia dengan modal 5 pilar tersebut.
5 Pilar Kebijakan Luar Negeri Ala Anies Baswedan Jika Jadi Presiden Terpilih 2024
Calon presiden (capres) nomor urut satu Anies Baswedan mengatakan, Indonesia perlu mengandalkan lima pilar dalam kebijakan politik luar negeri.
Sehingga, kata Anies Indonesia bisa ikut berperan aktif di gelanggang dunia.
"Bagaimana Indonesia ke depan, kita lihat politik luar negeri kita ke depan perlu mengandalkan lima pilar," kata Anies di Conference on Indonesian Foreign, Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Sabtu (2/12/2023).
Pilar yang pertama, pertahanan yang adaptif. Indonesia, kata Anies harus mempunyai strategi pertahanan yang mengikuti tatanan global.
"Indo harus punya angkatan bersenjata, kapal, pesawat yang modern yang siap untuk menjaga alur laut kepulauan Indonesia," ujar Anies.
Anies menilai, Indonesia juga harus memiliki kapasitas untuk memantau ancaman lepas pantai hingga memiliki sistem cyber untuk melindungi rakyat di ranah digital.
Pilar kedua, yakni ekonomi berkeadilan. Menurutnya, negara yang kuat lahir dari ekonomi dan rakyat yang makmur, sejahtera.
"Karena itu kami melihat perlunya menjangkau dan membuat free trade agreement yang fair. Yang harus kita bangun sama-sama," kata dia.
Selanjutnya, pilar ketiga lingkungan yang lestari. Keempat, brand of Indonesia. Anies menyebut, brand of Indonesia menjadi kunci dari diplomasi Indonesia.
"Kita ingin ke depan Indonesia menjadi salah satu tujuan pembelajaran kebudayaan dunia. Kebudayaan Indonesia tidak boleh hanya menjadi tuan rumah di negara sendiri, tapi harus jadi tamu mempesona di negeri orang," ucap Anies.
Terakhir, pilar kelima diplomasi proaktif yang inklusif. Mantan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini menilai, Indonesia butuh kegiatan diplomasi yang lebih inklusif dan terbuka serta lebih melibatkan banyak anak muda.
"Bukan hanya diplomat, tapi semua kaum muda menjadi ujung tombak Indonesia di dunia internasional," katanya.