AHY: Orang Tua Saya Tidak Pernah Membebani Cita-Cita Harus Jadi Presiden
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengaku tidak dibebani cita-cita atau harapan untuk menjadi presiden seperti sang ayah.
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengaku tidak dibebani cita-cita atau harapan untuk menjadi presiden seperti sang ayah.
AHY: Orang Tua Saya Tidak Pernah Membebani Cita-Cita Harus Jadi Presiden
AHY mengaku bersyukur ayahnya, Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono dan ibunya Ani Yudhoyono tak pernah memberinya beban itu.
- Jejak Karir AHY: Pensiun Dini dari TNI, Gagal jadi Gubernur DKI dan Kini Menteri Anak Buah Jokowi
- Kerap Pidato soal Pertahanan, AHY: Saya Enggak Berandai-andai Jadi Menhan
- AHY: Cawapres Anies Jangan Hanya Bisa Menang di Jateng dan Jatim tapi Seluruh Indonesia
- SBY Ingatkan Rakyat Tak Salah Pilih Pemimpin: Jangan Beli Kucing dalam Karung
"Setiap anak tentu ingin lebih baik dari kedua orang tuanya, tapi saya bersyukur orang tua saya tidak pernah membebani saya dengan cita-cita atau harapan mereka."
AHY ketika peluncuran buku tetralogi Transformasi AHY di Djakarta Theater, Jakarta, Kamis (10/8).
"Mereka tidak pernah meminta saya untuk menjadi apa pun, apakah itu menjadi pilot, insinyur, jenderal, gubernur, menteri, atau presiden," imbuh AHY.
Setiap orang tua tentu punya harapan, meski tak terucap. Tetapi, yang AHY rasakan, orang tuanya selalu membimbing pada pilihan hidupnya.
"Kadang-kadang harapan mereka berbeda dengan keinginan saya, tapi mereka selalu mendukung apa pun keputusan saya," ujar AHY.
AHY mengaku tidak pernah membayangkan sang ayah akan menjadi pemimpin Indonesia.
Menjadi anak presiden baginya di satu sisi adalah anugerah. Tetapi juga memberikan beban moril untuk menjaga martabat, kehormatan, dan nama baik keluarga.
AHY yakin anak presiden lainnya, seperti Yenny Wahid, Ilham Habibie dan Puan Maharani merasakan hal yang sama.
"Menjadi anak presiden di satu sisi adalah suatu anugerah, tapi di sisi lain memberikan beban moril untuk menjaga martabat, kehormatan, dan nama baik keluarga," ujar AHY.
Dukungan Istri
AHY juga menceritakan transformasinya dari dunia militer ke dunia politik. Dampaknya paling terasa bagi keluarganya, terutama sang istri, Annisa Pohan yang setia menemaninya.
"Ketika saya melakukan transformasi dari dunia militer yang penuh dengan keteraturan, ke dalam dunia politik yang penuh dengan kejutan dan ketidakpastian," ujar AHY. "Hikmahnya Pilkada DKI Jakarta 2016, saya dan Mas Anies menjadi pelaku sejarah, Pilkada DKI Jakarta 2016 menjadi kawah candradimuka, bukan hanya bagi saya, tapi juga bagi keluarga kecil saya," ungkapnya. AHY mengungkap perbedaan hubungannya dengan sang istri ketika awal terjun ke politik, sampai hari ini. Di awal karier politiknya, AHY lebih banyak menguatkan hati sang istri ketika ada tekanan politik.
Hari-hari belakangan justru berbeda, sang istrinya lah yang menguatkan AHY ketika ada tekanan politik. "Dulu ketika menghadapi tekanan-tekanan politik, saya yang membesarkan dan menguatkan hati istri, tapi makin ke sini, sekarang justru Annisa yang lebih sering menguatkan hati saya," ujar AHY.
AHY pun bercerita ada sosok sang Ibu, Ani Yudhoyono yang menjadi inspirasinya menulis buku tetralogi ini. Awalnya, AHY mengaku tidak pernah merencanakan menulis buku ini.
"Ibu Ani lah yang selalu mengingatkan saya 'Gus, sayang sekali jika pemikiran, gagasan, dan ide-idemu itu tidak dibukukan. Karena itu bagaimanapun adalah rekam jejak perjuangan dan pengabdianmu sejak TNI sampai dengan hari ini setelah berubah dunia pengabdian. Paling tidak anak cucumu kelak nanti bisa membacanya," kata AHY menirukan percakapan dengan sang bunda.