Airlangga: Banyak Cara untuk Menang, Jangan Pakai Politik Pecah Belah
Dia mengatakan Golkar ingin membangun politik optimis dan politik kemajuan demi mencegah polarisasi di masyarakat.
Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto meminta kader-kader Partai Golkar untuk mengedepankan politik persatuan dan kemajuan. Bukan politik pecah belah atau politics of fear.
Hal itu disampaikan pada pembukaan Executive Education Program for Young Political Leaders Angkatan 7 sekaligus peluncuran Aplikasi Golkar Institute Training App di Kantor DPP Partai Golkar.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Golkar? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Apa yang diklaim Airlangga sebagai pencapaian Partai Golkar? "Dengan demikian Partai Golkar mengalami kenaikan dan dengan Partai Golkar mengalami kenaikan, Partai Golkar juga yang mendukung Pak Prabowo dan Mas Gibran bisa berkontribusi kepada kemenangan Bapak Prabowo Subianto dan Mas Gibran Rakabuming Raka," tutup Airlangga.
-
Bagaimana Airlangga Hartarto mengelola potensi konflik di dalam Partai Golkar? Lanjut Dedi, Airlangga juga mampu merawat infrastruktur partai dengan mengelola potensi konflik yang baik.
-
Siapa yang menyampaikan keinginan aklamasi untuk Airlangga Hartarto dalam memimpin Golkar? Untuk informasi, kabar adanya keinginan aklamasi dari DPD I dalam penunjukkan Airlangga kembali memimpin Partai Golkar disampaikan Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Lodewijk F. Paulus.
-
Apa alasan Nurdin Halid menilai Airlangga Hartarto layak memimpin Golkar? "Sangat layak, Erlangga memimpin Golkar," ujarnya kepada wartawan, Rabu (3/4). Nurdin mengaku di Pemilu 2024, Golkar perolehan kursi di DPR RI meningkat menjadi 102. Padahal di Pemilu 2019, Golkar hanya meraih 85 kursi. "Dari 85 kursi menjadi 102, itu tidak mudah. Sangat layak (memimpin kembali Golkar)," tuturnnya.
-
Kenapa banyak Ketua DPD Golkar ingin Airlangga Hartarto kembali memimpin secara aklamasi? "Makanya cukup rasional jika DPD ingin aklamasi untuk AH," jelasnya. Dia menambahkan, tidak mudah untuk Golkar meraup suara maksimal di Pemilu karena tidak ada kader yang bertarung di Pilpres 2024.
Airlangga menyampaikan tentang pentingnya kepemimpinan yang dibangun atas dasar kerja sama, bukan kepemimpinan yang saling menjatuhkan.
"Partai Golkar sifatnya inklusif. Oleh karena itu Partai Golkar merekrut, bekerjasama dengan partai lain. Yaitu dalam hal ini membentuk koalisi dengan PAN dan PPP. Artinya apa, kita membuat kepemimpinan yang bisa bekerjasama. Bukan kepemimpinan yang saling menjatuhkan. Kita tidak ingin politik bangsa ini malah dibelah hanya oleh kepentingan politik. Nah, ini yang kita ingin bahwa politik kita adalah politik yang mempersatukan. Bukan politik yang membelah-belah," kata Airlangga dalam keterangannya, Senin (13/6).
"Banyak cara untuk menang. Tapi cara yang tidak baik (adalah) cara membelah. Contoh, di Amerika pun dibelah. Dan itu sampai sekarang tidak selesai," sambung Airlangga.
Dia mengatakan Golkar ingin membangun politik optimis dan politik kemajuan demi mencegah polarisasi di masyarakat.
"Membelah itu syaratnya adalah ekstremisme. Dan ekstremisme itu adalah pendekatan ketakutan ataupun intimidasi dari masyarakat. Politik pecah belah adalah politik fear yang dimainkan. Oleh karena itu kita tidak ingin politik fear yang dimainkan. Tetapi, politik yang optimis politik kemajuan," papar Airlangga.
Selain itu, Menko Perekonomian itu juga menyinggung masih banyak tantangan yang harus dihadapi, pasca pandemi ini. Meski beberapa negara sudah menyatakan peralihan dari pandemi ke endemi, tetapi keberadaan virus akan selalu ada.
Menurut Airlangga, berbagai tantangan itu juga menjadi topik utama dalam G20 dimana Indonesia sebagai presidensi, seperti mendorong pembangunan arsitektur kesehatan dan juga transisi energi berkelanjutan yang ramah lingkungan.
"Indonesia sekarang memimpin G20. Di mana G20 yang utama adalah mendorong arsitektur kesehatan. Pemerintah ikut mendorong negara lain untuk komit. Selama ini terjadi ketidakadilan dalam vaksin," terang Airlangga.
"Terkait dengan transisi energi, kita lihat bauran energi kita memang energi hijau itu ditargetkan lebih dari 23 persen. Sekarang masih 60 persen berbasis fosil," jelasnya.
Airlangga juga menyebut tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam jangka pendek, yaitu membawa Indonesia keluar dari middle income trap (jebakan pendapatan kelas menengah).
"Tantangan kita jangka pendek adalah Indonesia keluar dari middle income trap. Dan ini adalah 10 tahun ke depan. Untuk lepas dari middle income trap butuh partai politik yang tahu pembangunan. Partai politik yang selalu ikut dalam pembangunan," tutur Airlangga.
Untuk membawa keluar dari masalah itu, Indonesia butuh partai politik yang sudah pengalaman dalam pembangunan Indonesia.
"Golkar jadi satu-satunya partai yang dalam pemerintah dan ikut membangun. Partai Golkar bukan partai penonton, hanya menonton kebijakan. Inilah momentum Partai Golkar untuk membawa Indonesia lolos dari middle income trap. Artinya, Golkar harus menang di 2024," pungkasnya.
(mdk/ray)