Akbar Tandjung sarankan masa kepemimpinan Airlangga sebaiknya 5 tahun
Terkait idealnya masa kepemimpinan Airlangga apakah lima tahun atau 1,5 tahun untuk menggenapi masa kepemimpinan Setnov, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tanjung menilai sebaiknya lima tahun.
Dalam musyawarah nasional luar biasa (munaslub) Partai Golkar, Airlangga Hartarto dipilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum (Ketum) menggantikan Setya Novanto yang terkait kasus korupsi e-KTP. Terkait idealnya masa kepemimpinan Airlangga apakah lima tahun atau 1,5 tahun untuk menggenapi masa kepemimpinan Setnov, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tanjung menilai sebaiknya lima tahun.
"Momentum ini akan efektif kalau seandainya dari sisi waktunya menyangkut kurun waktu cukup untuk bisa membuat partai itu bisa membawa satu spirit baru, semangat baru. Itu membutuhkan juga penyesuaian waktu dan semangat itu. Saya berpendapat lima tahun, saya pikir tepat," jelasnya di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (18/12).
Dengan rencana perubahan dan perbaikan yang akan dilakukan Airlangga dalam kepemimpinannya, menurut Akbar perlu waktu yang cukup lama sehingga cita-citanya terwujud. "Perbaikan dengan tema baru yaitu Golkar bersih, Golkar jaya, Golkar menang, nah untuk itu perlu waktu dan persiapan yang matang. Karena itu persiapan matang itu butuh waktu," terangnya. "Tentu dua tahun singkat. Maka yang cocok ya lima tahun," tambahnya.
Namun terkait masa waktu kepemimpinan Airlangga ini akan diputuskan dalam agenda munaslub selanjutnya. Munaslub, kata Akbar Tanjung, merupakan wadah pemilihan keputusan tertinggi di Partai Golkar. "Nanti kita lihat saja Partai Golkarnya mau bagaimana. Kalau semangatnya untuk pembaruan membangun Golkar bersih, saya kira momentum ini harus kita gunakan sebaiknya-baiknya oleh Partai Golkar," jelasnya.
Pengurus Golkar di bawah kepemimpinan Airlangga juga harus ada perubahan dan ada kombinasi antara pengurus lama dan baru. Kepengurusan baru juga harus memberikan perubahan dan berbagai perbaikan terhadap partai beringin ini.
"Semangat kontinuitas mungkin masih dipertahankan tokoh-tokoh senior. Dan semangat pembaruan dimunculkan tokoh baru," ujarnya. "Kalau menurut daya spiritnya pembaruan, ada baiknya tokoh baru juga akan dimunculkan," tutupnya.