Akui Komunikasi dengan Kubu AMIN, PDIP: Karena 02 Terlalu Yakin Satu Putaran
Karena 02 terlalu yakin 1 putaran. Kami dengan 01 tidak yakin 1 putaran, pasti 2 putaran," kata Aria Bima
Komunikasi tersebut terbangun karena pihaknya dengan AMIN yakin Pilpres 2024 berjalan dua putaran.
Akui Komunikasi dengan Kubu AMIN, PDIP: Karena 02 Terlalu Yakin Satu Putaran
Politikus PDIP Aria Bima mengaku, jika pihaknya membangun komunikasi dengan kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin (AMIN). Komunikasi tersebut terbangun karena pihaknya dengan AMIN yakin Pilpres 2024 berjalan dua putaran.
"Putaran kedua saling dinamis, masih sangat dinamis. Saya kira, untuk melihat putaran kedua, itu yang kami yakini dengan 01. Karena 02 terlalu yakin 1 putaran. Kami dengan 01 tidak yakin 1 putaran, pasti 2 putaran," kata Aria Bima, saat ditemui di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta, Senin (1/1).
Dia menjelaskan saat ini berbagai pihak tengah membangun sebuah opini agar Pilpres 2024 berjalan satu putaran melalui lembaga survei.
Oleh karena itu, pihak paslon nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD membangun komunikasi dengan paslon nomor urut 1.
"Iya (komunikasi) Kita tanya, lu percaya satu putaran? Enggak. Nah lu enggak, gue enggak. Gitu aja. Karena gini lho, ini kan ada opini publik, dibangun lewat survei, kemudian diglorifikasi satu putaran, kemudian survei yang harusnya memotret realitas tapi ini menggiring realitas opini yang ada,"
kata Aria Bima.
merdeka.com
"Jadi ada desain lembaga survei seolah-olah jadi satu putaran. Jangan sampai kami dengan 01 menjadi panik," sambungnya.
Saat ditanya, apakah antara pihak 03 dengan 01 sudah ada kesepakatan, Aria Bima enggan menjawab secara detail. Dia hanya menegaskan, bahwa keduanya tengah fokus memaksimalkan kampanye untuk meraih kemenangan.
"Enggak ada. Kita masih jalan. Deal gimana? Lha kalo dia yang menang gimana? Kalo saya yang menang gimana? Enggak ada. Kita ingin dua putaran. Jadi jangan sampai ada upaya menggiring opini lewat survei satu putaran," tegas Aria.
"Seolah-olah itu demokratis. Sementara aspek di dalam implementasi satu putaran itu adalah kerja aparat. Ini yang bahaya. Kami sepakat, jangan sampai oknum aparat dipakai untuk memobilisasi dukungan dengan pembenaran prakondisinya adalah lembaga survei,"
pungkas Aria Bima.