Negara Eropa Ini akan Jadi yang Pertama Terapkan Pajak Bagi Sapi yang Sendawa
Negara ini akan menjadi negara pertama yang menerapkan pajak untuk emisi gas metana dari sapi.
Denmark telah menerapkan kebijakan baru untuk melindungi lingkungan, yaitu dengan mengenakan pajak khusus pada emisi metana yang dihasilkan oleh hewan ternak, terutama sapi yang mengeluarkan gas saat bersendawa. Menurut laporan dari DW Indonesia yang dirilis pada Rabu (15/1/2025), langkah inovatif ini menjadikan Denmark sebagai negara pertama di dunia yang memungut pajak khusus untuk emisi metana dari peternakan. Pajak ini diharapkan dapat mengurangi gas rumah kaca yang diproduksi oleh sektor peternakan. Meskipun terdengar lucu, kebijakan ini memiliki dampak yang signifikan bagi keberlangsungan Bumi.
Denmark berkomitmen untuk mencapai netralitas iklim pada tahun 2045. Mengapa fokus pada sapi? Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sapi sebagai hewan pemamah biak menghasilkan gas metana saat proses pencernaan. Gas metana ini akan dilepaskan saat sapi bersendawa, dan efek dari "sendawa sapi" ini ternyata 25 kali lebih berbahaya dibandingkan dengan pemanasan global yang disebabkan oleh karbon dioksida (CO2).
Data menunjukkan bahwa setiap sapi dapat menghasilkan setidaknya 100 kilogram metana setiap tahun. Lalu, berapa pajak yang harus dibayar oleh peternak? Mulai tahun 2030, Denmark akan memberlakukan pajak sebesar 40 euro (sekitar Rp670.000) untuk setiap ton metana. Dengan demikian, setiap peternak sapi harus membayar sekitar 4 euro (sekitar Rp67.000) per sapi setiap tahunnya. Kebijakan ini merupakan bagian dari strategi menyeluruh untuk mengurangi populasi hewan ternak di Denmark.
Pemerintah berharap pajak ini tidak hanya mengurangi emisi metana, tetapi juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas perairan umum, seperti danau dan teluk yang tercemar akibat penggunaan pupuk di lahan pertanian. Untuk meringankan beban peternak, pemerintah Denmark juga memberikan keringanan pajak sebesar 60 persen. Diharapkan langkah ini dapat menjaga keseimbangan antara keberlanjutan lingkungan dan kelangsungan industri peternakan di negara tersebut.
Namun, organisasi Greenpeace Denmark menganggap kebijakan ini kurang ambisius, karena dinilai tidak cukup untuk mendorong transisi hijau. Mereka khawatir bahwa jumlah hewan ternak tidak akan berkurang secara signifikan, sehingga dampak positif terhadap lingkungan tetap terbatas. Apakah kebijakan ini akan berhasil mencapai tujuannya? Sepertinya kita masih harus menunggu jawabannya. Namun, satu hal yang pasti adalah setiap langkah kecil dapat memberikan dampak besar bagi Bumi kita.