Pemerintah Bakal Impor 1 Juta Ekor Sapi Demi Program Makan Bergizi Gratis, Ekonom: Problematik !
Mengimpor sapi perah berarti Indonesia harus menanggung biaya yang lebih tinggi.
Peneliti Celios Bakhrul Fikri menyoroti rencana Pemerintah Indonesia yang akan melakukan impor satu juta sapi perah guna memenuhi kebutuhan susu dalam program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Menurut Fikri, rencana impor satu juta sapi perah tersebut sangat problematik. Pasalnya, sektor peternakan lokal justru sedang mengalami kesulitan.
Salah satu problem utama yang dihadapi peternak susu domestik adalah penolakan produk susu mereka oleh pabrik-pabrik pengolah susu. Hal itu dialami oleh peternak sapi di Boyolali. Para peternak melakukan aksi protes dengan membuang susu mereka, karena tak ada pihak yang membeli.
Fenomena ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam sistem distribusi susu lokal, di mana permintaan tidak sebanding dengan jumlah produksi, dan pabrik-pabrik pengolah susu justru menolak pasokan dari para peternak.
"Indonesia bakal impor 1 juta sapi perah untuk kebutuhan makan bergizi gratis. Ini sangat problematik ya, karena disisi lain kita baru melihat bahwa para peternak susu di Boyolali melakukan aksi protes membuang hasil produksi susunya. Karena masalah ditolak oleh pabrik-pabrik yang biasanya mereka suppy," kata Fikri dalam diskusi publik, Senin (30/12).
Di sisi lain, pemerintah Indonesia tengah berusaha memenuhi kebutuhan gizi anak-anak melalui program Makanan Bergizi Gratis (MBG), yang tentu membutuhkan pasokan susu dalam jumlah besar.
Susu, sebagai salah satu bahan makanan bergizi yang kaya akan kalsium dan protein, memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan anak-anak. Oleh karena itu, untuk memenuhi target MBG, pemerintah harus memastikan pasokan susu yang cukup.
"Di sisi lain program makanan bergizi gratis ini membutuhkan supply susu untuk bisa memenuhi gizi dari anak-anak yang akan menerima manfaat dari program MBG," ujarnya.
Langkah Pemerintah yang Dianggap Tidak Tepat
Namun, alih-alih memperkuat industri susu lokal, pemerintah justru memilih untuk mengimpor satu juta sapi perah. Keputusan ini menuai kritik, karena tidak hanya akan mempengaruhi para peternak lokal yang tengah terpuruk, tetapi juga menambah ketergantungan Indonesia terhadap pasokan luar negeri.
"Pemerintah caranya untuk memenuhi kebutuhan ini bukannya lebih mengintensifikasikan produsen lokal tapi malah memilih mengimpor 1 juta sapi perah," ujarnya.
Ia mengusulkan, jika tujuan utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan susu dalam negeri, kritik yang muncul adalah mengapa pemerintah memilih untuk mengimpor sapi perah, bukan langsung mengimpor susu.
"Kalau memang susu domestik kita tidak mampu memenuhi kebutuhan domestik, yang diimpor bukannya sapinya tapi susunya. Tapi Pemerintah malah akan mengimpor 1 juta sapi perah dari luar negeri," katanya.
Menurutnya, mengimpor sapi perah berarti Indonesia harus menanggung biaya yang lebih tinggi, baik dalam hal pengadaan sapi itu sendiri maupun dalam pemeliharaan dan pemberdayaan industri yang terkait.
Dalam paparannya, melakukan impor sapi perah akan membebani keuangan negara. Berdasarkan perhitungan Celios, impor satu juta ekor sapi perah membutuhkan biaya USD2,34 miliar untuk memenuhi 733 ribu ton kebutuhan ssu program MBG. Biaya ini setara 51,76% dari total anggaran program MBG sebesar Rp 71 triliun.