Analisis: Peluang Repol dan Ardo di Pilkada Kampar 2024
Kabupten Kampar dengan jumlah DPT mencapai 600 ribu lebih menjadi salah satu lumbung suara potensial dalam peta politik Provinsi Riau.
Peta politik pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kabupaten Kampar periode 2024-2029 semakin mengerucut. Beberapa kandidat mulai muncul dengan klaim basis masing-masing.
Kabupten Kampar dengan jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) mencapai 600 ribu lebih tentu menjadi salah satu lumbung suara potensial dalam peta politik Provinsi Riau tahun 2024 ini.
- Analisis RIDO Batal Gugat Pilkada Jakarta ke MK, karena Bisa Berimbas ke Politik Nasional?
- Angka Golput Tinggi, DPR Evaluasi Jadwal Pilkada Berdekatan dengan Pileg dan Pilpres
- Analisis Penyebab 73 Persen Masyarakat Ingin Ridwan Kamil Kembali Pimpin Jawa Barat
- Jelang Pilkada 2024, ASN Diwanti-wanti Tak Berpolitik Praktis
Salah satu tokoh yang muncul Rahmat Jevary Juniardo atau akrab di sapa Bung Ardo, putra Jefry Noer, mantan Bupati Kampar 2 periode.
Pengamat politik Riau, Tito Handoko mengatakan, dinamika politik yang terjadi di Kampar sangat unik dan rumit. Oleh karena itu, dia memberi pandangan, bagi tokoh politik, bila ingin membangun koalisi menghadapi Pilkada Kampar semestinya mempertimbangkan aspek keterwakilan dari suku-suku yang ada.
Untuk diketahui, Kampar sendiri terdiri dari bermacam-macam suku dan terbagi oleh beberapa wilayah. Dan masing-masing suku maupun wilayah punya arah dukungan politik sendiri-sendiri berdasarkan kepentingan mereka masing-masing.
Berdasarkan Suku
Adapun suku besar di Kampar yaitu suku Ocu atau suku asli secara persentase berkisar 40 persen. Kemudian suku Jawa 33 persen, lalu ada suku Minang 17 persen, 8 persen suku Batak dan 2 persen untuk suku lain-lain.
"Idealnya kandidat dari Suku Ocu diduetkan dengan Suku Jawa. Harus ada kombinasi representasi keterwakilan suku bila ingin membangun koalisi yang kuat dengan peluang kemenangan cukup besar," ujar Tito Handoko, Sabtu (17/8).
Menurutnya, bila keterwakilan suku-suku yang ada di Kampar tidak bisa dipaksakan dalam koalisi, maka representasi wilayah juga harus menjadi pertimbangan para kandidat.
Sebagai contoh, di Kampar ada wilayah Rantau Kampar Kiri, ada wilayah Tapung Raya, ada wilayah XIII Koto, kemudian ada wilayah Siak Hulu, Bangkinang 5 Koto, Tambang dan Siak Hulu.
"Pemilih di wilayah Kampar Kiri tentu akan pro kepada tokoh dari wilayah mereka, sebaliknya orang di wilayah Tapung Raya cenderung akan memilih tokoh dari wilayah mereka sendiri. Tentu duet atas dasar pertimbangan representasi wilayah sangat penting bila calon ingin peluang kemenangan lebih besar," ungkap Tito.
Berdasarkan analisa Tito, pertarungan diprediksi akan berlangsung ketat di jalur tengah. Mengingat ramainya calon dari jalur tengah atau wilayah 5 Koto, maka pertarungan akan panas, bahkan para kandidat justru akan saling ‘bunuh’ di jalur tengah tersebut.
"Coba kita lihat peta representasi teritorial kandidat Bupati Kampar berikut ini," ajaknya.
Bagaimana Calon Lain?
Secara garis besar nama-nama yang akan ikut bertarung di ajang Pilbup kali ini mayoritas dari jalur tengah, dimana ada Edwin Pratama Putra, Yusri, Ahmad Yuzar,Yuyun Hidayat dan Misharti, termasuk Ardo pun dari jalur yang sama, yaitu dari jalur tengah.
"Edwin Pratama Putra yang berasal dari Bangkinang, Yuyun Hidayat berasal dari Tambang. Terakhir ada Yusri dan Ardo juga dari Bangkinang. Mereka mereka ini merupakan kandidat representasi jalur tengah," ulasnya.
Dengan situasi peta politik yang demikian, calon representasi teritorial tengah ini diprediksi tak satu pun yang bisa memenangkan pertempuran. Mereka justru akan saling ‘bunuh’.
Sehingga kandidat dari teritorial kanan ataupun kiri yang akan berpeluang besar keluar sebagai pemenangnya.
"Tapi dengan satu syarat, calon representasi teritorial kiri maupun kanan harus bisa memaksimalkan dukungan di basis mereka masing-masing," imbuhnya.
"Dari peta yang saya uraikan tadi, maka secara matematis, duet Repol - Ardo peluang menangnya lebih besar ketimbang Yusri Ardo. Karena duet Repol - Ardo gabungan wilayah Kampar Kiri dan Kampar bagian tengah,” ujar Tito.
“Sementara Yusri - Ardo dari wilayah dan suku yang sama, kampungnya pun sama, yaitu sama sama dari Kenegerian Bangkinang," tambahnya.
Basis Partai Kuat
Belum lagi, kata dia, perpaduan Repol dan Ardo juga mewakili partai yang punya basis kuat di Kampar. Golkar dan Demokrat adalah partai yang pernah berkuasa di Kampar dan kesan masyarakat pun cukup baik selama daerah ini dipimpin oleh kader kedua partai tersebut.
"Oleh karena itu, penerimaan publik pada duet Repol - Ardo sangat bagus, Selain karena representasi wilayah ada juga faktor kiprah partainya yang terekam baik di memori publik Kampar," lanjut dia.
Ditambah lagi saat ini, momentun Repol cukup bagus untuk maju sebagai calon bupati, hal itu dibuktikan dengan hasil survei yang dirilis oleh beberapa lembaga survei yang menyatakan elektabilitas Repol tertinggi jauh melampaui kandidat lain.
"Hal itu juga dibuktikan dari peroleh suara Pileg yang lalu, di mana Repol merupakan caleg provinsi yang meraih suara tertinggi di Kampar, yakni mencapai hampir 24 ribu suara," pungkasnya.