Analisis Pengamat Politik Soal Menteri Presiden Jokowi di Bursa Kabinet Prabowo
Terpilihnya 17 menteri Jokowi dalam daftar calon menteri kabinet Prabowo-Gibran pada pemerintahan mendatang dilatarbelakangi oleh konsep keberlanjutan.
Presiden Terpilih Prabowo Subianto telah memanggil para calon menteri dan calon wakil menteri dalam kabinetnya sejak Senin (14/10) hingga Selasa (15/10), di kediamannya yakni Rumah Kertanegara IV, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Usai dua hari pemanggilan, hingga kini tercatat sudah ada 108 nama calon menteri yang akan mengisi bangku kosong kabinet pemerintahan mendatang. Menariknya dari seratusan nama tersebut, 17 di antaranya merupakan menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024.
Pengamat Politik dari Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai terpilihnya 17 menteri Jokowi dalam daftar calon menteri kabinet Prabowo-Gibran pada pemerintahan mendatang dilatarbelakangi oleh konsep keberlanjutan dari paslon nomor urut dua tersebut.
"Arahan Presiden Terpilih Prabowo melanjutkan kinerja ataupun legacy Presiden Jokowi menguat karena sedari awal sudah membawa narasi keberlanjutan di masa kampanye, termasuk dengan hadirnya tim sinkronisasi," kata Agung saat dihubungi merdeka.com, Rabu (16/10).
Menurut Agung, kembali dipanggilnya 17 menteri Jokowi dalam kabinet Prabowo-Gibran semakin memperkuat rencana keberlanjutan program-program Jokowi pada pemerintahan Prabowo mendatang.
"Ini belum ditambah ada 17 calon menteri yang dibawa kembali Prabowo ke kabinetnya sehingga semakin mengafirmasi bahwa program-program Presiden Jokowi di masa sekarang tetap berjalan," ujarnya.
Selain itu, dia menyebut pemilihan menteri Jokowi dalam kabinet Prabowo-Gibran tidak dapat dinilai secara sederhana, pasalnya relasi politik antara Jokowi dan Prabowo cukup dekat ketika Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan dan Keamanan dalam Kabinet Indonesia Maju, pemerintahan Jokowi periode 2019-2024. Relasi ini baginya menunjukkan rekam jejak berkualitas antara keduanya selama kerja sama dalam satu periode.
Kemudian pemilihan kembali menteri Jokowi dalam pemerintahan mendatang menunjukkan dimensi politik, di mana Presiden Jokowi memiliki pengaruh besar namun sebatas pertimbangan sebab akhirnya tetap berkompromi dengan hak prerogatif Prabowo sebagai presiden, sehingga keputusan tetap kembali kepada putusan Prabowo sebagai presiden terpilih.
"Di luar itu, pengangkatan para menteri Presiden Jokowi ini bisa dilihat dalam dua aspek, pertama secara teknokratis karena mereka punya rekam-jejak berkualitas, dan Prabowo membuktikan itu karena bekerja sama dengan mereka selama satu periode di kabinet Jokowi. Kedua, tetap mengemuka dimensi politiknya, bahwa pengaruh Presiden Jokowi besar namun sebatas pertimbangan semata karena ujungnya nanti akan berkompromi dengan hak prerogatif Prabowo sebagai presiden," jelasnya.
Agung kemudian menyimpulkan bahwa penyusunan kabinet bertujuan untuk mewujudkan sinergi positif dalam pemerintahan kabinet Prabowo-Gibran mendatang.
"Artinya kompromi dan titik temu dalam penyusunan kabinet Prabowo ini hadir agar ujungnya terjadi harmoni serta sinergi positif saat pemerintahan baru berjalan," ungkapnya.
Reporter Magang: Maria Hermina Kristin