Ancaman Hashim soal veto DPR jadi peringatan keras buat Jokowi
KMP diprediksi akan jegal Kapolri dan Panglima TNI pilihan Jokowi.
Dengan resminya Setya Novanto menjadi Ketua DPR dan Zulkifli Hasan menjadi Ketua MPR, Koalisi Merah Putih (KMP) semakin menguasai wilayah parlemen. Joko Widodo (Jokowi) yang tak lama lagi jadi presiden pun terancam bakal digoyang oleh koalisi besutan Prabowo Subianto itu.
Kemarin Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo sudah terang-terangan membeberkan strategi KMP untuk mengusik kebijakan Jokowi. KMP optimis dengan mudah memainkan strategi politik menghadapi pemerintah di bawah Jokowi karena menguasai mayoritas kursi di parlemen.
KMP berencana mengajukan veto 100 posisi penting yang berada dalam kewenangan presiden. Di antaranya Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Panglima Tentara Nasional Indonesia (Panglima TNI), serta para anggota Mahkamah Agung, dan Mahkamah Konstitusi.
Pengamat politik Centre for Strategic of International Studies (CSIS) Arya Fernandes menilai pernyataan yang dilontarkan Hashim tidak main-main. Salah satu cara yang bakal dilakukan oleh KMP adalah bisa saja menolak mentah-mentah calon Kapolri dan Panglima TNI pilihan Jokowi.
"Kalau perebutan kepemimpinan bisa saja akan direbut oleh KMP, soal Kapolri dan Panglima TNI misalnya. Karena Kapolri, Panglima TNI harus lewat DPR lewat fit and propertest dulu. Kemudian tanda petik memaksa pemerintah atau memaksa Jokowi agar mengusulkan nama yang disetujui mereka saja. Mungkin itu caranya," kata Arya kepada merdeka.com, Kamis (9/10).
Cara yang kedua menurut Arya adalah usulan RUU pemerintah Jokowi bisa langsung dijegal DPR. "Karena kan persetujuannya kembali ke DPR lagi. Dan persetujuan soal RUU itu fifty fifty, baik dari pemerintah dan DPR. Kalau DPR menolak dan tak setuju ya nggak bisa dilanjutkan pembahasan," ujarnya.
Menurut Arya, Koalisi Indonesia Hebat (KIH) besutan Jokowi diprediksi akan sulit mengimbangi KMP di parlemen dan sulit memobilisasi dukungan publik. Jokowi diharapkan selalu bisa mengontrol DPR dan mau membuat kebijakan populis agar didukung dan disetujui oleh orang-orang di parlemen.
"Seperti banyak yang diharapkan, Jokowi harus mengeluarkan kebijakan populis untuk mendapatkan banyak dukungan publik. Kalau tidak populis tentu itu akan jadi petaka untuk Jokowi. Tapi kalau ada muncul kebijakan populis tak ada alasan untuk DPR untuk tak mendukung dan menolak," imbuh Arya.
Baca juga:
Priyo: KMP kuasai parlemen bukan untuk jegal Jokowi-JK
Ketua MPR digasak KMP, Ruhut minta Jokowi-JK jangan loyo
4 Janji manis Jokowi-JK bagi kursi menteri buat Koalisi Prabowo
Anis Matta sebut Koalisi Prabowo konservatif, Jokowi-JK liberal
Malu-malu kucing PAN dan PPP disebut gabung Jokowi-JK
Hadir di Rakernas PDIP, PAN pendekatan masuk koalisi Jokowi-JK?
Ical malah ajak kubu Jokowi-JK gabung Koalisi Merah Putih
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Kapan Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
-
Apa yang dilakukan Jokowi saat kuliah? Semasa kuliah, Jokowi juga aktif tergabung dengan UKM pencinta alam.
-
Kapan Jokowi memanggil Kapolri dan Jaksa Agung? "Sudah saya panggil tadi," kata Presiden Jokowi saat diwawancarai di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).
-
Kapan Prabowo bertemu Jokowi? Presiden terpilih Prabowo Subianto bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana kepresidenan, Jakarta, Senin (8/7) siang.
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Sebagai informasi, turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini adalah Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Gubernur Jambi Al Haris, dan Pj. Bupati Merangin Mukti.