Anomali Pemilu 2024, PDIP Contohkan Perolehan Suara di Kandang Banteng
Anomali terekam dalam hitung cepat atau quick count.
Anomali terekam dalam hitung cepat atau quick count.
- Anomali Ledakan Suara PSI, PKB: Hormati Suara Rakyat, Jangan Sampai Ada Pengalihan Suara
- Analisis Anomali Suara Ganjar-Mahfud Kecil saat PDIP Nomor Satu di Pileg
- Daftar Daerah Kandang Banteng pada Pemilu 2019, Masihkah PDIP Perkasa di 2024?
- Quick Count KedaiKOPI Suara Masuk 75,8 Persen di Banten: Anies 34,87 Persen, Prabowo 56,03 Persen, Ganjar 9,1 Persen
Anomali Pemilu 2024, PDIP Contohkan Perolehan Suara di Kandang Banteng
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut, telah terjadi anomali demokrasi pasca pemungutan suara Pemilihan Umum (Pemilu) pada 14 Febuari 2024. Hal itu, terekam dalam hitung cepat atau quick count.
"Anomali demokrasi ini yang kemudian kami lihat. Kami melihat adanya fenomena over shooting, jadi kalau berburu itu nembaknya berlebihan," kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Rabu (14/2).
Dia lantas mencotohkan anomali tersebut, yakni perolehan quick count pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan legislatif (pileg).
Dari hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD berada diurutan buncit. Terutama di daerah-daerah yang diklaim sebagai kandang banteng.
Namun, jika melihat perolehan suara partai, PDIP justru memperoleh suara lebih tinggi dibandingkan partai politik pengusung dan pendukung pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
"Termasuk di kandang-kandang PDIP menunjukan yang bersifat anomali," ucap Hasto.
"Meskipun banyak yang mengatakan, kita melawan suatu institusi kekuasan yang dikerahkan segala cara untuk memperpanjang kekuasaan," sambungnya.
Selain itu, dia juga mencontohkan bagaimana perbedaan hitung cepat antara pemilih dalam negeri dengan luar negeri yang juga melahirkan anomali.
"Apa yang menjadi harapan rakyat baik ada yang di dalam negeri dan luar negeri itu ternyata menunjukkan suatu hasil yang jauh berbeda," ujar Hasto.
"Exit poll di luar negeri itu mencerminkan tidak adanya operasi bansos, tidak adanya operasi intimidasi, tidak adanya operasi keterlibatan dari institusi-institusi negara, sehingga warga Indonesia bisa menyampaikan pilihannya secara jernih," pungkasnya.