Analisis Anomali Suara Ganjar-Mahfud Kecil saat PDIP Nomor Satu di Pileg
Perolehan suara Ganjar-Mahfud berdasarkan quick count seperti PDIP yang mencapai sekitar 17 persen.
Perolehan suara Ganjar-Mahfud berdasarkan quick count seperti PDIP yang mencapai sekitar 17 persen.
Analisis Anomali Suara Ganjar-Mahfud Kecil saat PDIP Nomor Satu di Pileg
Penghitungan perolehan suara atau real count Pileg dan Pilpres 2024 tengah berlangsung di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Berdasarkan data real count KPU suara masuk 60 persen hingga pukul 16.30 WIB, pasangan capres dan cawapres nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar meraup 24,39 persen suara.
Kemudian pasangan capres dan cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka meraih 57,08 persen. Dan pasangan capres dan cawapres nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD memperoleh 17,99 persen suara.
Sementara itu, berdasarkan real count KPU dari pileg menunjukkan perolehan suara PDI Perjuangan masih tertinggi yakni 16,26 persen. Data itu merujuk hasil hitung suara di KPU yang mencapai 43,09 persen pada pukul 16.30 WIB.
Perolehan suara PDI Perjuangan selaku pengusung Ganjar dan Mahfud di Pilpres 2024 sejauh ini mengalahkan partai politik pengusung Prabowo-Gibran yakni Gerindra, PAN, Partai Demokrat, dan Partai Golkar.
Namun kenapa suara Ganjar-Mahfud di Pilpres jeblok dan hampir sama dengan suara PDI Perjuangan di Pileg. Padahal ketika digabungkan dengan perolehan suara PPP berdasarkan real count meraih 4,25 persen suara capres dan cawapres nomor urut 3 di atas 20 persen.
Ketua Peneliti Charta Politika, Nahrudin mengatakan, perolehan suara Ganjar dan Mahfud tidak signifikan bukan karena mesin politik tidak berjalan.
Sebab Nahrudin mengatakan, partai pendukung Ganjar-Mahfud yang lolos syarat Parliamentary Threshold atau ambang batas parlemen hanya PDI Perjuangan sehingga tidak ada dukungan tambahan dari pndukung partai lain selain partai besutan Megawati Soekarnoputri.
Nahrudin menambahkan, anomali perolehan suara partai politik dan capres-cawapres juga tidak hanya terjadi di pasangan Ganjar-Mahfud. Menurut dia, perolehan suara pasangan Anies-Muhaimin di bawah gabungan partai pengusung PKB, PKS dan NasDem.
"Jadi memang, faktor kemenangan pasangan Prabowo-Gibran lebih karena faktor Jokowi," kata Nahrudin saat dihubungi, Jumat (16/2).
Faktor Suara PDIP Tetap Tinggi
Menurut Nahrudin, perolehan suara Ganjar-Mahfud serupa dengan PDI Perjuangan tersebut lantaran para calon legislatif (caleg) dari partai berlambang banteng moncong putih sangat mengakar dan loyal dibanding dengan caleg lainnya.
"Menurut hipotesa saya yang bisa menjelaskan ini karena adanya faktor caleg-caleg PDIP cukup mengakar dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap tokoh tersebut di hampir seluruh dapil yang ada," kata Nahrudin.
Loyalitas caleg PDI Perjuangan itu berbanding terbalik dengan Partai Gerindra yang hanya berpegang terhadap sosok Prabowo Subianto. Sehingga ketokohan partai berlambang garuda tersebut belum menyeluruh.
"Lain dengan Gerindra yang belum ada persebaran tokoh-tokoh yang kuat di seluruh dapil dan hanya bergantung pada faktor Ketua Umum Prabowo Subianto," ujar Nahrudin.
Namun menurut Nahrudin, fenomena tersebut bukan pertama kali terjadi di Pileg dan Pilpres. Dia mengambil contoh pada Pemilu 2009 yang mana suara pasangan capres dan cawapres Jusuf Kalla-Wiranto kala itu sangat rendah namun suara Partai Golkar paling tinggi dibanding dengan partai lain.
"Fenomena ini juga sebenarnya pernah terjadi di Pilpres 2009 di mana suara paslon Jusuf Kalla-Wiranto perolehan suaranya kebih kecil dibandingkan perolehan suara Partai Golkar," ujar Nahrudin.
Hanya Separuh Pemilih PDIP Mencoblos Ganjar-Mahfud
Sementara itu, hasil analisis Litbang Kompas terhadap survei hasil pencoblosan pada Rabu 14 Februari 2024 lalu menunjukkan bahwa 54,9 persen pemilih PDI Perjuangan mencoblos Ganjar-Mahfud. Artinya hanya separuh pemilih PDI Perjuangan yang mencoblos Ganjar-Mahfud.
"Kondisi ini bisa dibaca bahwa figur Ganjar-Mahfud belum sepenuhnya diterima oleh PDI Perjuangan," kata Peneliti Litbang Kompas Yohan Wahyu dikutip dari Kompas.id, Jumat (16/2).
Selain itu, analisis Litbang Kompas, menunjukkan bahwa faktor Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut mempengaruhi perolehan suara Ganjar-Mahfud dari pemilih PDI Perjuangan. Hasil analisis Litbang Kompas memperlihatkan pemilih partai berlambang banteng moncong putih cenderung mengikuti langkah politik Presiden Jokowi.
Sementara perolehan suara Prabowo-Gibran sendiri banyak dipasok dari pemilih Gerindra, partai pimpinan Prabowo. Analisis Litbang Kompas menunjukkan 87,6 persen pemilih Gerindra menjatuhkan pilihan kepada Prabowo-Gibran.
Sedangkan suara pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, sebagian besar berasal dari pemilih Partai Keadilan Sejahtera (PKS). "Angkanya mencapai 65,2 persen dari pemilih PKS yang menjatuhkan pilihan ke pasangan tersebut," ujar Yohan.