Analisis Indikator Politik soal Penyebab Suara Ganjar-Mahfud Versi Quick Count Pilpres 2024 Keok
Suara Ganjar-Mahfud hanya mendapati 16,46 persen. Tertinggal jauh dari paslon Anies-Cak Imin 25,38% dan Prabowo-Gibran 58,17%
Suara Ganjar-Mahfud hanya mendapati 16,46 persen. Tertinggal jauh dari paslon Anies-Cak Imin 25,38% dan Prabowo-Gibran 58,17%
Analisis Indikator Politik soal Penyebab Suara Ganjar-Mahfud Versi Quick Count Pilpres 2024 Keok
Lembaga survei Indikator Politik Indonesia menemukan penyebab suara pasangan calon (paslon) nomor urut 03, Ganjar Pranowo-Mahfud MD menempati urutan ketiga dalam hasil hitungan quick count Pilpres 2024.
Suara Ganjar-Mahfud hanya mendapati 16,46 persen. Tertinggal jauh dari paslon urut 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) 25,38% dan paslon urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka 58,17%.
Direktur Eksekutif Indokator Politik Indonesia, Prof Burhanuddin Muhtadi mengatakan penyebab rendahnya suara Ganjar-Mahfud, karena tidak nyambung narasi demokrasi antara elite partai dengan basis massa.
"Paling tinggi Prabowo-Ganjar (yang setuju dengan demokrasi saat ini baik). Jadi pemilih prabowo dan ganjar cenderung puas (terhadap demokrasi saat ini). Nah lagi-lagi ini menjelaskan Paslon nomor 03 underperform," kata Burhanuddin saat jumpa pers, Rabu (21/2).
"Kenapa karena basis pendukungnya tidak nyambung dengan narasi PDIP dan Mas Ganjar yang terlalu memfokuskan demokrasi sebagai civil libertis, kan kritiknya tajam ya," tambah Burhanuddin.
Kritik tajam dari Paslon Ganjar-Mahfud soal kebebasan demokrasi, pelanggaran konstitusi, etika demokrasi.
Ternyata tidak nyambung dengan basis massa yang merasa puas dengan demokrasi era Presiden Jokowi mencapai 76,1 persen sedangkan tidak setuju 22,9 persen.
Banyaknya pendukung dari Ganjar-Mahfud yang merasa puas dengan demokrasi. Karena, melihat dari sisi kemudahan mencari nafkah dan mendapatkan kerja yang baik.
"Tetapi ditanya basis pendukungnya, mereka puas-puas saja, jadi memang repot jadi Mas Ganjar ya di pemilu 2024 karena enggak nyambung aspirasi elit dengan masanya," tuturnya.
Sementara untuk pendukung Prabowo-Gibran yang merasa puas dengan demokrasi era Presiden Jokowi mencapai 80,2 persen berhasil membawa mereka mendulang suara mayoritas masyarakat berdasarkan hasil quick count.
"Kalau Pak Prabowo nyambung nih, jadi kalau jualan keberlanjutan. Jualan demokrasi baik-baik saja. ternyata berbeda ya. Menurut kita ada masalah pada periode kedua presiden Jokowi. Tetapi narasi baik-baik saja ternyata diterima sebagian besar pendukung Prabowo-Gibran," ujarnya.
Padahal terkait kondisi demokratis yang merasa tidak baik, lanjut Burhanuddin, lebih diterima oleh para pendukung Anies-Muhaimin. Dengan meraih presentase tidak puas atas demokrasi mencapai 41,8 persen dan puas 55,9 persen.
"Kalau Pak Anies ini, jualan ketidakpuasan terhadap demokrasi dari sudut pandang kebebasan sipil. Minimal dirasakan 41,8 persen. Jadi kalau jualan demokrasi sakit ke kalangan pendukung Mas Anies itu punya resonansi," terang dia.
Soal Militansi Pemilih
Di sisi lain, terkait militansi para pendukung paslon juga menampilkan pengaruh terhadap suara para paslon.
Dimana, kembali menunjukan penyebab rendahnya suara Ganjar-Mahfud yang ternyata pendukungnya tidak militansi.
Hal itu tertangkap dari hasil survei pendukung Ganjar-Mahfud yang sekira 49,6% tidak mau menyampaikan pilihannya. Sedangkan untuk yang menyatakan secara terang mendukung Ganjar-Mahfud hanya 16,8 persen.
Kondisi itu berbalik dibandingkan pendukung Prabowo-Gibran yang lebih rendah hanya 39,1 persen tidak beritahu pilihannya. Lalu ada 20,7 persen yang terang-terangan mendukung
Sementara untuk pendukung Paslon Anies - Muhaimin terdapat 36,2 persen yang tidak memberi tahu dukungannya. Lalu, ada 26,2% yang aktif menyuarakan dukungannya kepada Anies-Muhaimin.
"Ini juga yang menjelaskan pemilih Mas Ganjar dan Prof Mahfud paling kecil dukungannya. Karena pendukungnya cenderung kurang aktif, ketimbang dua paslon lainnya," tuturnya.
Survei ini diambil berdasarkan total responden sebanyak 2.975 (99,2%) dengan toleransi kesalahan atau margin of error (moe) diperkirakan +/- 1.8% pada tingkat kepercayaan 95%.
Para responden diambil berdasarkan metode Stratified Two-Stage Random Sampling.
Dengan jumlah awal sampel dari 3.000 TPS yang tersebar secara proporsional di setiap Daerah Pemilihan.