Dana Kampanye Paling Besar Rp506 Miliar, Kenapa Suara Ganjar-Mahfud Hanya 16 Persen?
Menurut laporan, Ganjar-Mahfud menghabiskan dana kampanye Rp506 miliar, tepatnya Rp506.892.847.566.
Ganjar-Mahfud tak ada narasi yang menegaskan arah pemerintahan kedepan.
Dana Kampanye Paling Besar Rp506 Miliar, Kenapa Suara Ganjar-Mahfud Hanya 16 Persen?
Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD berdasarkan laporan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menelan dana kampanye terbesar dibanding dengan pasangan lain.
Menurut laporan, Ganjar-Mahfud menghabiskan dana kampanye Rp506 miliar, tepatnya Rp506.892.847.566. Pasangan itu punya penerimaan dana kampanye sebesar Rp506.894.823.260.
Namun, dana kampanye tak begitu besar berbanding terbalik dengan perolehan suara sementara Ganjar-Mahfud. Yang mana, pasangan yang diusung PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo hanya memperoleh 16 persen suara berdasarkan quick count dan real count sementara KPU.
Direktur Eksekutif Centre for Indonesia Strategic Actions (CISA) Herry Mendrofa mengungkapkan faktor Ganjar-Mahfud memperoleh suara paling rendah.
Dia menyebut, lantaran ceruk elektoral Ganjar-Mahfud terbagi ke pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
"Saya rasa soal ceruk elektoral yang mana ceruknya Ganjar-Mahfud terbagi lebih khususnya dengan Prabowo-Gibran artinya kekuatan mereka pun berkurang di sisi ini," kata Herry, saat dihubungi merdeka.com, Jumat (8/3).
Tak hanya itu, faktor kurang solidnya partai politik yang mengusung Ganjar-Mahfud di akar rumput menyebabkan suara Ganjar-Mahfud kalah.
"Belum lagi pengaruh pada suara parpol yang mendukung misalnya PDI Perjuangan yang turun ditambah belum solidnya pendukung atau akar rumput dari parpol pengusung seperti PPP, Perindo, dan Hanura," jelas dia.
Faktor terakhir, kata Herry, yang menyebabkan suara Ganjar-Mahfud hanya 16 persen yakni tak ada narasi yang menegaskan arah pemerintahan kedepan.
Dia mencontohkan, dua pasangan calon lain yakni Prabowo-Gibran menggunakan narasi keberlanjutan. Sementara, paslon nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar membawa jargon perubahan.
"Selain itu pengaruh lainnya adalah Ganjar Mahfud hingga kampanye terakhir seolah tidak memiliki identitas politik yang jelas seperti Prabowo-Gibran yang mencitrakan sebagai keberlanjutan atau Anies-Cak Imin yang selalu menyuarakan perubahan. Artinya narasi yang dibangun butuh ketegasan dan ciri khas," imbuh dia.