Buya Syafii sebut jika Pilpres cuma satu calon buka peluang pemimpin otoriter
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif tidak setuju jika Pilpres 2019 hanya diikuti oleh satu pasangan saja. Buya menilai jika hanya ada satu pasangan saja yang maju di Pilpres 2019 justru akan membuka peluang pemimpin otoriter.
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif tidak setuju jika Pilpres 2019 hanya diikuti oleh satu pasangan saja. Buya menilai jika hanya ada satu pasangan saja yang maju di Pilpres 2019 justru akan membuka peluang pemimpin otoriter.
"Saya tidak setuju dengan calon tunggal, nanti seperti di daerah. Ada calon bupati yang melawan kotak kosong. Seperti itu tidak enak lah," ujar Buya Syafii usai bertemu Muhaimin Iskandar di kediamannya, di Perumahan Nogotirto, Gamping, Sleman, DIY, Minggu (1/4).
-
Kapan Pemilu 2019 diadakan? Pemilu terakhir yang diselenggarakan di Indonesia adalah pemilu 2019. Pemilu 2019 adalah pemilu serentak yang dilakukan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota, dan DPD.
-
Siapa saja yang ikut dalam Pilpres 2019? Peserta Pilpres 2019 adalah Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
-
Kapan pemilu 2019 dilaksanakan? Pemilu 2019 merupakan pemilihan umum di Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 April 2019.
-
Siapa yang menjadi Presiden dan Wakil Presiden di Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi KPU, hasil Pilpres 2019 menunjukkan bahwa pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, meraih 85.607.362 suara atau 55,50%, sementara pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, meraih 68.650.239 suara atau 44,50%.
-
Apa saja yang dipilih dalam Pemilu 2019? Pada tanggal 17 April 2019, Indonesia menyelenggarakan Pemilu Serentak yang merupakan pemilihan presiden, wakil presiden, anggota DPR, DPD, dan DPRD secara bersamaan.
-
Partai apa yang menang di Pemilu 2019? Partai Pemenang Pemilu 2019 adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan persentase suara sebesar 19.33% atau 27,05 juta suara dan berhasil memperoleh 128 kursi parpol.
Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini meminta apa yang terjadi dalam Pilkada 2018 serentak yakni ada daerah yang hanya ada satu pasangan calon yang maju, tak terjadi dalam Pilpres 2019.
"Saya tidak setuju itu (calon tunggal) harus ada pengimbangnya. Walaupun yang maju tidak akan merasa menang tidak apa-apa. Demi demokrasi harus ada (lebih dari satu pasangan calon). Kalau (pemilihan) presiden itu harus dihindari (satu calon). Itu bisa membuka peluang untuk menjadi otoriter. Itu yang saya khawatirkan," kata Buya.
Cendekiawan muslim ini juga meminta kepada segenap anak bangsa lainnya untuk ada yang maju dalam Pilpres 2019. Kompetisi yang sehat, lanjut Buya Syafii, harus dilakukan.
"Majulah anak bangsa. Berkompetisi dengan baik, yang bermartabat," tutup Buya Syafii.
Baca juga:
Sandiaga: Gerindra jelas mengusung Pak Prabowo jadi presiden di 2019
Digadang-gadang Cawapres Jokowi, ini respons Hary Tanoe
Gus Sholah imbau jangan ada politisasi agama di Pilpres 2019
SBY bantah minta Jokowi jadikan AHY Cawapres di Pilpres 2019
SBY minta capres tak salah pilih cawapres
PKB utus 4 menteri bahas politik bersama Jokowi