Cerita Adian Napitupulu dicap penjahat saat Orde Baru
Adian mengatakan, mungkin ada ratusan atau ribuan lagi alasan baginya dan kawan-kawan '98 untuk menolak Orde Baru.
Caleg terpilih Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu menceritakan bagaimana dirinya dulu dicap sebagai penjahat saat era Orde Baru. Ketika itu, kata Adrian, ada banyak cerita bagaimana kejamnya rezim Soeharto dalam mematikan kreativitas anak-anak muda.
"Zaman Orba ada berita tentang dua pemuda tukang bakso yang tinggal dekat Halim. Tiap hari mereka lihat pesawat dan ingin naik pesawat tapi tidak ada uang," tutur Adian lewat akun Twitter-nya, Senin (2/6).
Karena keinginan naik pesawat itu, lanjut Adian, mereka menabung tiap hari, membeli mesin motor bekas dan merakitnya hingga menjadi pesawat kecil seperti ultralight dan terbang walau tidak tinggi.
"Menurut berita, mereka kemudian ditangkap dengan alasan tidak punya izin membuat pesawat," imbuhnya.
Pada masa Orba, kata Adian, becak juga dikejar, ditangkap lalu dibuang jadi rumpon (alat bantu penangkapan ikan) di Kepulauan Seribu. Alasannya, karena 'ngebecak' tidak manusiawi.
Kemudian, kata Adian, ada sekelompok anak muda ITB membuat Anglingdarma (Angkutan Lingkungan dari Masyarakat) yaitu memasang motor di badan becak.
"Anglingdarma dikejar-kejar, ditangkapi dan dibuang lagi jadi rumpon di laut. Alasannya cuma satu, Anglingdarma tidak ada STNK," kata tokoh Forkot (Forum Kota), gerakan mahasiswa radikal yang menjatuhkan Soeharto ini.
"Beberapa bulan kemudian masuk ribuan bajaj dari India. Sekali lagi kreativitas pemuda harus mati untuk bisnis penguasa," imbuhnya.
Adian mengatakan, berbagai cerita itu membuatnya menolak rezim Orde Baru di bawah Presiden Soeharto . "Kalau saya menolak Orba itu karena saya tidak ingin anak-anak muda Indonesia dikekang kreativitasnya, dipasung ide-idenya, dikerdilkan di negeri sendiri," cerita Adian.
"Kejahatan Orde Baru tidak hanya kekerasan negara terhadap rakyat tapi juga karena mereka membunuh ide-ide, memberangus pemikiran," ujarnya.
Adian menceritakan, zaman Orde Baru kalau ada yang meminta keadilan dengan menggunakan teori-teori sosial maka besok ia akan dituduh ekstrem kiri.
"Tapi kalau ada yg menuntut keadilan namun menggunakan kitab suci sebagai dasar tuntutannya maka besok ia akan segera dicap ekstrem kanan," ujar dia.
Orde Baru, kata Adian, selalu memberi stigma terhadap rakyat yg menuntut keadilan. "Ini menjadi satu alasan lain bagi saya untuk menolak Orde Baru," tegasnya.
Adian mengatakan, mungkin ada ratusan atau ribuan lagi alasan baginya dan kawan-kawan '98 untuk menolak Orde Baru. "Dan semua alasan itu bukan karena kebencian," ujarnya.
"Tapi karena kecintaan kami pada rakyat dan negara ini. Hanya itu. Dan untuk cinta itu kami harus membayar dengan penculikan, penganiayaan," ujarnya.
"Di-drop out dari kampus, di singkirkan dari masyarakat dan dicap sebagai penjahat," tutupnya.