Cerita Kelam Narapidana Narkoba, Kehidupan Hancur Ditinggal Orang-Orang Tercinta
Budi Dharmo menceritakan kisah hidupnya yang sempat ditinggal meninggal istrinya pada tahun 1992 silam
Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan menggelar Natal Nasional 2024 bersama dengan Lembaga Pemasyarakatan di seluruh Indonesia.
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring atau melalui zoom meeting yang diikuti sejumlah umat kristiani yang berada di Lapas seluruh Indonesia.
Dalam kesempatan itu, salah seorang pria bernama Budi Dharmo menceritakan kisah hidupnya yang sempat ditinggal meninggal istrinya pada tahun 1992 silam, dan mendekam di balik jeruji besi Polda Metro Jaya.
Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara (Sumut) usia 66 tahun ini mengawali hidup di Jakarta pada tahun 1980. Dia sendiri lahir dari keluarga yang bukan Kristen dan tidak mengenal Yesus.
"Bahkan saya tidak suka sama orang-orang Kristen. Saya berpikir, orang-orang Kristen yang bicara surga terus gitu kapan dunianya. Ya, saya hidup dunia bukan bukan di surga? Ya, sudah," kata Budi kepada para jemaat, Selasa (7/1).
"Jadi, berlangsungnya sebenarnya saya hidup banyak sekali kejadian-kejadian yang sangat-sangat tragis di dalam kehidupan saya. Pada saat tahun 1980, ayah saya mati karena dibunuh oleh kakak saya yang sakit jiwa," sambungnya.
Kemudian, menurutnya banyak sekali kejadian-kejadian yang dianggap tidak masuk akal. Akan tetapi, dia menilai hal itu adalah kutukan turunan.
"Bagi orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus, itu hidup dalam kutukan. Itu ada catat dalam kitab. Kemudian, saya datang ke Jakarta, kenakalan-kenakalan seorang laki-laki remaja dan dewasa itu sudah pasti. Perzinahan, pemabukan, narkoba dan lain sebagainya, perkelahian dan lain sebagainya," jelasnya.
Kemudian, pada tahun 1987 silam dirinya pun mempersunting seorang wanita. Namun, pernikahan itu dianggapnya tidak membuat menjadi baik dan bahkan masih hidup secara foya-foya hingga tidak karuan.
"Akhirnya saya terlibat di dalam hal narkoba. Sampai satu saat yang paling nadir bagi saya, istri saya bunuh diri tahun 1992. Itu semua kesalahan saya. Justru pada saat saya mau bertaubat, saat itu saya sudah berasa boring sama hidup saya, mabuk, riput, segala macam. Enggak karuan lah, saya tahu itu hidupnya enggak benar," jelasnya.
"Tapi saya mau berubah, enggak bisa karena enggak ada kemampuan untuk berubah diri sendiri, kecuali oleh Roh Kudus. Saya datang ke gereja, akhirnya saya menemukan sesuatu yang enggak pernah saya ketemu," tambahnya.
Kemudian, ia pun berpikir jika dirinya kembali atau keluar dari tahanan sudah dalam kondisi yang berbeda saat dirinya ditangkap pada 2002 silam. Bahkan, sampai dirinya harus kehilangan seorang istri.
"Saya berontak sama Tuhan. Saya bilang, Tuhan tidak ada. Kalau segala-galanya Tuhan itu kasih, kenapa? Saya harus alamin seperti ini. Saya mau bertaubat, saya mau berubah. Bukan Tuhan tolong saya, tapi Tuhan membuat saya makin ambruk lagi. Saat itu saya tidak mau lagi kenal oleh Tuhan. Saya tidak mau lagi namai Tuhan. Sudah lah, enggak ada Tuhan lah. Kita hidup di dunia itu. Mau ribut, mau jahat, sekalian jahat aja," ungkapnya.
Ditahannya ia oleh Polda Metro Jaya ini, karena terlibat dalam narkoba sebagai pemakai, pengedar, penjual hingga memproduksi. Ketika itu, ia beranggapan jika dirinya masih memiliki teman hingga saudara.
"Ternyata, semua teman habis, semua saudara enggak ada. Terpaksa saya cari Tuhan. Saya bilang, terpaksa. Kenapa? No choice. Tidak ada pilihan. Saya bertaubat. Saya kenal Tuhan. Saya nangis. Saya bersujud. Ada satu ibadah. Saya bersujud. Saya nangis," paparnya.
Dia mengaku belum pernah menangis bahkan, sampai orang tua dan istrinya meninggal pun dirinya tidak menangis. Hal ini pun membuat dirinya tidak percaya kenapa dirinya bisa menangis.
Ternyata, ia pun terbayang dengan masa kelamnya yang diakui pernah menjadi orang jahat. Sehingga, dirinya ingin bertaubat dan berubah atas hidupnya yang lalu.
"Saya berubah, lepas semua. Tapi apa, saya bebas? Enggak. Tetap saja, proses hukum. Apa yang kita tabur, itu kita tuai. Akhirnya, saya dari Polda saya dikirim ke Salemba. Di Salemba itu betul-betul saya ikut Tuhan. Saya belajar semuanya. Saya belajar Alkitab. Saya belajar musik. Saya belajar weh," ucapnya.
"Saya belajar khutbah. Tidak ada satu momen pun yang saya tinggalkan. Teman-teman yang di WPP, dengarkan saya. Jangan pernah tinggalkan Tuhan. Ikut tetap, ikut Tuhan. Pasti hidup kita benar. Itu jaminannya," tambahnya.
Akhirnya, banyak sekali kejadian-kejadian yang disebutnya tidak bisa digambarkan dirinya. Hal ini karena menurutnya mukjizat terjadi kepadanya.
"Hidup saya ada mukjizat. Teman-teman saya yang satu angkatan ke mana-kemana, semua mati. Mati OD. Mati ditembak. Mati macam-macam. Tapi saya diselamatkan, itulah Tuhan. Bukan kekuatan saya. Bukan kekuatan siapapun, Tapi adalah Tuhan. Tuhan Yesus yang memanggil kita. Dia yang datang ke kita dan hari ini saya berubah," ujarnya.
Setalah dipastikan bebas menghirup udara segar, ia mengaku tidak langsung berubah begitu saja, karena semuanya masih membutuhkan proses.
"Saya mau kasih tahu teman-teman kita semua. Proses. Ketika proses itu enak, enggak enak. Tapi bisa enggak kita lalui? Bisa. Dan hari ini saya sudah breakthrough. Saya melayani dari satu yayasan, pengusaha-pengusaha di Indonesia, maupun di dunia," ceritanya.
"Saya melayani penjara-penjara bersama teman-teman. Bersama yayasan-yayasan. Dan hari ini saya, profesi saya adalah seorang interpreter Bahasa Mandarin, Bahasa Hongkong," sambungnya.
Berikutnya, ia pun berlanjut menjadi seorang juru bahasa yang kemudian mendapatkan penghasilan dan dapat menjangkau sejumlah masyarakat yang membutuhkan pertolongannya.
"Saudara mau tahu, yang saya jangkau jiwa orang-orang asing. Orang China, orang Taiwan notabene itu tidak ada Tuhan. Mereka itu atheis. Tapi ketika mereka dalam kondisi penjara, kondisi tangkap polisi, kondisi ancaman mati. Disitulah Tuhan Yesus mencama, melembutkan hati mereka. Dan 90% mereka bertobat ketika kita injilin," paparnya.
Dengan menceritakan kisahnya itu, ia pun ingin agar para narapidana yang mengikuti zoom meeting ini tidak khawatir dengan pertolongan tuhan.
"Belum pernah mereka dengar Tuhan Yesus. Tapi teman-teman, saya mau kasih tahu satu hal, terutama WPP, jangan takut, jangan khawatir. Tuhan Yesus dulu pernah tolong kita. Sekarang pasti tolong kita. Dan yang akan datang selama Tuhan Yesus memberkati," pungkasnya.