HMPV Bukan Virus Baru, Ahli Jelaskan Perbedaannya dengan Covid-19
Gejala HMPV memang seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada.
Masyarakat Indonesia baru-baru ini dikejutkan oleh laporan mengenai penemuan kasus virus Human Metapneumovirus (HMPV) di dalam negeri. Virus ini diketahui menyerang sejumlah anak-anak, sehingga menimbulkan rasa khawatir di kalangan orang tua.
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, perbedaan HMPV dengan Covid-19. Menurutnya, HMPV bukanlah varian baru seperti Covid-19, melainkan virus yang sudah ada sejak lama.
"Bnyak juga pembicaraan yang mencoba “mensejajarkan” infeksi HMPV ini dengan Covid-19. Ini juga tentu pernyataan yang tidak betul," kata Tjandra dalam keterangannya, Selasa (7/1).
"ini bukanlah virus atau varian baru, ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Di sisi lain, Covid-19 adalah varian baru dari virus korona," sambungnya.
Gejala HMPV
Tjandra menerangkan, gejala HMPV memang seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada. Namun, semua infeksi paru dan saluran napas memang bergejala seperti itu.
Tjandra melanjutkan, ada yang menyebut HMPV mirip Covid-19 lantaran ada peningkatan kasus di China. Dia menyatakan, hal ini tidak tepat karena dari waktu ke waktu selalu ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China.
"Jadi, tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan Covid-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada," kata Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.
HMPV Pertama Kali Ditemukan
Tjandra menjelaskan, HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2001 yang berjudul “A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease”.
Sesudah itu, ada lagi laporan temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan China.
"Para peneliti bahkan memperkirakan bahwa sebelum resmi dilaporkan di 2001 itu maka HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi. Tegasnya, HMPV bukan virus baru," kata Tjandra.
Dia melanjutkan, kata pertama dari HMPV adalah “human”, karena sebenarnya juga ada AMPV atau Animal Metapneumovirus. Menurutnya, AMPV sudah lebih awal ditemukan pada tahun 1978 di Afrika Selatan yang awalnya diberi nama “Turkey Rhinotracheitis Virus” (TRTV) lalu disesuaikan menjadi AMPV Animal Metapneumovirus.
"Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D. Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat semacam evolusi dari AMPV yang sub tipe C," ucapnya.
Hoaks Terkait HMPV
Tjandra menambahkan, sejak kemarin mendadak di berbagai WhatsApp Group beredar hoaks bahwa China menyatakan “state of emergency” karena berbagai virus seperti influenza A, HMPV Mycoplasma pneumoniae dan Covid-9.
Menurutnya, hal ini tidak benar karena tidak ada satupun sumber dari pemerintah China majupun WHO yang menyebut tentang pernyataan “state of emergency”.
"The Economic Times edisi kemarin secara tegas juga menuliskan “Neither Chinese health officials nor the World Health Organization (WHO) have confirmed an epidemic or state of emergency," pungkas Tjandra.