HMPV Tengah Merebak di China, Ini Perbedaannya dengan Covid-19 Menurut Pakar
Virus HMPV yang sedang menyebar di China menunjukkan gejala yang serupa dengan flu berat dan infeksi saluran pernapasan.
China saat ini sedang mengalami peningkatan jumlah kasus infeksi Human Metapneumovirus (HMPV), virus yang dikenal dapat menyebabkan gejala mirip flu berat serta infeksi saluran pernapasan yang serius. Penyakit ini terutama berisiko tinggi bagi anak-anak dan orang lanjut usia, sehingga menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat. Namun, beberapa pihak mulai mengaitkan wabah ini dengan COVID-19. Apakah HMPV memang setara dengan virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab pandemi global?
Menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, menganggap HMPV setara dengan COVID-19 adalah kesalahan yang fundamental. "Banyak pembicaraan yang mencoba 'mensejajarkan' infeksi HMPV ini dengan COVID-19. Ini tentu pernyataan yang tidak betul, setidaknya karena tiga hal," ujarnya kepada Health Liputan6.com.
-
Bagaimana HMPV menyebar? HMPV dapat menyebar melalui tetesan yang dihasilkan dari batuk atau bersin, kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, atau menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
-
Apa itu Virus HMPV? Human Metapneumovirus (HMPV) adalah virus RNA yang tergolong dalam keluarga Pneumoviridae dan dapat menyerang sistem pernapasan, menimbulkan gejala yang mirip dengan flu biasa.
-
Dimana Virus HMPV ditemukan pertama kali? Virus ini pertama kali ditemukan pada tahun 2001 di Belanda dan telah menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia.
-
Kapan Virus HMPV lebih aktif? HMPV biasanya lebih aktif pada musim dingin dan awal musim semi, di mana penyebarannya sering meningkat di daerah dengan iklim dingin.
-
Apa itu HMPV? Human Metapneumovirus (HMPV) merupakan virus yang menyerang sistem pernapasan dan pertama kali diidentifikasi pada tahun 2001.
Pertama, HMPV bukanlah virus yang baru muncul. Virus ini telah teridentifikasi sejak lama dan pertama kali dilaporkan dalam jurnal ilmiah di Belanda pada bulan Juni 2001. Artikel yang berjudul 'A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease' menjadi bukti awal adanya virus ini. Bahkan, penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa HMPV telah beredar selama puluhan tahun sebelum akhirnya ditemukan secara resmi. Sementara itu, COVID-19 adalah penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2, virus korona baru yang pertama kali muncul di Wuhan, China, pada akhir tahun 2019. "HMPV ini bukan varian baru seperti COVID-19. Jadi, ini adalah dua hal yang berbeda," jelas Prof. Tjandra.
Tanda Gejala Metapneumovirus pada Manusia
Kedua, gejala HMPV sering kali disalahartikan sebagai tanda-tanda yang mirip dengan COVID-19. Virus ini dapat menyebabkan batuk, demam, nyeri dada, serta kesulitan bernapas. Dalam kondisi yang lebih parah, pasien mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit. Namun, Prof. Tjandra menekankan bahwa pola gejala ini sebenarnya umum dijumpai pada berbagai infeksi saluran pernapasan. "Perlu diketahui bahwa semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti itu," ungkap mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara tersebut.
Ketiga, lonjakan kasus HMPV di China tidak seharusnya langsung dihubungkan dengan COVID-19. Menurut Prof. Tjandra, peningkatan jumlah kasus infeksi saluran pernapasan adalah hal yang biasa terjadi di negara-negara dengan empat musim, terutama saat musim dingin. "Jadi, tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan COVID-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada," tambahnya. Perbedaan utama antara HMPV dan COVID-19 terletak tidak hanya pada sejarah virus, tetapi juga pada dampaknya di tingkat global. SARS-CoV-2 menyebabkan pandemi yang mengubah kehidupan manusia di seluruh dunia, sedangkan HMPV, meskipun berbahaya, tidak memberikan dampak yang sama secara epidemiologis. Sebagai catatan, HMPV telah terdeteksi di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang, dan China sejak pertama kali ditemukan. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini telah ada sejak lama dan bukan fenomena baru.
Apakah HMPV akan Menjadi Pandemi?
Wabah HMPV yang terjadi di China menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan munculnya pandemi. Namun, menurut Dicky Budiman, seorang epidemiolog dari Griffith University Australia, HMPV sebenarnya memiliki potensi yang sangat kecil untuk berkembang menjadi pandemi. "HMPV itu jauh atau sangat kurang memiliki potensi pandemi, karena HMPV ini penyebarannya lebih lambat dan tingkat keparahan penyakit juga ringan umumnya," ungkap Dicky dalam pesan suara yang diterima Health Liputan6.com, seperti yang dikutip pada Sabtu (4/1/2025). Meskipun demikian, risiko penyebaran HMPV ke Indonesia tetap ada, terutama melalui pelancong internasional dari Asia Timur.
Dicky juga menekankan bahwa dengan penguatan sistem perbatasan, risiko besar dapat diminimalkan. Ia menyarankan masyarakat Indonesia untuk rutin melakukan vaksinasi influenza, karena vaksinasi ini sangat efektif dan perlu diperbarui setiap dua tahun. "Namun, dengan penguatan perbatasan tentu risiko besar bisa diminimalkan. Saya menganjurkan orang-orang Indonesia untuk terbiasa melakukan vaksinasi influenza, vaksinasi flu itu sangat efektif, dua tahun sekali harus di-update," saran Dicky. Untuk pemerintah, pakar keamanan kesehatan global ini merekomendasikan peningkatan sistem surveilans guna deteksi penyakit menular, terutama di pintu masuk negara seperti pelabuhan.
"Terutama di pintu masuk negara, pelabuhan, pemantauan atau laporan kasus secara real time untuk lihat trennya, biosurveilans di semua unit pelayanan kesehatan harus ditingkatkan. Kemudian pastikan fasilitas layanan kesehatan mampu menangani lonjakan kasus penyakit pernapasan apalagi sekarang sedang musim hujan," papar Dicky. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan Indonesia dapat lebih siap dalam menghadapi potensi penyebaran HMPV dan penyakit menular lainnya.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengingatkan masyarakat untuk tetap tenang namun waspada dalam menjaga kesehatan guna mencegah penularan HMPV. Juru Bicara Kemenkes RI, drg. Widyawati, MKM, menekankan pentingnya langkah-langkah pencegahan seperti menerapkan pola hidup sehat, mencuci tangan secara rutin, dan mengenakan masker di tempat umum untuk menurunkan risiko terkena penyakit menular.
"Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia. Meski begitu, kami mengimbau agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan," jelas Widyawati mengutip laman resmi Kemenkes, Sabtu (4/1/2025).