Calon Gubernur Jakarta Dharma Pongrekun Sebut COVID-19 Agenda Asing, Benarkah?
Calon Gubernur Jakarta, Dharma Pongrekun, menyebut pandemi COVID-19 sebagai agenda asing, memicu perdebatan panas dalam debat Pilgub DKI Jakarta semalam.
Calon Gubernur Jakarta dengan nomor urut 2, Dharma Pongrekun, berhasil menarik perhatian publik ketika dalam debat pertama Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta pada malam Minggu, 6 Oktober 2024, ia menyatakan bahwa pandemi COVID-19 merupakan agenda dari pihak asing. Dharma mengungkapkan bahwa ia memiliki pemahaman mendalam mengenai pandemi yang disebabkan oleh virus corona, yang telah menjadi tantangan global selama beberapa tahun terakhir.
"Saya sangat memahami mengenai pandemi ini. Ini adalah agenda tersembunyi dari luar negeri untuk mengambil alih kedaulatan negara kita. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya bangsa ini hingga harus mengikuti istilah yang ditetapkan, mengapa tidak menggunakan istilah Tofik, kenapa harus mengikuti COVID?," ungkap Dharma.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
-
Apa janji Prabowo Subianto terkait kesehatan? Salah satu janji signifikan Prabowo adalah pembangunan rumah sakit modern di setiap kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Selain itu, ia juga berkomitmen untuk mendirikan Puskesmas modern di setiap desa.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kenapa Covid Pirola dikhawatirkan? Varian baru virus corona bernama Pirola tengah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia. Varian BA.2.86, yang dijuluki 'Pirola', adalah varian baru Omicron yang bermutasi dan memicu lonjakan kasus baru. Pirola memiliki lebih dari 30 mutasi penting, menurut Scott Roberts, spesialis penyakit menular Yale Medicine dikutip dari Al-Jazeera.
Ia juga menambahkan bahwa banyak orang yang tidak menyadari bahwa PCR bukanlah alat yang tepat untuk menguji virus. "Bahkan, banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa PCR yang selama ini digunakan tidak ditujukan untuk mendeteksi virus. Itu hanya untuk memeriksa asidosis. Lalu, mengapa harus dilakukan pemeriksaan dengan cara menyodok, kenapa tidak sekadar mengambil sampel dari air liur jika memang ingin menguji virus," jelasnya. Ia menegaskan bahwa seorang pemimpin, khususnya di DKI Jakarta, harus berjuang untuk melindungi warganya.
"Jangan sampai karena pandemi, ekonomi terpuruk, orang-orang terbiasa dengan sistem online, UMKM hancur, dan masyarakat merasa terancam. Bagaimana kita bisa mencapai status kota global yang sejati jika hati rakyatnya terluka, pikiran mereka dirusak, dan tubuh mereka diracuni," tegas Dharma mengenai pandemi COVID-19.
Dharma Sebut COVID-19 Hanya Sebuah Isu Tanpa Dasar
Dharma mengungkapkan bahwa segala hal yang berkaitan dengan pandemi COVID-19 hanyalah kebohongan semata.
"Semua itu hanyalah kebohongan. Mari kita bersama-sama sukseskan program Jakartaku Aman karena sangat penting untuk menjaga adab," ujarnya.
Sebelumnya, pertanyaan mengenai COVID-19 dilontarkan oleh calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil, yang menyatakan bahwa Indonesia pernah mengalami pandemi COVID yang sangat serius. "Seandainya kita bisa memutar waktu kembali, apa yang bisa kita lakukan agar penanganan pandemi ini lebih baik?," tanya pria yang akrab disapa Kang Emil kepada Dharma.
Ketika Ridwan Kamil mengajukan pertanyaan, Dharma menjelaskan betapa pentingnya kemampuan untuk memahami tidak hanya apa yang tertulis, tetapi juga yang tersembunyi di baliknya. Menurutnya, masalah pandemi merupakan isu kesehatan yang sangat serius. Dharma menekankan perlunya kita untuk memperhatikan hal-hal yang tidak tampak. "Berdasarkan pengalaman saya, baik dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari, kita harus selalu waspada dan memahami makna yang tersirat," ujarnya. "Oleh karena itu, kita perlu berhati-hati terhadap setiap isu yang muncul, apakah itu benar-benar tulus ataukah merupakan infiltrasi dari pihak asing yang ingin merusak kedaulatan bangsa melalui isu kesehatan dan juga mengancam keselamatan masyarakat," tambahnya.
Pendapat Epidemiolog Mengenai Uji PCR
Setelah mendengar pernyataan itu, epidemiolog Dicky Budiman memberikan tanggapan, khususnya mengenai penggunaan tes PCR. Dicky menjelaskan bahwa PCR merupakan metode yang digunakan untuk menggandakan materi genetik, baik DNA maupun RNA, dari sampel agar dapat dianalisis dengan lebih efektif.
"Dalam konteks tes COVID-19, PCR berfungsi untuk mendeteksi RNA dari virus Sars-COV2 yang menyebabkan COVID-19. Karena RNA virus ini bersifat spesifik, PCR menjadi metode yang sangat akurat dan sensitif dalam mendeteksi keberadaan virus Sars-COV2, bahkan ketika jumlah virus dalam tubuh masih tergolong rendah," ujarnya kepada Health Liputan6.com pada Senin, 7 Oktober 2024.