Kilas Balik TPU Cikadut Bandung, Jadi Makam Bersejarah Tionghoa sampai Saksi Kelam Pandemi Covid-19
TPU ini jauh dari kesan angker dan menyeramkan karena makam-makam lawas di sana memiliki arsitektur yang mengagumkan.
TPU ini jauh dari kesan angker dan menyeramkan karena makam-makam lawas di sana memiliki arsitektur yang mengagumkan.
Kilas Balik TPU Cikadut Bandung, Jadi Makam Bersejarah Tionghoa sampai Saksi Kelam Pandemi Covid-19
Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikadut di Kelurahan Jatihandap, Kecamatan Mandalajati menjadi salah satu tempat bersejarah di Kota Bandung, Jawa Barat. Sebab, tempat ini menjadi area pemakaman etnis Tionghoa yang beberapa di antaranya pernah memiliki pengaruh yang kuat.
Kehadiran TPU Cikadut juga amat berjasa kala pandemi Covid-19 sedang ganas-ganasnya tiga tahun lalu. Hal itu menjadikan area pemakaman tersebut sebagai lokasi penunjang dari ratusan pasien yang meninggal dunia.
-
Kenapa TPU Keputih dibangun? Upacara pemakaman merupakan ritual sakral dan khusyuk, serta bentuk penghormatan tertinggi bagi orang yang telah berpulang. Atas dasar inilah, Pemkot Surabaya menginisiasi TPU Keputih.
-
Dimana lokasi TPU Keputih? TPU berlokasi di Kelurahan Medokan Ayu, Kecamatan Rungkut.
-
Apa yang istimewa dari TPU Keputih? TPU Keputih merupakan Tempat Pemakaman Umum terbersihdi Surabaya.
-
Apa itu Gedung Tua Cikaroeng? Menurut kreator video wisata di kanal YouTube Traveling All In, gedung ini merupakan bekas hotel bintang empat. Namun hotel ini kemudian ditinggal pemiliknya saat proses pembangunan.
-
Apa yang terjadi di Kampung Mati Cigerut? Saat sampai di Kampung Cigerut, kita langsung diperlihatkan deretan rumah kosong yang terbengkalai. Kebanyakan rumah-rumah itu merupakan bangunan permanen. Namun ironis, karena sudah terlalu lama ditinggalkan pemiliknya, banyak bagian rumah itu yang rusak dan dipenuhi tumbuhan liar.
-
Kenapa Kota Tua Jakarta memiliki sejarah penting? Kota ini menjadi markas besar VOC di Hindia Timur dan berkembang pesat dari perdagangan rempah-rempah.
Walau demikian, TPU ini jauh dari kesan angker dan menyeramkan. Ini karena makam-makam lawas di sana memiliki arsitektur yang mengagumkan. Dari sana, TPU Cikadut kemudian menghadirkan kesan romantisme dari budaya era kolonial di abad ke-19 silam.
Lebih lanjut, yuk napak tilas di TPU Cikadut, Kota Bandung, Jawa Barat yang bersejarah dan kaya akan cerita menarik.
Jadi Bagian Sejarah Kota Bandung
Mengutip bandung.go.id, TPU Cikadut merupakan tempat pemakaman umum yang memiliki nilai sejarah kuat.
Dahulu, kehadirannya beriringan dengan perkembangan kota berjuluk kembang tersebut saat ditunjang aktivitas perekonomian oleh etnis Tionghoa di tahun 1800-an.
Kemudian di tahun 1900-an awal, TPU ini menjadi lokasi pemakaman yang mayoritas diisi oleh warga Tionghoa, khususnya yang memiliki pengaruh di Bandung. Beberapa bahkan merupakan tokoh terkenal dan menjunjung semangat toleransi.
Makam Megah Berbentuk Rumah
Masuk lebih dalam, pengunjung akan disuguhkan pemandangan dari sebuah makam yang memiliki bentuk unik. Kuburan tersebut desainnya menyerupai rumah kuno, yakni dengan dua pilar beranda dengan bentuk atap bergaya abad pertengahan.
Menurut sejarah, makam tersebut adalah milik sosok Ong Kwi Nio yang merupakan makam tertua di sana. Keberadaannya bersebelahan dengan makam Tan Joen Liong, yang merupakan seorang Lieutenant (wakil petinggi) Tionghoa di Bandung.
Bawa Pesan Toleransi
Tak hanya meninggalkan desain makam yang megah, karena TPU Cikadut juga membawa pesan toleransi yang nyata.
Makam dengan nilai keberagaman tersebut adalah milik Ibu Djuriah. Ia merupakan seorang Tionghoa yang beragama Islam.
Ini menjadi bukti bahwa seorang yang beragama Islam bisa berdampingan dengan makam Tionghoa yang beragama non Muslim.
Jadi Saksi Kelam Kekejaman Pandemi Covid-19
Selain memiliki cerita tentang keberagaman di Bandung masa kolonial, TPU Cikadut juga memiliki cerita saat pandemi Covid-19 tengah tinggi-tingginya di Indonesia.
Tempat pemakaman ini menjadi TPU bagi ratusan pasien Covid-19 yang meninggal dunia.
Dianggap berjasa lantaran makam-makam lainnya ada yang tidak mau menerima ataupun sudah penuh, sehingga dipilihlah Cikadut yang dianggap strategis dan masih memiliki area yang kosong.
Ketika itu Pemerintah Kota Bandung menetapkan Cikadut sebagai TPU khusus Covid-19. Ketersediaan lahan masih sangat luas, yakni sekitar 20.000 persegi. Dari sana, luas yang terpakai adalah sekitar 1.500-an liang lahat.
Asal Usul Nama Cikadut
TPU Cikadut memiliki sejarah penamaan yang unik. Menurut cerita, nama Cikadut berasal dari jeroan sapi di masa kolonial.
Dalam buku "Toponimi Kota Bandung" karya T. Bachtiar, Etti R.S., Anto Sumiarto, dan Tedi Permadi, disebutkan bahwa nama ini berawal dari era pemerintahan Hindia Belanda.
Pada waktu itu, terdapat dua perusahaan ternak sapi potong milik orang asing di sebelah utara TPU. Pada tahap pemotongan, bagian daging dan jeroan sapi, termasuk perut sapi yang disebut kadut, dipisahkan.
Setelah itu, jeroan sapi dikumpulkan di sebuah lumbung untuk dibersihkan, sementara isi jeroan atau kadut sapi dibuang ke sungai. Kawasan sekitar tempat pembuangan kadut sapi kemudian dikenal dengan sebutan Cikadut hingga saat ini.