Dudung Singgung Partai Politik di Tengah Gelombang Kritik dari Sivitas Akademika
Hal itu diketahui Dudung setelah menanyakan ke sejumlah kampus seperti UGM yang tidak semua guru besarnya mengkritisi pemerintah dan proses Pemilu.
Hal itu diketahui Dudung setelah menanyakan ke sejumlah kampus seperti UGM yang tidak semua guru besarnya mengkritisi pemerintah dan proses Pemilu.
- Sivitas Akademika Unipdu Jombang Serukan Pemilu Damai dan Tolak Politik Praktis
- Guru Besar Perguruan Tinggi buat Petisi Kritik Pemerintah, Anies: Kampus Tidak Diam Saksikan Kondisi Bangsa
- Seruan Dewan Guru Besar UI: Kami Cemas Kegentingan ini Menghancurkan Masa Depan Bangsa
- Guru Besar dan Civitas Akademi UGM Buat Petisi Kritik Pemerintah, Ini Respons Ganjar
Dudung Singgung Partai Politik di Tengah Gelombang Kritik dari Sivitas Akademika
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Dudung Abdurachman menduga ada partai politik di balik gelombang kritik terhadap pemerintah dari guru besar di sejumlah universitas.
Guru besar dan dosen di pelbagai universitas seperti UGM, ITB, UI hingga Unpad diketahui mengkritisi pemerintah dan proses Pemilu.
Menurut Dudung, kritik yang disampaikan guru besar tersebut tidak mewakili keseluruhan kampus atau akademisi. Hal itu diketahui Dudung setelah menanyakan ke sejumlah kampus seperti UGM yang tidak semua guru besarnya mengkritisi pemerintah dan proses Pemilu.
"Rupanya di belakangnya itu ada partai tertentu, kan begitu, inilah politik. Jadi tidak langsung beberapa dosen mewakili dari kampusnya. Tidak juga," kata Dudung di Bandung, Rabu (7/2).
Di singgung mengenai partai dimaksud, Dudung tidak menyebut secara gamblang.
"Saya juga sampai sekarang belum tahu (partai mana), yang jelas (kritisi dari guru besar universitas) terkondisikan," kata Dudung, yang merupakan Ketua Dewan Pembina Relawan Nderek Guru (Ndaru).
Gerakan Tandingan Apresiasi Jokowi
Mengenai bermunculan video apresiasi untuk Presiden Joko Widodo diduga arahan dari aparat keamanan negara, Dudung meragukannnya. Bahkan, Dudung menduga hal ini dilakukan untuk menggerus suara pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2, Prabowo-Gibran.
"Saya juga belum tahu, saya mendengar itu. Saya sih punya keyakinan mau polisi, mau TNI tidak mungkin melakukan seperti itu. Itu bisa saja berita itu dibuat. Bisa saja akhirnya memojokkan," ujar Dudung.
Dudung melihat dugaan serangan itu bentuk kepanikan lawan politik untuk menggerus suara Prabowo-Gibran.
"Jadi enggak usah panik dengan elektabilitas sekarang, sehingga berbagai macam cara akhirnya memojokkan 02. Mudah-mudahan 02 terus di atas lah, yang penting hati baik, pikiran baik, ucapan baik, dan tindakan yang baik. InsyaAllah 02 akan menang," pungkasnya.
Guru Besar Bantah Tudingan
Pernyataan mengenai dugaan kritisi adalah bagian dari skenario dari pihak tertentu sempat diutarakan pula oleh Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia.
"Ini skenario, ini kita sudah paham sebagai mantan aktivis," ujar Bahlil di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/2).
Bahlil mengatakan kritik yang datang dari berbagai guru besar harus berdasarkan bukti dan dasar hukum, meski semua yang disampaikan harus dihargai sebagai bentuk demokrasi.
"Kita tahu lah, ini penciuman saya sebagai mantan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ngerti betul barang ini. Terkecuali aku ini mahasiswa dulu kutu buku. Kita ini besar di jalan, gimana kita enggak paham gini-ginian," tegasnya.
Namun, para akademisi membantah tegas pernyataan Bahlil.
Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara Unpad, Susi Dwi Harijanti menyangkal tuduhan tersebut. Menurut Susi, tuduhan soal skenario itu tidak berdasar.
Guru besar Unpad menyusun kritisi melalui petisi setelah melalui pembahasan dan melihat kondisi yang terjadi di tengah masyarakat. Bahkan, sebelumnya kritik disampaikan secara perorangan, bukan atas nama institusi.
"Itu tuduhan yang tidak benar sama sekali, kalau Pak Bahlil menuduh kami seperti itu, dia yang harus membuktikan betul atau tidak, tapi dalam seruan Unpad itu sama sekali tidak ada itu, tidak ada yang menggerakkan," kata Susi dikonfirmasi Selasa (6/2).
Susi mengatakan, kritik dilontarkan akademisi itu digerakkan hati nurani setelah melihat terjadi dugaan banyak pelanggaran Pemilu.
"Waktunya kenapa baru mendekati (pencoblosan)? Ini (kritik) kan bisa dikatakan kapan pun, ini kan sudah eskalasinya. Mereka (pemerintah) yang membuat dari mulai putusan MK kemudian yang lainnya yang makin memperlihatkan ketidaknetralan, itu kan eskalasinya mereka sendiri yang membuat," ujar Susi.
Hal senada dikatakan Guru Besar Energi Terbarukan ITB, Yazid Bindar. Dia menilai petisi yang disampaikan para guru besar merupakan murni produk akademik.
"ITB murni melihatnya dari apa yang terjadi di lapangan ya, murni kemudian kami lihat masalah demokrasi, demokrasinya harus berintegritas," ucap Yazid.