Hanura sebut politisasi isu PKI seperti mengoles sambal di atas luka
Hanura sebut politisasi isu PKI seperti mengoles sambal di atas luka. Partai Hanura mendukung penuh usulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin film G30S/PKI dibuat ulang agar mudah dicerna oleh generasi milenial. Film G30S/PKI penting untuk memahami fakta sejarah.
Partai Hanura mendukung penuh usulan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang ingin film G30S/PKI dibuat ulang agar mudah dicerna oleh generasi milenial. Film G30S/PKI penting untuk memahami fakta sejarah.
Wasekjen Partai Hanura Tridianto mengatakan, film pengkhianatan G30S/PKI amat penting bagi pengetahuan sejarah. Perbaruan dalam film itu, katanya, dilakukan bukan untuk membelokan sejarah, melainkan mengobati luka sejarah atas kekejaman PKI.
"Pasti maksudnya bukan untuk merubah sejarah, tetapi agar nilai-nilai sejarah itu bisa lebih mudah dimengerti oleh generasi baru. Kan katanya sejarah harus jadi hikmah dan pelajaran. Kalau ada luka-luka dalam sejarah, itulah yang harus diobati dengan cara yang baik dan bijak."
"Jadi versi penyajian baru dari film-film sejarah adalah termasuk cara mengobati luka dan memperoleh hikmah dari peristiwa masa lalu yang pahit. Ini juga agar kita Jasmerah (Jangan lupakan sejarah), seperti pesan Bung Karno," kata Tri saat dihubungi di sela Rakornas Hanura di Banten, Senin (25/9).
Politisi senior PAN, Amien Rais menolak pembuatan versi baru film G30S/PKI. Dia bahkan menaruh curiga, jika pemerintah Jokowi memang benar akan membuat film versi baru nantinya.
Terkait hal itu, Tri menyayangkan jika ada pihak-pihak yang memanfaatkan atau politisasi isu PKI ini untuk mendiskreditkan pemerintah. Menurut dia, tidak bijak memainkan isu PKI yang sudah terang bahwa organisasi tersebut dilarang oleh pemerintah.
"Kalau ada yang ingin memainkan isu PKI untuk kepentingan politik 2019, itu ya jelas tidak bijak. Itu bukan mengobati luka, itu malah seperti mengoles sambel di atas luka," katanya.
Dia menilai, Indonesia harus tetap waspada terhadap ideologi komunisme, tapi caranya bukan dengan mempolitisasi isu PKI untuk napsu politik 2019. "Mari tetap berkompetisi politik yang demokratis dan ksatria, juga berpikir tentang keutuhan bangsa dalam bingkai NKRI dan Pancasila," tutup Tri.
Baca juga:
Wiranto soal usul Jokowi film G30S PKI dibuat baru: Sesuatu yang sangat rasional
Fadli Zon sebut pembuatan ulang film G30S/PKI jangan untuk membelokkan sejarah
Din Syamsuddin: Anak PKI tidak mewarisi dosa orang tuanya
Agar tak gaduh isu komunisme
Kapolri minta semua tahan diri, jangan angkat isu sensitif G30S
Tolak film G30S PKI versi baru, Zainal sebut ada kepentingan politik
-
Kapan peristiwa G30S PKI terjadi? Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
-
Kapan peristiwa G30S/PKI terjadi? Tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965, menjadi salah satu hari paling kelam bagi bangsa Indonesia.
-
Siapa saja yang disebut sebagai aktor utama dalam peristiwa G30S/PKI? Di belakang Gerakan 30 September ada Ketua CC PKI DN Aidit, Kepala Biro Chusus PKI Sjam Kamaruzaman, Letkol Untung, Brigjen Soepardjo dan sejumlah tokoh lain.Mereka disebut aktor utama peristiwa berdarah tersebut.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI terjadi? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
-
Apa tujuan utama dari peristiwa G30S PKI? Terdapat latar belakang dan tujuan tertentu yang berada di balik sejarah G30S PKI yang kelam ini. G30S PKI dilakukan bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu.
-
Siapa yang memimpin pasukan yang menculik para jenderal pada peristiwa G30S/PKI? Doel Arif mendapat tugas menculik para Jenderal Angkatan Darat di malam kelam itu. Doel Arif menjadi Komandan Pasukan Pasopati dalam Gerakan 30 September.