Hasil Survei Tak Bisa Jadi Acuan Hasil Akhir Pilpres
Pengamat politik Ujang Komarudin menilai, hasil survei elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak bisa dijadikan acuan dalam menentukan hasil akhir pemilihan presiden.
Pengamat politik Ujang Komarudin menilai, hasil survei elektabilitas pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno tidak bisa dijadikan acuan dalam menentukan hasil akhir pemilihan presiden.
Menurutnya, banyak hasil survei yang tidak sejalan dengan fakta di lapangan. Hal ini disampaikan dalam diskusi bertema 'Mengukur Berbagai Hasil Survei' yang digelar Emrus Corner di Restoran Gado-Gado Boplo.
-
Kenapa FAPTI melakukan survei pilpres? FAPTI memandang penting untuk melakukan survei, guna memberikan gambaran kepada alumni perguruan tinggi terkait pilihan dan jenis isu yang dianggap penting oleh masyarakat. “Sehingga, para alumni dapat lebih bisa berkontribusi dalam hajatan nasional lima tahunan yang penting ini,” pungkasnya.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada Jateng berdasarkan survei LSI? Survei LSI: Kaesang Unggul di Pilkada Jateng Berkat Pengaruh Presiden Jokowi Djayadi menegaskan, Pilkada Jawa Tengah masih sangat cair.
-
Kapan survei SMRC untuk Pilgub Sulteng 2024 dilakukan? Jika Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur Sulawesi Tengah diadakan ketika survei dilakukan (6-18 Mei 2024) dan yang maju ada tiga pasangan, yakni Ahmad M Ali - Abdul Karim Aljufri vs Anwar Hafid - Reny A Lamadjido vs Rusdy Mastura - Mohamad Irwan Lapatta.
-
Kapan FAPTI menerima hasil surveinya? “Hasil survei ini kami terima di awal Desember,” ujar Eko Nugroho, Sekretaris Jenderal FAPTI di Jakarta, Rabu (27/12).
-
Bagaimana cara SMRC menentukan sampel untuk survei Pilgub Sulteng 2024? Sampel sebanyak 2420 responden dipilih secara acak dengan metode stratified multistage random sampling dengan jumlah proporsional dari populasi tersebut.
-
Kapan survei Litbang Kompas tentang citra Polri dilakukan? Mahasiswa Apresiasi Polri atas hasil survei Litbang Kompas baru-baru ini.
"Jangan sampai dijadikan alat untuk mendeligitimasi bahwa nanti kok yang menang misalkan 01, lah kan yang naik 02," ucap Ujang di lokasi, Rabu (20/3).
Dia berkaca pada pelaksanaan Pilkada DKI. Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok unggul di semua hasil survei, tapi pada penghitungan suara KPU justru terjun bebas. Kesimpulan yang didapat dari Pilkada DKI, peristiwa politik bisa mempengaruhi hasil akhir.
"Semua pengamat mengatakan bahwa Pak Ahok dipasangkan dengan sendal jepit menang. Tapi kan ada kejadian-kejadian di luar dugaan yang bisa menjadi pemicu," ungkap Ujang.
Di tempat sama, peneliti LSI Denny JA Ikrama Masloman menyampaikan survei dibuat bukan untuk menyenangkan semua pihak. Dia mengambil contoh ketika LSI Denny JA memprediksi hanya ada satu kandidat yang elektabilitasnya di atas 50 persen dalam Pilpres 2009. "Sementara, lainnya di bawah 30 persen," jelas Ikrama.
Menyikapi hasil survei Litbang Kompas, pengamat politik Emrus Sihombing, menegaskan, sebenarnya tidak ada perubahan elektabilitas. Dan salah satu faktor yang membuat ini stagnan, lantaran mesin politik partai yang mendukung kedua paslon belum bekerja maksimal.
"Mesin parpol kedua paslon ini belum bekerja maksimal ini," ucapnya.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Baca juga:
Kampanye di Balikpapan, Ma'ruf Amin Kenalkan Program 3A
Safari Dua Hari di Kaltim, Ma'ruf Amin Target Jokowi Ulangi Kemenangan 2014
Jokowi Hormati Keputusan MK soal Petahana Tak Perlu Cuti Kampanye
Lewat Unggah Foto, Netgrit Ajak Masyarakat Kawal Pemilu 2019
Dongkrak Peluang Menang, Ma'ruf Amin Bakal Kembali Kampanye di Banten
Sandiaga Sarankan Menteri Jokowi Nobar Debat di Rumah Saja