Hattrick, PDIP kalah di Jatim, Jabar dan Sumut
Pilkada Serentak telah digelar hari ini. Berbagai lembaga survei telah merilis hasil hitung cepat (quick count). Di beberapa daerah calon yang diusung oleh PDI Perjuangan keok. Bukan hanya sekali, tetapi tiga kali.
Pilkada Serentak telah digelar hari ini. Berbagai lembaga survei telah merilis hasil hitung cepat (quick count). Di beberapa daerah calon yang diusung oleh PDI Perjuangan keok. Bukan hanya sekali, tetapi tiga kali.
Di Pemilihan Gubernur Jawa Timur, misalnya jagoan PDIP Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno kalah dari pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak. Selain PDIP, Gus Ipul Puti disokong PKB, Gerindra, dan PKS.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada serentak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2015. Pesta demokrasi ini melibatkan tingkat provinsi, kabupaten, dan kota.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
-
Apa definisi dari Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Kenapa Pilkada itu penting? Pilkada artinya singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah, adalah salah satu momen krusial dalam sistem demokrasi kita.
-
Kapan Pilkada serentak berikutnya di Indonesia? Indonesia juga kembali akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di tahun 2024. Pilkada 2024 akan dilasanakan ada 27 November 2024 untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati.
-
Kapan Gapura Sekar Putih dibangun? Namun, ide ini baru terealisasi setelah penetapan gemeente Mojokerto pada 1911.
Dalam hitung cepat Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) Khofifah mendapat 52.37 persen. Sementara, Gus Ipul-Puti meraih 47.63 persen. Data masuk sudah mencapai 97.75 persen.
Versi Lembaga Survei Indikator, Khofifah meraih 53,72 persen, sedangkan Gus Ipul-Puti meraih 46,28 persen. Data masuk sudah mencapai 98,33 persen.
Gus Ipul menghargai hasil hitung cepat lembaga survei yang menyatakan keunggulan Khofifah dan Emil Dardak. "Kita menghargai dan menghormati quick count sebagai proses yang menyertai pilkada. Kita hormati itu," ujar Gus Ipul di kediamannya, Surabaya, Rabu (27/6).
Pihaknya akan mencermati dan mengamati laporan dari tim di lapangan untuk dikumpulkan dan dianalisa. Gus Ipul juga akan tetap menunggu hasil perhitungan resmi yang dilakukan KPUD Jawa Timur.
"Sambil nunggu rekapitulasi KPU yang resmi. Kita lihat hasilnya cocokkan dengan data yang kita punya. Kita ikuti proses sampai tuntas," ucapnya.
Mundur ke belakang, pada 2008, PDIP mengusung Sutjipto-Ridwan Hisjam (SR). Sutjipto adalah pengurus DPP PDI-P, sedangkan Ridwan Hisjam adalah mantan Ketua DPD Partai Golkar Jatim dan Ketua Kosgoro 1957 Jatim. Di tahun itu Pilkada dimenangi Soekarwo-Saifullah Yusuf (Karsa) dengan dukungan Partai Demokrat, PAN, dan PKS.
Lima tahun kemudian, PDIP mengusung pasangan Bambang Dwi Hartono dan Said Abdullah. Pasangan ini keok oleh petahana Soekarwo-Saifullah Yusuf.
Di Sumatera Utara, PDIP mengusung Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus menghadapi jago PKS Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah. Khusus di Pilgub Sumut, mereka sudah tiga kali berseberangan. Menggandeng partai yang tak selalu sama, PKS dan PDIP tetap mendukung calon yang berbeda pada ajang 5 tahunan ini.
Hasil hitung cepat beberapa lembaga menempatkan Edy-Musa sebagai pemenang. Data SMRC dengan data masuk 99,33 persen, Edy memperoleh 58,88 persen sedangkan Djarot 41,12 persen.
Pada 2008, PKS bersama PBB, PPP dan 9 partai kecil mendukung duet Syamsul Arifin-Gatot Pujo Nugroho, sedangkan PDIP tunggal mengusung Tritamtomo-Benny Pasaribu.
Hasilnya, Syamsul-Gatot meraih 1.396.892 suara atau 28,31 persen dari total 4.933.687 pemilih. Sementara Tritamtomo-Benny Pasaribu berada di posisi kedua dengan perolehan 1.070.303 suara atau 21,69 persen. Sisa suara dibagi tiga pasangan lainnya.
Pertarungan antara kubu PKS dan PDIP berlanjut pada Pilgub Sumut 2013. PKS bersama Hanura, PBR, Partai Patriot, dan PKNU mengusung pasangan Gatot Pujo Nugroho-T Erry Nuradi, sedangkan PDIP berkoalisi dengan PDS dan PPRN mendukung Effendi MS Simbolon-Djumiran Abdi.
Duet yang diusung PKS pada Pilgub 2013 kembali menjungkalkan calon dari PDIP. Gatot-T Erry menang dengan perolehan suara terbanyak yakni 1.604.337 atau 33 persen dari 5.001.430 suara. Sementara Effendi-Djumiran berada di posisi dua dengan raihan 1.183.187 suara atau 24,34 persen. Sisa suara terbagi pada 3 pasangan lain.
Ke Jawa Barat, dari empat pasangan calon, jago PDIP TB Hasanuddin dan Anton Charliyan menempati posisi paling buncit. Hasil hitung cepat berbagai lembaga Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum menempati posisi teratas.
TB Hasanuddin mengucapkan selamat untuk pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruhzanul Ulum.
Menurut dia, kemenangan Ridwan Kamil harus didukung penuh oleh seluruh masyarakat Jawa Barat, termasuk mendorong agar Emil bisa membawa perubahan terhadap Jabar.
"Yang penting kami akan dukung supaya rakyat Jawa Barat tenang, damai, dan mari kita bangun masyarakat Jawa Barat yang sejahtera dan berkeadilan," kata dia.
Pemilihan umum Gubernur Jawa Barat 2013, PDIP memajukan Rieke Diah Pitaloka dengan Teten Masduki. Pasangan ini kalah oleh Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).
Pada 2008, Agum Gumelar dan Nu'man Abdul Hakim (AMAN) diusung oleh PDI-P, PPP , PKB, PKPB, PBB, PBR dan PDS. Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf (HADE) yang diusung oleh PKS dan PAN keluar sebagai pemenang.
Baca juga:
Analisis hasil Pilgub di Jawa terhadap konstelasi Pilpres 2019
Djarot Saiful Hidayat, kalah di Jakarta tumbang di Sumatera Utara
Jagoan-jagoan PDIP yang kalah versi hitung cepat di Pilkada 2018
Cuma menang di 6 dari 17 Pilgub 2018, PDIP akan evaluasi strategi
Calon kepala daerah ditahan KPK, 1 unggul dan 3 keok versi quick count