Ingin ulang kesuksesan 2009, Demokrat mati-matian di Pilgub Jatim 2018
Politikus yang akrab disapa Pakde Karwo ini juga menandaskan, bahwa kemenangan Khofifah-Emil di 2018 juga tidak akan ada gunanya jika Demokrat kalah dipertarungan 2019.
Partai Demokrat yakin akan mengulang kesuksesan tahun 2009 lalu pada Pemilu 2019 mendatang. Pintu masuknya adalah menguasai Pilgub Jawa Timur 2018.
Ketua DPD Partai Demokrat Jawa Timur, Soekarwo menegaskan, dengan mengusung pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Elsetianto Dardak di Pilgub Jawa Timur, partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono ini akan meraih kemenangan besar.
-
Siapa yang berjuang melawan penjajah di Surabaya? Mereka gugur dengan mulia sebagai pahlawan yang ingin mempertahankan tanah air.
-
Apa yang diresmikan oleh Prabowo Subianto di Sukabumi? Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto meresmikan lima titik sumber air di Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (30/12/2023).
-
Kapan Prabowo tiba di Sumatera Barat? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Siapa yang diusung oleh partai-partai pendukung Prabowo-Gibran? Dua nama yang santer bakal meramaikan Pilkada Jakarta adalah dua mantan Gubernur Ibu Kota dan Jawa Barat yakni Anies Baswedan dan Ridwan Kamil. Anies sebagai calon inkumben tampaknya bakal diusung oleh partai-partai pendukungnya di Pilpres 2024. Begitu juga dengan Ridwan Kamil yang didukung barisan partai pendukung Prabowo-Gibran.
-
Apa yang dilakukan Prabowo saat menyapa ketua umum partai politik? Ketua umum partai politik pengusung Prabowo-Gibran terlihat hadir dalam acara tersebut. Saat Prabowo ingin menyapa para ketua umum yang hadir, dia pun berkelakar tengah mempersiapkan nama-nama yang hadir. Sebab, dirinya takut nama tersebut terlewat dapat menyebabkan koalisi tak terbentuk."Ini daftar tamunya panjang banget, jadi harus saya sebut satu-persatu. Kalau enggak disebut koalisi tak terbentuk," kata Prabowo, disambut tawa oleh para tamu yang hadir.
"Pertama alasan saya, bahwa kita menjadi pemenang adalah satu, ada faktor yang merekatkan kita saat ini, yaitu Pilgub, Pilgub adalah satu entry point, satu jalan masuk yang bisa mengungkit bahwa yang membawa Bu Khofifah dan Mas Emil adalah Demokrat," tegas Soekarwo saat memberi sambutan di acara Syukuran Nomor Urut Peserta Pemilu 2019 yang digelar di kantor Demokrat Jawa Timur, Jalan kertajaya Indah, Surabaya, Senin (19/2).
Tidak bisa dipungkiri, lanjut Soekarwo, bahwa partai pertama yang membawa dan mengungkit ini adalah Demokrat. "Itu faktor pertama. Ada patron terhadap politik, itu pertama. Kedua, DPP telah mengambil satu sikap yang sangat taktis, yaitu menempatkan AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) menjadi patron di tingkat nasional di dalam Pemilihan Presiden dan Wapres, itu strategis," tegas dia.
Politikus yang akrab disapa Pakde Karwo ini juga menandaskan, bahwa kemenangan Khofifah-Emil di 2018 juga tidak akan ada gunanya jika Demokrat kalah dipertarungan 2019. "Karena tidak akan ada gunanya kalau Bu Khofifah dan Mas Emil menang, tapi DPR-nya kalah. Ndak ada yang jaga di sana, ndak ada," tandasnya.
Maka, seluruh kader partai Segitiga Mercy diperintahkan untuk bekerja keras dan saling bekerja sama meraih kemenanganangan, bukan bekerja sendiri-sendiri. "Kalau kita jalan sendiri-sendiri dan tidak bisa tandem, ya, don't let me down. Selesai.. selesai!!."
Mari kemudian, ajak Soekarwo, kemenangan nomor urut satu: Khofifah-Emil di Pilgub Jawa Timur adalah start penting menuju kemenangan Pileg 2019. "Saya yakin program-programnya (Khofifah-Emil) berjalan, biarpun nanti InsyaAlah menangnya, menang sangat tinggi. Selisihnya sangat tinggi, tapi tidak ada yang jaga, di 'diportal' itu tidak ada yang jaga di DPRD. Maka tolong ada yang menyisihkan waktu untuk merenung bagaimana strategi pemenangan," tegasnya.
Kembali Soekarwo yang juga gubernur Jawa Timur dua periode ini menandaskan, "Nanti pemegang policy (kader Demokrat) tidak jadi pimpinan dewan, yang gak bisa (mengawal program eksekutif). Kalah di dalam ruang legilatif, di luar dia. Ya nggak bisa."
Dia mencontohkan yang terjadi di Jember. Gara-gara tidak dikawal oleh legislatif, eksekutif gagal membuat Perda untuk APBD. "Rakyat yang jadi korban. Itu karena pemerintah tidak dijaga politisi dengan baik. Kemenangan (eksekutif) menjadi penderitaan rakyat," tegasnya.
Maka, masih kata Soekarwo, strategi pemenangan Khofifah-Emil sama pentingnya dengan strategi pemenangan Pemilu 2019. "Sangat penting.. sangat penting. Sekali lagi, menang Pilgub tidak ada yang jaga, waduh!," ucap Soekarwo.
(mdk/ded)