Ini Modal Politik Yusril Ihza Mahendera jika Digaet Prabowo jadi Cawapres
Nama Yusril salah satu yang diusulkan menjadi Cawapres Prabowo.
Nama Yusril diusulkan menjadi Cawapres Prabowo.
Ini Modal Politik Yusril Ihza Mahendera jika Digaet Prabowo jadi Cawapres
Koalisi Indonesia Maju (KIM) Bacapres Prabowo Subianto telah mendapat dukungan dari berbagai partai politik (Parpol) peserta Pemilu 2024. Koalisi terdiri atas Partai Gerindra, Partai Bulan Bintang (PBB), PAN, Golkar, Gelora dan Partai Demokrat.
- Prabowo Mengaku Dituduh Mau Kudeta hingga Beberkan Penyakit Politikus
- Yusril Ungkap Sikap Politiknya Jika Prabowo Tetap Jadikan Gibran Cawapres
- Prabowo Soal Zulhas Bagi-Bagi Uang ke Nelayan: Terima Saja, Tapi Pilih Ikuti Nurani
- Prabowo: Saya Masih Bisa Ngajar Taktik Pleton, Tapi Kalau Politik Malam Hari Dag Dig Dug
PBB dan Partai Gelora adalah partai nonparlemen. Partai non parlemen lainnya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), disebut-sebut juga akan segera bergabung.
Pengamat Politik dari Lembaga Riset Publik (LRP) Muhammad Al-Fatih menilai, pekerjaan rumah terbesar Prabowo Subianto adalah menentukan Bakal Calon Wakil Presiden (Bacawapres) yang akan mendampinginya.
Saat ini, Cawapres Prabowo menguat pada tiga nama. Di antaranya Airlangga Hartarto usulan Golkar, Erick Tohir usulan PAN, dan Yusril Ihza Mahendra usulan Partai Bulan Bintang (PBB). Di luar itu, ada isu Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden Jokowi yang kini menjabat Wali Kota Solo.
"Ada juga beberapa nama di luar nama tersebut, antara lain Yenny Wahid, putri mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur),"
kata Al-Fatih, kepada wartawan, Rabu (20/9).
merdeka.com
Dia menilai, mengingat besarnya dukungan parpol, maka sebaiknya Prabowo tidak memilih bacawapres dari non-parpol. Hal ini untuk menghindari munculnya gesekan antara parpol pengusung maupun pendukung.
Menimbang kebutuhan akan kepemimpinan yang kuat di masa jabatan 5 tahun ke depan, maka yang dibutuhkan cawapres yang bukan saja mampu mendongkrak elektabilitas. Tetapi juga mampu membantu Prabowo menjalankan tugas.
Menurutnya, cawapres Prabowo bukan sekedar 'ban serep', tetapi tokoh yang mampu bekerja membantu Prabowo dalam menata kehidupan bernegara pascaamandemen UUD 45.
“Saya menyarankan agar Prabowo memilih cawapres dari parpol non parlemen yang bisa menjadi 'jalan tengah' yang bisa diterima. Baik oleh Gerindra sendiri maupun Golkar, PAN, Demokrat, Gelora dan PSI. Bacawapres jalan tengah itu ada pada Ketua Umum PBB, Yusril Ihza Mahendra,” katanya.
Modal Politik Yusril
Selain latar partai non parlemen dan pengalaman eksekutifnya, Al-Fatih menyebut Yusril juga seorang negarawan dan intelektual sebagai seorang pakar hukum tata negara (HTN).
Berdasarkan latar kesukuan, Yusril dapat mewakili kelompok di luar Jawa, sebagai seorang Melayu-Minangkabau yang lahir dan besar di Belitung.
"Ini penting sebagai simbol perekat persatuan dan kesatuan bangsa kita yang majemuk. Prabowo meskipun mempunyai ibu asal Manado, namun secara kultural lebih dianggap 'Jawa'," papar Fatih.
"Kombinasi Prabowo-Yusril ibarat dwi-tunggal Soekarno-Hatta," ujar dia.
Sebagai seorang muslim, Yusril dinilai sebagai seorang yang moderat dan diterima oleh golongan modernis dan tradisionalis. Gus Dur pernah menyebut, kakek Yusril adalah ulama NU kultural dan ayahnya yang Masyumi.
Meski dengan NU, kata dia, Yusril juga tidak asing di telinga Muhammadiyah. Sebab, sosoknya terbilang aktif di Majelis Hikmah PP Muhammadiyah masa kepemimpinan A.R. Fachruddin.
"Yusril juga mengajar di Universitas Muhammadiyah Jakarta. Hubungannya dengan Persis dan Dewan Dakwah juga berlangsung sejak lama. Yusril memang murid Mohammad Natsir, tokoh penting bukan saja Masyumi, tetapi juga Persis dan Dewan Dakwah," ungkapnya
“Dengan demikian, secara pribadi saya nilai hal ini yang tidak dimiliki oleh calon lain yang disebut-sebut sebagai bakal calon wakil presiden dari Prabowo,” ungkap Al-Fatih.