ISNU sebut calon wakil gubernur jadi tolok ukur kemenangan di Jatim
Menurut Dora, pertarungan antara Gus Ipul dan KIP, adalah komposisi yang sama seperti dua Pilgub sebelumnya.
Pertarungan antara Khofifah Indar Parawansa dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Pilgub Jawa Timur 2018, akan terlihat sengit pada pertarungan wakil gubernurnya. Disinyalir, calon gubernur yang salah memilih pendamping, dia akan tergusur.
Analisa ini diungkap peneliti Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Faza Dora dalam gelar 'Bincang Pilgub Jatim' di Surabaya, Senin sore (16/10). Acara juga dihadiri perwakilan Partai Demokat, NasDem, PDIP, Golkar, PKB, dan Gerindra sebagai narasumber.
"Kita tahu bahwa Gus Ipul dan Bu Khofifah, saya panggilnya GI dan KIP begitu ya, GI dan KIP ini sebetulnya ya, musuh bebuyutan sejak lama karena dua Pilkada yang kemarin-kemarin," kata Dora.
Menurut Dora, pertarungan antara Gus Ipul dan KIP, adalah komposisi yang sama seperti dua Pilgub sebelumnya. "Artinya, popularitas tidak usah lagi diukur. Semua sudah tahu, dua Pilkada sudah membuktikan. Siapa yang gak kenal dengan GI dan gak kenal KIP," kataya.
Apalagi, masih katanya, Gus Ipul incumbent. Pun begitu dengan Khofifah, walaupun bukan incumbent tapi menjabat sebagai Menteri Sosial. "Siapa yang gak kenal? Justru pertaruhannya sekarang, ketika popularitas itu tinggi, kemudian elektabilitas itu juga sudah mentok," tegasnya.
Seperti Gus Ipul misalnya. "Saya kira program-program yang sudah dijalankan, Ser-Ser, itu kan sudah lama, Nyruput Serentak itu kan sudah lama. Notonya (menata) itu kan sudah lama, dan menyebabkan GI itukan sudah mentok. Kalau elektabilitasnya sudah mentok berarti trendnya turun," ucapnya.
"Nah, itu yang terjadi di GI dan KIP. Jadi eklektabilitas sudah gak usah diukur lagi. Siapa yang gak kenal? Elektabilitas juga sudah ada di puncaknya, tinggal sekarang pertaruhannya siapa? Pemilih melihat wakilnya."
Dora menjelaskan, "Menurut survei, memang figur yang pertama kali dilihat itu, dalam duet kepala daerah, itu adalah orang nomor satunya gitu, gubernur, ya gubernurnya. Tapi tidak berlaku di Jawa Timur. Kenapa? karena figur L1 (gubernur) ini suda lama gitu, jadi orang sudah tahu. GI ya seperti itu, KIP ya seperti itu, gaya-gayanya sudah tahu," paparnya.
Akhirnya, katanya lagi, yang menjadi kuda hitam ada di posisi wakil gubernur. "Sekarang saya mengomentari saja, karena GI dan Mas Anas (Abdullah Azwar Anas) sudah launching, ya sudah lah, sudah terjadi."
Menurut Dora, duet Gus Ipul-Anas sudah ideal, seperti duet KarSa (Soekarwo-Gus Ipul) di dua Pilgub sebelumnya. "Kemudian PR-nya adalah, bagaiman kompetitornya merespon ini. Misalnya KIP. Itu Bu Khofifah, ya harus mencari figur wakil gubernur yamg mampu mengimbangi Mas Anas ini,” tandasnya.
Sementara perwakilan partai-partai yang hadir, kecuali PKB dan PDIP yang sudah menetapkan mendukung Gus Ipul-Anas, mengaku siap mendukung Khofifah. Seperti Golkar dan NasDem, yang sudah dengan terang-terangan mendukung Khofifah, meski belum menentukan siapa wakilnya.
Sementara Demokrat, mengaku masih berproses dan sudah mengusulkan satu nama bakal calon wakil gubernur, yaitu Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, yang mewakili Mataraman, jika nantinya partai Segitiga Mercy mendukung Khofifah sebagai Cagubnya.