Isu kudeta hanya pepesan kosong
Isu ancaman terjadinya kudeta atau usaha menggulingkan pemerintahan SBY sangat berlebihan dan paranoid.
Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon mengatakan, isu ancaman terjadinya kudeta atau usaha menggulingkan pemerintahan SBY hanya sebuah pepesan kosong. Menurutnya isu tersebut sangat berlebihan dan paranoid. Isu itu tak produktif bagi kinerja pemerintahan sendiri.
"Sekalipun ada niat kudeta, pertanyaannya siapa yang akan menggerakkan? Siapa mau kudeta dengan apa?" ujar Fadli Zon dalam rilis yang diterima merdeka.com, Selasa (19/3).
Lebih lanjut, Fadli Zon menjelaskan, Jika melihat model kudeta yang pernah ada, sebagian besar selalu melibatkan militer aktif. Seperti terjadi di Portugal 1974, Chili 1973, dan Liberia 1980. Atau setidaknya melibatkan orang dalam pemerintahan.
Kudeta bisa juga self-coup, yakni kudeta yang digerakkan oleh pemerintah itu sendiri dengan bantuan militernya. Tujuannya untuk mendapatkan ekstra constitutional power. Seperti terjadi di Peru masa Alberto Fujimori.
"Melihat kondisi Indonesia sekarang, untuk terjadi kudeta dari luar itu sangat tak mungkin. Justru yang paling mungkin itu self-coup."
Sebelumnya diberitakan, Kepala Badan Intelijen Nasional Letjen TNI Marciano Norman menyatakan, tidak ada kekhawatiran dari pemerintah terkait rencana unjuk rasa berujung kudeta untuk menurunkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dari jabatannya. Dia menilai, unjuk rasa tersebut sama dengan aksi-aksi yang terjadi sebelumnya.
"Itu tanggal 25 Maret memang ada kelompok berencana unjuk rasa yang tuntutannya adalah menurunkan presiden. Saya rasa unjuk rasa seperti ini sama seperti unjuk rasa lain," kata Marciano di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (19/3).
Meski demikian, pemerintah tidak akan melakukan tindakan-tindakan represif terhadap kelompok yang melakukan unjuk rasa tersebut. Hanya saja, Marciano meminta kepada kelompok itu tetap dapat mengendalikan diri dan tidak berbuat anarkis.