Janji Cagub Jakarta Dharma Pongrekun Atasi Macet dengan Bangun Jalan Layang dalam Tujuh Hari, Tuai Sorotan
Dharma Pongrekun, cagub DKI Jakarta dengan nomor urut 2, menjelaskan langkah-langkah yang diyakininya dapat segera mengatasi masalah kemacetan di ibu kota.
Dharma Pongrekun, yang merupakan Calon Gubernur DKI Jakarta dengan nomor urut 2, mengemukakan ide-ide inovatif untuk mengatasi masalah kemacetan di ibu kota. Ia berpendapat bahwa salah satu faktor utama yang menyebabkan kemacetan adalah lampu merah yang memperlambat aliran kendaraan di persimpangan yang padat.
Untuk itu, Dharma mengusulkan agar persimpangan jalan di Jakarta, terutama yang mengalami kemacetan parah, diubah dengan membangun overpass dan underpass. Ia meyakini bahwa solusi ini dapat diimplementasikan dengan cepat berkat teknologi baru yang memungkinkan pembangunan infrastruktur tersebut hanya dalam waktu tujuh hari per titik.
- Kini Jadi Cagub Jakarta, Komjen Dharma Pongrekun Buka-Bukaan Tiga Tahun 'Diparkir' di Polri
- Kampanye Belum Mulai, Bacagub-Bacawagub DKI Kompak Tebar Janji Manis
- VIDEO: Janji Unik Cagub Dharma-Kun Untuk Pimpin Jakarta, Pipi Monyet Hingga Energi Botol Matahari
- Pencalonan Dharma Pongrekun-Kun Wardana, Bawaslu DKI Terima 253 Laporan Pencatutan NIK
"Menghindari adanya lampu merah di persimpangan jalan sudah ada teknologi yang hanya dalam tujuh hari overpass dan underpass itu akan terbangun," ungkap Dharma dalam acara Silaturahmi Kebangsaan yang berlangsung di Jakarta Pusat pada Selasa (29/10/2024).
Dalam penjelasannya, ia juga menyoroti potensi besar dari teknologi ini untuk menangani kemacetan di Jakarta dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Dengan adanya solusi ini, diharapkan pergerakan kendaraan di ibu kota dapat kembali lancar dan mengurangi waktu tempuh bagi warga yang beraktivitas sehari-hari.
Overpass dan Underpass sebagai Solusi Macet
Dharma mengungkapkan bahwa kemacetan di Jakarta sering kali disebabkan oleh persimpangan jalan yang dilengkapi dengan lampu merah. Ia berpendapat bahwa keberadaan lampu merah memperlambat arus lalu lintas dan menimbulkan antrean kendaraan yang panjang. Untuk mengatasi masalah ini, ia mengusulkan agar dibangun overpass dan underpass di lokasi-lokasi yang menjadi titik kemacetan.
"Pokoknya titik macet sudah dipetakan. Jadi, harus diperbanyak. Jangan ada lagi lampu merah. Thamrin saja masih ada lampu merah," ujarnya. Ia meyakini bahwa penggantian lampu merah dengan sistem underpass dan overpass dapat memperlancar arus lalu lintas seperti aliran air. Pendekatan ini dinilai lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan sistem lampu lalu lintas yang konvensional.
Teknologi Pembangunan 7 Hari untuk Infrastruktur
Dharma mengungkapkan bahwa kemajuan teknologi saat ini memungkinkan pembangunan infrastruktur dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, bahkan hanya dalam tujuh hari di setiap lokasi. "Ada 5 teknologi yang bisa dilakukan. Tinggal pilih yang mana. (7 hari) di satu titik. Lumayan cepat dong. Sangat efektif," ucap Dharma. Ia percaya bahwa penerapan teknologi tersebut dapat membantu mewujudkan visinya untuk mengurangi kemacetan secara signifikan.
Meskipun Dharma tidak menjelaskan secara detail mengenai teknologi yang akan digunakan, ia menyatakan bahwa terdapat beberapa pilihan teknologi yang dapat diterapkan untuk membangun sistem underpass dan overpass dengan cepat. Ia menambahkan bahwa teknologi ini telah terbukti efektif di berbagai kota besar dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan Jakarta.
Pentingnya Penataan Ulang Tata Ruang
Dharma juga menekankan pentingnya pengaturan tata ruang yang baik di Jakarta, selain masalah lampu merah. Ia berpendapat bahwa evaluasi terhadap separator jalan dan sistem pengaturan lalu lintas lainnya sangat diperlukan agar pergerakan kendaraan menjadi lebih fleksibel.
"Setelah kami pelajari, lampu merah, separator jalan itu harus dicabut. Karena ternyata kadang-kadang di sininya padat, di sininya kosong," jelasnya. Menurut Dharma, tata ruang jalan harus dirancang sedemikian rupa agar lebih efisien dan mengikuti prinsip "arus seperti air," sehingga kendaraan dapat bergerak dengan lebih lancar tanpa adanya hambatan yang kaku. Dengan penerapan prinsip ini, diharapkan kemacetan di Jakarta dapat berkurang secara signifikan.
Kajian Titik Kemacetan di Jakarta
Untuk mendukung rencananya, Dharma mengaku telah mengirimkan tim untuk memetakan lokasi-lokasi kemacetan yang ada di seluruh Jakarta. Hasil kajian awal menunjukkan bahwa ada beberapa titik kemacetan signifikan, terutama di persimpangan yang dilengkapi dengan lampu merah. Salah satu daerah yang menjadi perhatian khusus adalah Thamrin, yang diidentifikasi sebagai salah satu titik rawan kemacetan.
Menurut Dharma, langkah ini diharapkan dapat membantu dalam menentukan prioritas pembangunan overpass dan underpass, sehingga dampaknya akan lebih terasa bagi masyarakat. "Di persimpangan-persimpangan jalan yang masih menggunakan lampu merah. Thamrin saja masih ada lampu merah," ujar Dharma, menekankan pentingnya penanganan kemacetan di wilayah tersebut. Dengan demikian, diharapkan upaya ini dapat mengurangi kemacetan yang selama ini menjadi masalah di Jakarta.
Harapan dan Tantangan Mewujudkan Jakarta Tanpa Macet
Dharma mengharapkan adanya perubahan signifikan dalam mengatasi kemacetan di Jakarta jika ia terpilih sebagai gubernur. Ia percaya bahwa penerapan teknologi modern dapat dilakukan dengan cepat dan efisien untuk menyelesaikan masalah lalu lintas yang selama ini dikeluhkan oleh masyarakat.
Selain itu, Dharma juga optimis bahwa inisiatifnya ini akan lebih berhasil dibandingkan dengan proyek lalu lintas sebelumnya di Jakarta, seperti yang terlihat pada Bundaran Semanggi. Dengan rencana pembangunan sistem overpass dan underpass yang dapat diselesaikan dalam waktu hanya tujuh hari, ia menargetkan pengurangan kemacetan yang signifikan di Jakarta. Namun, untuk mewujudkan visi ini, tantangan dalam pelaksanaan di lapangan serta dukungan dari berbagai pihak akan menjadi faktor kunci keberhasilan program ini.