Jawa Tengah, jargon kandang banteng & ambisi melebatkan beringin
Partai Golkar yang notabene koalisi PDIP di Pilgub Jateng tak sepakat jika Jateng disebut kandang banteng. Adalah Ketua Harian DPD Golkar Jawa Tengah, Iqbal Wibisono yang menyatakan tak tepat jika Jateng disebut kandang banteng.
Jargon Jawa Tengah adalah kandang banteng belakangan ramai menjadi pembahasan. Awalnya, Sudirman Said yang bakal bertarung dengan kader PDIP Ganjar Pranowo memperebutkan kursi gubernur tak sepakat jika Jawa Tengah disebut kandang banteng alias basis kekuatan politik dan massa PDIP.
Rupanya, Partai Golkar yang notabene berkoalisi dengan PDIP di Pilgub Jateng juga tak sepakat jika Jateng disebut kandang banteng. Adalah Ketua Harian DPD Golkar Jawa Tengah, Iqbal Wibisono yang menyatakan tak tepat jika Jateng disebut kandang banteng.
-
Apa saja jenis pelanggaran pemilu yang terjadi di Jawa Tengah? “Data penanganan dugaan pelanggaran Pemilu 2024 di Jateng per 15 Juni 2023 menunjukkan bahwa 16 dugaan pelanggaran yang terbukti itu terdiri dari dua pelanggaran jenis administrasi, 10 pelanggaran jenis kode etik penyelenggara pemilu, serta empat pelanggaran hukum lainnya,”
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Mengapa Pilkada penting? Pilkada memberikan kesempatan kepada warga negara untuk mengekspresikan aspirasi mereka melalui pemilihan langsung, sehingga pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kehendak dan kebutuhan masyarakat setempat.
-
Di mana program pemutihan denda pajak sepeda motor berlaku di Jawa Tengah? Pemerintah Daerah Jawa Tengah juga akan melaksanakan program pengurangan pajak mulai 20 Mei hingga 19 Desember 2024.
-
Kapan puncak kemarau di Jawa Tengah? “Jadi kalau kita lihat di data saya, rata-rata dari ketersediaan kabupaten/kota baru sepertiga atau 45 persen yang baru digunakan. Sedangkan kita masa puncaknya pada Agustus dan September. Diharapkan pada November sudah mulai ada hujan. Artinya kalau kita petakan dengan permintaan masyarakat nantinya Insya Allah masih mencukupi. Itu baru sumber yang disiapkan oleh pemda setempat melalui BPBD,” kata Kalakhar BPBD Jawa Tengah, Bergas Catursasi Penanggungan, mengutip YouTube Liputan6 pada Kamis (24/8).
-
Kenapa Pilkada itu penting? Pilkada artinya singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah, adalah salah satu momen krusial dalam sistem demokrasi kita.
Dia justru mengklaim jika dilihat dari sejarah, Golkar justru lebih dominan daripada PDIP. Menurutnya, kader Golkar lebih banyak menjadi Gubernur Jateng ketimbang PDIP. Dia menyebut setidaknya ada lima kader Golkar yang pernah menjadi Gubernur Jateng. Mereka yakni; Munadi, Parjo, Ismail, Wardi, dan Mardiyanto. Sementara, PDIP baru dua kali yakni Bibit Waluyo dan Ganjar Pranowo.
Selain itu, kata dia, di tingkat kabupaten/kota, saat ini Partai Golkar menempatkan 10 kadernya di kursi bupati/walikota maupun wakilnya. Daerah yang dipimpin kader Golkar antara lain Kabupaten Batang, Kota Demak, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara, Kota Tegal, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Brebes, dan Kabupaten Pemalang.
Dia mengakui PDIP memang perkasa dan berhasil mendominasi eksekutif dan legislatif di Jateng. Namun demikian, jumlah kursi PDIP di Jateng tak pernah mencapai 50 persen lebih.
"Sementara Golkar pernah mencapai 67 persen," kata Iqbal, Kamis (1/2).
Dia menilai sekarang adalah saatnya untuk mengembalikan lebatnya beringin di Jawa Tengah. Pihaknya pun memiliki target perolehan kursi DPRD Jateng pada Pemilu 2019 mendatang.
"Ada beberapa ikhtiar yang kami lakukan. Pertama, saat ini daerah pilihan terbagi menjadi 13, minimal setiap dapil memperoleh dua kursi. Minimal nanti harus 20 kursi, beringin di Jateng harus kembali lebat," katanya.
Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio tak sepakat dengan pernyataan Iqbal. Menurutnya, jargon Jateng adalah kandang banteng sudah tepat. Sebab, PDIP memang parpol pemilik kursi terbanyak di DPRD Jateng.
Sementara soal kader Golkar lebih banyak ketimbang PDIP menjadi Gubernur Jateng, dia mengatakan hal itu terjadi karena di era Orde Baru gubernur langsung ditunjuk oleh Presiden. Sementara, di era Pilkada langsung, dua gubernur dari PDIP yang terpilih.
Menurutnya, jika Golkar ingin menumbangkan PDIP dan menguasai Jateng di Pemilu 2019, partai beringin itu harus bekerja ekstra keras.
"Selama ini kesolidan kader PDIP di Jateng sangat luar biasa. Jadi kalau mereka (Golkar) mau menumbangkan PDIP harus kerja keras. Misalnya perbanyak kepala-kepala daerah dari Golkar di Jateng," katanya kepada merdeka.com, semalam.
Berdasarkan hasil pemilu 2014 lalu, PDIP adalah parpol peraih suara terbanyak di Jateng dan berhasil meraih 31 kursi DPRD Jateng, kedua adalah PKB dengan 13 kursi, ketiga Gerindra 11 kursi, sementara Golkar dan PKS sama-sama meraih 10 kursi, Demokrat 9 kursi, PAN 8 kursi, dan PPP 8 kursi. Dia menilai, dari raihan jumlah kursi tersebut dapat dilihat bahwa Jateng adalah kandang banteng.
"Nah kalau kandangnya Golkar itu di Sumsel," katanya.
Sementara itu, pengamat politik LIPI, Siti Zuhro menilai jika dilihat dari hasil Pemilu 2014, PDIP memang pemilik kursi terbanyak di DPRD Jateng. Namun, tak serta merta bisa disebut penguasa. Sebab, jika digabungkan, jumlah kursi parpol lain lebih besar dari PDIP.
Jumlah total kursi DPRD Jateng adalah 100 kursi. PDIP memiliki 31 kursi. Artinya 69 kursi dimiliki parpol lain.
"Itu (kandang banteng) hanya julukan prokem saja. Kalau bicara Pileg, memang PDIP dominan di Jawa Tengah. Meski dominan tapi tidak semua karena ada sisa partai lain," kata Siti Zuhro saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (29/1) malam lalu.
Baca juga:
100 Ribu pemilih di Jawa Tengah belum masuk DPT
Ganjar: Jateng markas PDIP, kalau ada yang mau ambil apa bantengnya diam?
Yakin kalahkan PDIP di 'kandang banteng', Gerindra sebut situasi sudah berbeda
Disindir PDIP soal kandang semut, Gerindra cuma mau Jateng tak miskin lagi
Menguji kepantasan Jawa Tengah dicap kandang Banteng